Dikatakan sebagai Defek Fase Luteal jika ditemukan sebarang ketidaksesuaian lebih dari 2 hari keterlambatan, dianggap berkaitan dengan terjadinya kedua-dua kegagalan ,baik
kegagalan implantasi maupun kegagalan yang berakibat keguguran pada awal kehamilan .
2.10. HUBUNGAN ALIRAN DARAH CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON
Corpus Luteum menjadi sangat tervaskularisasi dalam beberapa hari setelah Ovulasi sehingga bila didasarkan kepada besarnya aliran darah,maka aliran darah ke Corpus Luteum
merupakan salah satu yang terbesar dari semua jaringan dalam tubuh Abdul Karim dan Bruce,1973 . Peningkatan vaskularisasi ini, disamping memberikan saluran untuk produksi
steroid luteal ke sirkulasi sistemik, ia juga penting untuk penyediaan substrat kolesterol dalam
bentuk Low Density Lipoprotein untuk Biosintesis Progesteron Carr dkk,1982 . Oleh karena
itu, terbukti bahwa aliran darah ke Ovarium dan khususnya ke Corpus Luteum merupakan hal yang sangat penting dalam pengaturan fungsi Luteal, khususnya fungsi Corpus Luteum.
1
Konsentrasi serum Progesteron mencapai puncaknya pada 6-8 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Fase Luteal Awal ditunjukkan oleh adanya proliferasi cepat dari sel-sel
endotelial dan invasi kapiler-kapiler dari inti jaringan luteal, yang mengandung jaringan ikat dan pembuluh darah yang diperoleh dari sel Theca menuju ke area perifer yang mengandung sel sel
Luteal yang diperoleh dari sel Granulosa Gaede dkk., 1985. Fase Mid-Luteal digambarkan oleh
dengan adanya pembentukan jaringan mikrovaskular yang rapat yang disusun secara primer oleh kapiler-kapiler. Fase Luteal Akhir ditandai oleh adanya regresi kapiler-kapiler, peningkatan
jaringan ikat dan peningkatan yang pesat dari pembuluh darah halus yang lebih besar, regresi
dan kehilangan sel-sel parenkim luteal Azmi dan O’Shea, 1984; Jablonka Shariff dkk., 1993.. Penelitian Bau dan Bajo di Madrid, Spanyol tahun 2001, menemukan kadar serum
Progesteron secara signifikan lebih rendah pada wanita dengan Defek Fase Luteal dibandingkan dengan wanita dengan siklus normal. Dan Panjang Fase Luteal ditemukan lebih pendek pada
wanita Defek Fase Luteal dibandingkan dengan wanita siklus normal.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Kupesic dan Kurjak di Zagreb, Croatia, 1996, menemukan kadar serum
Progesteron rata-rata secara signifikan lebih rendah pada wanita dengan Defek Fase Luteal dibandingkan dengan kelompok kontrol p 0.01
2.10.1.HUBUNGAN PEAK SYSTOLIC VELOCITY PSV DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON PADA FASE MID-LUTEAL
Miyazaki dkk. Tahun 1998 di Jepang dalam penelitiannya dijumpai PSV pada
Corpus Luteum mencapai puncak pada 8-6 hari sebelum onset mentruasi berikutnya dan menurun sampai pada akhir Fase Luteal. Konsentrasi Serum Progesteron memperlihatkan
perubahan yang sama, meningkat dari 12-16 hari sebelum onset menstruasi berikutnya dan memuncak pada 6-8 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Walaupun PSV pada Corpus
Luteum tidak berkorelasi dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada penelitian ini,tetapi ianya menunjukkan pola perubahan yang sama dengan Konsentrasi Serum Progesteron sesuai dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Bourne dkk., 1996. Bourne dkk 1996, pada penelitiannya mengemukakan korelasi yang erat antara PSV
aliran darah yang mengelilingi Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada siklus spontan .
Niswender dkk 1976, Dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Aliran darah
menuju ke Ovarium beserta jumlah dan ukuran dari sel-sel Luteal merupakan sesuatu yang penting dalam pengaturan produksi Progesteron oleh Ovarium. Aliran darah menuju ke Ovarium
yang mengandung Corpus Luteum meningkat 3-7 kali lipat selama fase Luteal dan menurun secara pesat pada regresi Corpus Luteum .
Hong-Ning Xie dkk., Jepang tahun 2001 mengemukakan bahwa aliran darah intra- Ovarial secara jelas menunjukkan velositas yang tinggi Penelitian Hong-Ning Xie dkk. ini
menunjukkan bahwa peningkatan aliran darah Luteal merupakan akibat dari dilatasi vaskularisasi pada Awal fase Luteal. Ditemukan PSV berkorelasi positif dengan Konsentrasi Serum
Progesteron. Hal ini mendukung konsep bahwa velositas aliran darah Luteal merupakan parameter komplementer yang menggambarkan fungsi Luteal pada kejadian infertilitas.
Dalam hubungan PSV dengan Defisiensi Fase Luteal ,Penelitian Bau dan Bajo di Madrid, Spanyol tahun 2001, menemukan bahwa PSV pada Fase Mid-Luteal wanita dengan
Defek Fase Luteal lebih rendah bila dibandingkan dengan PSV pada wanita dengan siklus
Universitas Sumatera Utara
normal. Dan dijumpai korelasi signifikan antara PSV dengan kadar serum Progesteron pada wanita Defek Fase Luteal r = 0,36
2.10.2. HUBUNGAN END DIASTOLIC VELOCITY EDV DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON PADA FASE MID-LUTEAL
Ottander dkk., Swedia tahun 2004 mengemukakan End Diastolic Velocity EDV
menurun secara signifikan pada fase Luteal Akhir dibandingkan dengan fase Mid-Luteal. Hal ini juga ditemukan pada pola perubahan PSV, dimana PSV memperlihatkan pola perubahan yang
sama dengan pola perubahan EDV.
Dalam hubungan EDV dengan Defisiensi Fase Luteal ,Penelitian Bau dan Bajo di Madrid, Spanyol tahun 2001, dalam penelitiannya tidak menemukan perbedaan antara Velositas
diastolik nadir aliran darah intra ovarial pada wanita dengan Defek Fase Luteal bila dibandingkan dengan wanita dengan siklus ovulatoar biasa.
2.10.3. HUBUNGAN PULSATILITY INDEX PI DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON PADA FASE MID-LUTEAL
Miyazaki dkk. Tahun 1998 di Jepang dalam penelitiannya menemukan bahwa
Pulsatility Index PI pada arteri Ovarium mencapai titik nadir pada fase Mid-Luteal 3-8 hari sebelum onset menstrusi berikutnya.Konsentrasi serum Progesteron memperlihatkan perubahan
yang sama, meningkat dari 12-16 hari sebelum onset menstruasi berikutnya dan memuncak pada 6-8 hari sebelum onset menstruasi berikutnya. Dalam penelitian ini, PI intra-Luteal ditemukan
tidak berkorelasi dengan kadar serum Progesteron. Pada studi Miyazaki dkk. ini Konsentrasi
Serum Progesteron mencapai puncaknya pada fase Mid-Luteal 8-6 hari sebelum onset menstruasi berikutnya, sementara PI intra-Luteal mulai menurun pada Awal fase Luteal 11-9
hari sebelum onset menstruasi berikutnya kemudian meningkat sampai pada onset menstruasi berikutnya. Peningkatan kadar Progesteron ini terjadi pada saat peningkatan aliran darah menuju
ke Corpus Luteum, ditandai dengan penurunan PI pada aliran darah tersebut. Diskrepansi antara periode konsentrasi serum Progesteron maksimum dengan periode PI terendah memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
fakta bahwa peningkatan pada Hormon yang bersirkulasi berbanding terbalik dengan peningkatan struktural vaskularisasi Corpus Luteum
Hata dkk., 1990; Glock dkk., 1995 mengemukakan hasil penelitiannya bahwa nilai PI
yang rendah dihubungkan oleh adanya RI yang rendah. Suplai darah menuju Ovarium yang mengandung Corpus Luteum meningkat selama fase Luteal khususnya pada fase Mid-Luteal
seiring dengan peningkatan asupan Low-Density Lipoprotein menuju sel-sel Luteal untuk memproduksi Progesteron dalam Corpus Luteum.
Tinkanen dkk., Finlandia, 1994 dalam penelitiannya tidak menemukan perbedaan
yang signifikan dalam hal Pulsatility Index PI intra-Ovarial dengan Kadar Serum Progesteron. Walau bagaimanapun, jumlah pasien yang inadekuat dan metode yang insufisien yang digunakan
untuk evaluasi fungsi Luteal pada penelitian ini, merupakan keterbatasan pada penelitian ini
Penelitian Bau dan Bajo di Madrid, Spanyol tahun 2001, yang mengevaluasi Indeks
Resistensi aliran darah intra-ovarial dengan Velositas aliran darah intra ovarial pada siklus haid yang distimulasi FSH. Dari 76 sampel, dijumpai 15 wanita dengan Defek Fase Luteal ,tidak
ditemukan perbedaan antara Indeks Pulsatility aliran darah intra ovarial pada wanita dengan Defek Fase Luteal bila dibandingkan dengan wanita dengan siklus ovulatoar biasa.
2.10.4. HUBUNGAN RESISTANCE INDEX RI DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON
Pada penelitian Kupesic dan Kurjak di Croatia tahun 1996, dalam penelitiannya
dijumpai nilai RI terendah pada fase Mid-Luteal RI = 0.42 ± 0.06, yang kemudian mengalami peningkatan ke nilai yang lebih tinggi RI = 0.50 ± 0.04 pada akhir Fase Luteal. Kadar
Progesteron rata-rata secara signifikan lebih rendah P 0.001 pada grup Defek Fase Luteal 6.9
± 2.3 ngml dibandingkan dengan kelompok kontrol 24.1 ± 11.4 ngml. Glock dan Brunsted, 1995, memperlihatkan korelasi yang signifikan antara RI intra-
Ovarial dengan Kadar Plasma Progesteron pada Fase Luteal. Serupa dengan penelitian Kupesic dan Kurjak di Universitas Zagreb 1996 menunjukkan perbedaan yang bermakna antara RI intra-
Ovarial pada kelompok dengan Defek Fase Luteal dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai RI terendah dideteksi pada fase Mid-Luteal seiring dengan puncak Angiogenesis Corpus
Universitas Sumatera Utara
Luteum. Peningkatan RI ditunjukkan pada akhir Fase Luteal seiring dengan regresi Corpus Luteum.
Pada penelitian Tamura dkk. di Jepang tahun 2008, dalam penelitiannya didapati hasil
bahwa RI Luteal pada fase Mid-Luteal pada wanita dengan Defek Fase Luteal secara signifikan meningkat dibandingkan pada wanita dengan fungsi Luteal normal. RI Luteal secara signifikan
berkorelasi dengan Konsentrasi Serum Progesteron pada fase Mid-Luteal. Pada penelitian
Tamura dkk. ini, diperlihatkan bahwa RI Luteal menurun sepanjang Awal Fase Luteal dan
meningkat sepanjang Fase Regresi Luteal. Lebih lanjut lagi penelitian ini menunjukkan RI Luteal yang tinggi dan kadar serum Progesteron yang rendah dijumpai selama Fase Luteal.
Penelitian oleh Takasaki dkk. di Jepang tahun 2009 yang melakukan penelitian mengenai aliran
darah Corpus Luteum yang dihubungkan dengan fungsi Luteal menemukan korelasi negatif yang signifikan antara RI Corpus Luteum dengan Konsentrasi Serum Progesteron selama fase Mid-
Luteal. Dalam kaitannya dengan Defek Fase Luteal, baik penelitian sebelumnya maupun
penelitian Takasaki dkk. mendukung bahwa Defek Fase Luteal dihubungkan dengan adanya RI
yang tinggi pada Corpus Luteum karena RI Luteal pada wanita dengan Defek Fase Luteal selama fase Mid-Luteal meningkat secara signifikan dibandingkan dengan wanita dengan fungsi luteal
normal, dan RI Corpus Luteum berkorelasi negatif dengan Konsentrasi Serum Progesteron selama fase Mid-Luteal wanita dengan siklus normal.
Glock dan Brumsted melakukan penelitian pada sekelompok kecil wanita infertil dan
menemukan bahwa tiga wanita dengan defek fase luteal memiliki RI yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien normal.
2.10.5. HUBUNGAN VOLUME CORPUS LUTEUM DENGAN KONSENTRASI SERUM PROGESTERON.
Miyazaki dkk. Tahun 1998 di Jepang dalam penelitiannya diperlihatkan gambaran
Corpus Luteum dengan pencitraan USG Doppler sepanjang fase Luteal. Area yang mengalami vaskularisasi terlihat meningkat dari saat periovulasi sampai pada fase Mid-Luteal dan menurun
sampai onset menstruasi berikutnya. Volume Corpus Luteum memperlihatkan pola perubahan yang sama seperti pada perubahan Konsentrasi Serum Progesteron.Walaupun perubahan pada
Universitas Sumatera Utara
Volume Corpus Luteum sebanding dengan perubahan pada Konsentrasi Serum Progesteron, namun tidak dijumpai korelasi bermakna antara Volume Corpus Luteum dengan Konsentrasi
Serum Progesteron. Namun Konsentrasi Serum Progesteron berkorelasi positif dengan Volume
Corpus Luteum. Volume Corpus Luteum menggambarkan sebagian sel-sel Luteal dan menggambarkan vaskularitas Corpus Luteum yang menunjukkan aliran darah ke Corpus Luteum
untuk mengatur produksi Progesteron. Miyazaki dkk. menggunakan Volume Corpus Luteum sebagai parameter pengaturan produksi Progesteron.
Jablonka Shariff dkk., 1993 pada penelitiannya menemukan Pertumbuhan yang cepat
dari vaskularisasi luteal diiringi oleh peningkatan yang cepat dalam berat dan ukuran Corpus
Luteum. Bruce dan Moor, 1976; Niswender dkk., 1976 menemukan Aliran darah fase Luteal
meningkat secara dramatis sehubungan dengan peningkatan pertumbuhan jaringan Corpus
Luteum Bourne dkk., 1996 menemukan Korelasi signifikan antara ukuran Corpus Luteum
dengan produksi Progesteron ditunjukkan pada penelitian yang dilakukannya .
Jokubkiene dkk.,Swedia tahun 2006 dalam penelitiannya tidak dijumpai korelasi yang
signifikan antara Volume dan Vaskular dari Ovarium atau dari Corpus Luteum pada hari ke-7 dengan level Progesteron hari ke-7 setelah Ovulasi. Penelitian ini tidak menemukan korelasi
antara Kadar Serum Progesteron dengan aliran darah pada Corpus Luteum pada fase Mid-Luteal. Kadar progesteron merupakan gambaran dari fungsi Corpus Luteum, tetapi aliran darah tidak
menggambarkan produksi progesteron dalam Corpus Luteum. Volume Corpus Luteum tertinggi dijumpai pada fase Luteal awal dan menurun secara signifikan pada fase Luteal akhir.
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI PENELITIAN
Folikel De Graff
Folikel Antral
Folikel Primordial
FASE FOLIKULER
FASE LUTEAL
OVULASI
Universitas Sumatera Utara
PSV EDV
R I P I
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. DESAIN PENELITIAN