BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Perbedaan Biaya Produksi Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
5.1.1 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung, Baik biaya tetap penyusutan alat dan PBB maupun biaya variabel
seperti biaya pembelian sarana produksi bibit, pupuk dan obat-obatan dan tenaga kerja. Berikut ini akan diperlihatkan rata-rata biaya produksi usaha padi sawah
berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang.
5.1.1.1 Biaya produksi lahan milik sendiri
Lahan milik sendiri adalah lahan garapan yang dimiliki seutuhnya oleh pemilik lahan. Untuk mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani lahan milik
sendiri selama proses produksi berlangsung terdapat pada tebel 14 berikut ini. Tabel 14. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan milik sendiri
di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang. No
Komponen Biaya Produksi Rata-rata biaya produksi Rp
1 Biaya Pupuk
1.265.529 2
Biaya Pestisida 432.941
3 Biaya tenaga kerja
2.162.647 4
Pajak Lahan 11.000
5 Biaya Sewa Lahan
6 Biaya Penyusutan
214.420 Jumlah rata-rata biaya produksi lahan
4.086.537 Sumber: Lampiran 11.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa biaya pupuk per petani sebesar Rp 1.265.529 atau sekitar 30,97 dari total jumlah rata-rata biaya produksi lahan milik sendiri.
dengan rincian biaya pupuk urea sebesar Rp 208.941, pupuk ZA sebesar Rp 139.294, pupuk TSP sebesar Rp 217.647, dan biaya pupuk ponska sebesar Rp
699.647. Kemudian untuk biaya pestisida, Petani lahan milik sendiri mengeluarkan biaya sebesar Rp 432.941 atau sekitar 10,59 dengan rincian biaya
pestisida, duppon sebesar Rp 87.058, dan racun keong sebesar Rp 345.882.
Sementara untuk biaya tenaga kerja pada lahan milik sendiri, sebesar Rp 2.162.647 atau sekitar 52,92. Pada saat persemaian rata-rata sebanyak 2 orang
tenaga kerja, dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 55.882. Untuk pengelolaan lahan, rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengaan biaya
tenaga kerja yang sebesar Rp 609.411. Sementara pada saat proses penanaman rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp 435.294. Untuk pengairan rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dengan biaya sebesar Rp 25.000. Kemudian rata-rata
2 orang tenaga kerja digunakaan pada saat proses penyiangan dengan biaya sebesar Rp 50.000. Pemupukan juga menggunakan 1 orang tenaga kerja dengan
biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan sebesar Rp 348.235. Untuk pengendalian hama dan penyakit tenaga kerja yang digunakan rata-rata sebanyak
1 orang dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 29.411. Proses pemanenan juga menggunakan rata-rata tenaga kerja sebanyak 3 orang dengan upah rata-rata yang
dikeluarkan sebesar Rp 609.411.
Pajak lahan, petani lahan milik sendiri hanya membayar sebesar 11.000 atau sekitar 0,27, dikarenakan lahan yang dimiliki petani adalah lahan milik sendiri,
maka biaya sewa lahan di daerah penelitian tidak ada. Komponen biaya produksi juga tidak terlepas dari biaya penyusutan. Adapun biaya penyusutan yang
dikeluarkan sebesar Rp 214.420 atau sekitar 5,25, dengan rincian biaya penyusutan cangkul sebesar Rp
66.176, biaya penyusutan garu sebesar Rp
25.945 ,
biaya penyusutan babat sebesar Rp 67.642
, dan biaya penyusutan parang sebesar Rp
54.655 .
Dari semua komponen biaya produksi yang ada, tenaga kerja lah yang banyak mengeluarkan biaya, hal ini dikarenakan proses pengelolaan lahan yang begitu
banyak membuat keterlibatan dan kebutuhan tenaga kerja banyak pula. Dan umumnya para petani lahan milik sendiri masih banyak menggunakan tenaga
kerja luar keluarga. Ini yang memicu banyaknya, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada status lahan milik sendiri. untuk dapat menekan penggunaan
biaya produksi diharapkan petani lahan milik sendiri tidak terlalu banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan lebih memaksimalkan tenaga kerja
dalam keluarga.
5.1.1.2 Biaya produksi lahan sewa