Biaya produksi lahan gadai

diolah oleh petani yang tidak memiliki lahan. Serta adanya peraturan baku terkait sandar harga penyewaan lahan.

5.1.1.3 Biaya produksi lahan gadai

Lahan gadai adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani dari pemilik lahan, dimana pemilik lahan membutuhkan dana sehingga pemilik lahan memberi jaminan lahannya untuk digarap. Biaya produksi lahan gadai akan diuraikan pada tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan gadai di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang. No Komponen Biaya Produksi Rata-rata biaya produksi Rp 1 Biaya Pupuk 484.800 2 Biaya Pestisida 151.000 3 Biaya tenaga kerja 1.049.000 4 Pajak Lahan 1000 5 Biaya Sewa Lahan 6 Biaya Penyusutan 159.127 Jumlah rata-rata biaya produksi 3.338.185 Sumber: Lampiran 11 Dari tabel 16 diatas diketahui bahwa biaya pupuk per petani sebesar Rp 484.800 atau sekitar 14,52 dari total jumlah rata-rata biaya produksi lahan gadai. Adapun kebutuhan dan biaya pupuk yang digunakan untuk lahan gadai adalah sebagai berikut, pupuk Urea rata-rata petani lahan gadai membutuhkan sebanyak 33 kg dengan rata-rata biaya pupuk per petani sebesar Rp 79.200, pupuk ZA sebanyak 33 kg dengan biaya sebesar Rp 54.200. Pupuk TSP sebanyak 33 kg dengan biaya sebesar 78.800. Pupuk ponska sebanyak 66 kg dengan biaya sebesar Rp 272.600. Kemudian untuk biaya pestisida, Petani lahan gadai mengkeluarkan biaya sebesar Rp 151.000 atau sekitar 4,52 dengan rincian biaya pestisida, duppon sebesar Rp 19.000, dan racun keong sebesar Rp 132.000. Sementara biaya tenaga kerja yang dikeluarkan lahan gadai sebesar Rp 1.049.000 atau sekitar 31,42. Tenaga kerja yang digunakan saat persemaian rata-rata sebanyak 2 orang tenaga kerja, dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 50.000. Pengeolahan lahan rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan sebesar Rp 231.000. Saat proses penanaman rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengan biaya tenaga kerja yang sebesar Rp 231.000. Pengairan rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dengan biaya sebesar Rp 25.000. Kemudian rata-rata 1 orang tenaga kerja digunakaan pada saat proses penyiangan dengan biaya sebesar Rp 25.000. Sementara rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk pemupukan adalah 1 orang dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan sebesar Rp 231.000. Pengendalian hama dan penyakit tenaga kerja yang digunakan rata-rata sebanyak 1 orang dengan upah tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 25.000. Proses pemanenan juga menggunakan rata-rata tenaga kerja sebanyak 2 orang dengan upah rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 231.000. Sementara pajak lahan, petani lahan gadai hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000 dan tidak mengeluarkan biaya sewa lahan. Adapun biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp 159.127 atau sekitar 4,76, dengan rincian biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 34.166 , biaya penyusutan garu sebesar Rp 29.960 , biaya penyusutan babat sebesar Rp 53.333 , dan biaya penyusutan parang sebesar Rp 41.666. Tenaga kerja merupakan komponen biaya produksi yang paling besar. Hal ini dikarenakan kemampuan petani dalam mengelola lahan juga terbatas. Di daerah penelitian kita juga menjumpai ada beberapa petani lahan gadai yang memiliki aktivitas selain bertani, seperti buruh tani dan buruh bangunan. Ini terkadang membuat petani lahan gadai menunjuk orang lain untuk mengelola lahan nya, tetapi tidak lah sepenuhnya petani lahan gadai melepas lahan nya untuk dikelola, petani lahan gadai juga ikut terlibat dalam usaha taninya. Hanya waktu-waktu tertentu yang melibatkan tenaga kerja luar keluarga. Untuk dapat mengetahui keseluruhan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan per petani di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang, dari berbagai status kepemilikan lahan milik sendiri, sewa dan gadai terdapat pada tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kab. Deli Serdang. No Status lahan Komponen Biaya produksi Rata-rata biaya ProduksiRp 1 Milik Sendiri Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya tenaga kerja Pajak Lahan Biaya Sewa Lahan Biaya Penyusutan 1.265.529 432.941 2.162.647 11.000 214.420 Jumlah biaya produksi 4.086.537 2 Sewa Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya tenaga kerja Pajak Lahan Biaya Sewa Lahan Biaya Penyusutan 740.750 327.500 1.551.875 1.875 2.531.250 194.859 Jumlah biaya produksi 5.348.109 3 Gadai Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya tenaga kerja Pajak Lahan Biaya Sewa Lahan Biaya Penyusutan 484.800 151.000 1.049.000 1000 159.127 Jumlah biaya produksi 3.338.185 Total jumlah biaya produksi 7.627.007 Sumber: Lampiran 11. Kemudian rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani berbagai status kepemilikan lahan milik sendiri, sewa dan sakap selama proses produksi berlangsung per ha nya di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten Deli Serdang terdapat pada tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan per Ha di desa sukamandi hilir kec. pagar merbau kab. Deli Serdang. No Status Lahan Komponen Biaya Produksi Ha Rata-rata biaya produksi RpHa 1 Milik sendiri Biaya Pupuk 1.818.382 Biaya Pestisida 625.000 Biaya tenaga kerja 54.066.176 Pajak Lahan 16.160 Biaya Sewa Lahan Biaya Penyusutan 311.411 Jumlah rata-rata biaya produksi 56.837.130 2 Sewa Biaya Pupuk 1.831.250 Biaya Pestisida 625.000 Biaya tenaga kerja 38.796.875 Pajak Lahan 4.327 Biaya Sewa Lahan 6.250.000 Biaya Penyusutan 496.097 Jumlah rata-rata biaya produksi 48.003.549 3 Gadai Biaya Pupuk 1.837.500 Biaya Pestisida 625.000 Biaya tenaga kerja 26.225.000 Pajak Lahan 3.125 Biaya Sewa Lahan Biaya Penyusutan 621.352 Jumlah rata-rata biaya produksi 29.311.977 Total jumlah rata-rata biaya produksi 42.838.502 Sumber: Lampiran 12. Status kepemilikan lahan yang ada di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa adanya perbedaan biaya produksi per ha pada masing-masing status kepemilikan lahan milik sendiri, sewa dan gadai tabel 18 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi per ha lahan milik sendiri sebesar Rp 56.837.130 atau sekitar 132,67 dari total jumlah rata-rata biaya produksi per ha . Lahan sewa sebesar Rp 48.003.549 atau sekitar 112,05, sedangkan jumlah rata-rata biaya produksi lahan gadai sebesar Rp 29.311.977 atau sekitar 68,42. Kita ketahui bahwa besarnya biaya produksi dari berbagai status kepemilikan lahan sebagian besar disebabkan oleh biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja yang ada di daerah penelitian umumnya di hitung dari jenis pekerjaan yang ia lakukan dan upah setiap pekerjaan yang dilakukan juga berbeda. Di daerah penelitian upah tenaga kerja ada yang di hitung per hari kerja dan ada pula yang dihitung per rantai luas lahan. Jika upah tenaga kerja dihitung per rantai maka alokasi pendanaan untuk tenaga kerja sangat besar apabila lahan yang dimiliki petani itu luas. Biaya produksi yang ada selalu tertutupi dari hasil yang didapatkan petani. Misalkan jika per ha nya alokasi biaya produksi sebesar Rp 29.311.977. Sementara rata-rata hasil produksi dari usaha padi sawah per rantainya sekitar 250 kg. Jika petani memiliki lahan satu ha maka produksi yang dihasilkan sekitar 6.250 kg dengan harga per kg nya Rp. 3.000 maka petani akan memiliki pendapatan sekitar Rp. 187.500.000. ini lah yang menjadi dasar pemikiran para petani untuk tetap mempertahankan usaha tani nya dan juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk mengelola usaha taninya, akan tetapi jika petani dapat menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka pendapatan nya akan semakin besar. Diharapkan kedepannya petani lebih sering menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dari pada tenaga kerja luar keluarga. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya produksi untuk masing-masing status kepemilikan lahan di analisis dengan menggunakan metode ANOVA hasil analisis metode ANOVA untuk biaya produksi dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Analisis ANOVA biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kab. Deli Serdang . ANOVA Biaya_Produksi Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 3.782E13 2 1.891E13 36.186 .000 Within Groups 1.411E13 27 5.225E11 Total 5.192E13 29 Sumber: Lampiran 15 Dari uji anova atau F test, di dapat F hitung adalah 36,186 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan F tabel sebesar 3,354130829. Maka sesuai dengan kaidah jika F hitung dari F tabel Maka H 1 di terima yang menyatakan adanya pengaruh dan H yang menyatakan tidak ada pengaruh ditolak. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata total biaya produksi untuk masing-masing jenis status kepemilikan lahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa status kepemilikan lahan berpengaruh nyata terhadap peningkatan total biaya produksi untuk usaha padi sawah di daerah penelitian. Menurut Kay dalam Suyanto, 2006 tenaga kerja adalah elemen proses ekonomi yang mempunyai peranan dalam proses produksi, tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu jumlah dan kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk proses produksi dipenuhi dari tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan kualitas tenaga kerja tergantung dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman, dan latihan. Komponen biaya produksi pada masing-masing status lahan, rata-rata menunjukan biaya tenaga kerja yang paling besar. Akan tetapi ada beberapa faktor yang mengindikasikan perbedaan biaya produksi pada status lahan, terkait dengan biaya tenaga kerja yaitu etnik atau suku, tingkat pendidikan, pengalaman, agama dan pandangan hidup petani itu sendiri. Menurut slamet dalam wisadirana, 2005, pendidikan rendah yang dimiliki oleh masyarakat di pedesaan, akan sulit bagi masyarakat desa untuk di ajak maju. Karakteristik petani Lampiran 1, menjelaskan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di daerah penelitian hanya sampai sekolah menengah pertama, pendidikan yang rendah mimiliki sikap kurang dapat menerima perubahan, sangat lambat dalam bersikap atau menerima. Lunadi dalam wisadirana, 2005 mengatakan sikap diri seseorang mempengaruhi prilaku orang tersebut. Perbedaan biaya produksi dari berbagai status lahan di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar merbau kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari prilaku dan lemahnya pemahaman masyarakat terkait pengaturan keuangan. Maka mereka dengan gampangnya mengeluarkan uang untuk keperluan usaha taninya tanpa terlebih dahulu menghitung dan memperhatikan kebutuhan utama usaha tani tersebut. Lampiran 1 menjelaskan bahwa rata-rata pengalaman bertani petani lahan milik sendiri sekitar 30 tahun, petani sewa sekitar 19 dan petani gadai sekitar 9 tahun. Jika kita beracuan pada pengalaman bertani maka petani lahan milik sendiri yang paling lama pengalaman bertaninya artinya petani lahan milik sendiri lebih baik pengelolaan usaha taninya terkait dengan biaya produksi. Tetapi status lahan milik sendiri pula yang paling banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan biaya tenaga kerja juga besar. Ini disebabkan para pemilik lahan sendiri merasa secara strata sosial mereka lebih tinggi dari pada petani lahan gadai dan sewa. Kemudian untuk mengelola usaha taninya mereka lebih memilih menggunakan jasa orang lain untuk mempermudah dirinya. Apa bila masing-masing petani pemilik lahan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, maka akan dapat menguranggi biaya tenaga kerja. Dan masih kita jumpai di daerah penelitian para pemilik lahan berprofesi selain petani, seperti buruh wiraswasta pegawai honorer. Menurut Koentjaraningrat 2010, konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran identitas akan kesatuan budaya. Didaerah penelitian rata-rata masyarakat memiliki suku jawa sebagian suku batak dan banjar. Dalam penerapan tenaga kerja para pemilik lahan selalu didasarkan pada kesamaan suku, misalkan lahan yang dimilik orang jawa, maka yang mengerjakan lahannya juga orang jawa, orang banjar yang mengerjakan dilahannya juga orang banjar. Begitu juga sebaliknya orang batak. Akan tetapi ada juga sebagian petani menggunakan tenaga kerja diluar sukunya, sebenarnya yang menjadi hal utama dalam penerapan tenaga kerja dilahan petani adalah atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Suyanto dan Narwoko 2006 mengatakan agama juga seperangkat hukum atau aturan tingkah laku maupun sikap yang selalu mengacu pada kehendak yang maha kuasa. Oleh karena itu semua hukum maupun peraturan tersebut pada umumnya diciptakan oleh tuhan dan sebagian lagi oleh manusia tertentu yang mendapatkan kepercayaan. Peraturan dan kaidah yang terdapat dalam agama dapat berupa petunjuk-petunjuk maupun larang-larangan yang semua itu harus selaras, ketertiban, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia yang lain dan manusia dengan tuhan yang maha kuasa. Di daerah penelitian kita ketahui bahwa agama yang dianut adalah islam, kristen protestan, dan kristen katolik. Kuatnya ikatan dan pengamalan keagamaan membuat mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Terkadang tercermin dalam suasana kegotong royongan tetapi interaksi kebersamaan juga berdampak terhadap prilaku pekerjaan sehari-hari, seorang petani lebih membutuhkan orang lain untuk mengelola lahannya, ketika hal ini dilakukan maka ada jasa yang harus dibayar petani tersebut. Dan ini secara langsung menjadi beban biaya produksi. Sebagian petani juga mempunyai keinginan untuk maju. Untuk mencapai kemajuan yang dicita-citakan petani, mereka mengirim anak-anaknya untuk bersekolah kekota. Mereka berharap anak-anaknya lebih maju dari orang tuannya. Bahkan mereka sering mengatakan yang terpenting anak bisa sekolah, pintar dan maju meskipun orang tunya tidak sekolah, tidak pintar dan tidak maju. Dalam upaya memajukan anaknya petani di daerah penelitian berusaha meningkatkan hasil usaha tani, karena sumber penghasilan mereka yang utama berasal dari pertanian. Maka apapun langkah ia lakukan demi meningkatkan hasil usaha tani tersebut. Komponen biaya produksi yang dibahas diatas akan diuraikan lagi secara terperinci berikut ini, untuk lebih mudah memahami komponen biaya produksi berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang.

5.1.2 Biaya Penyusutan

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Pengangguran Tersembunyi (Disquised Unemployment) Pada Keluarga Petani Padi Sawah dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya di Kabupaten Deli Serdang (Studi kasus: Desa Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau)

20 63 114

Analisis Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai

3 44 63

Perbandingan Dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Dengan Penggunaan Benih Dari Berbagai Sumber Di Kabupaten Deli Serdang ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

1 70 65

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang.

24 143 66

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DANGKAL (FREATIS) SEBAGAI SUMBER AIR MINUM DI DESA SUKAMANDI HILIR KECAMATAN PAGAR MERBAU KEBUPATEN DELI SERDANG.

0 2 24

ANALISIS MODEL PENGELOLAAN USAHA PADI SAWAH BERDASARKAN KEPEMILIKAN LAHAN

0 0 14

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 0 12