Produktivitas Analisis Perbedaan Produktivitas Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

5.1.5 Biaya PBB

Besarnya biaya Pajak Bumi dan Bangunan tergantung pada lokasi lahan. Semakin jauh lahan dari wilayah kota maka akan semakin murah biaya PBB-nya bahkan ada beberapa lokasi yang belum memiliki PBB sehingga pemiliknya tidak berkewajiban membayar PBB setiap tahunnya. Kemudian masih ada saja petani sampel yang tidak di kenakan PBB. Untuk desa sukamandi hilir biaya PBB bervariasi mulai dari Rp 5000 sampai dengan Rp 10.000 setiap tahun per luas lahan. Biaya produksi yang telah dijelaskan diatas, sangat erat kaitannya dengan produksi hasil. Semakin besar biaya produksi yang di keluarkan maka akan semakin besar pula produksi yang dihasilkan. Sementara produksi hasil merupakan salah satu bagian dalam menentukan produktivitas. Untuk mengetahui produktivitas berdasarkan status kepemilikan lahan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten Deli Serdang dijelaskan berikut ini.

5.2 Analisis Perbedaan Produktivitas Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

5.2.1 Produktivitas

Produktivitas usaha padi sawah merupakan keseluruhan produksi hasil dalam persatuan luas tanam tonha. Produktivitas usaha padi sawah di pengaruhi oleh tingkat intensitas pengelolaan usaha padi sawah tersebut, termasuk diantaranya bagaimana pengalokasian sarana produksi. Kemudian untuk dapat mengetahui rata-rata produktivitas usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan di daerah penelitian akan dijelaskan pada tabel 26 berikut ini. Tebel 26. Rata-rata produktivitas usaha padi sawah bedasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hlir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang No Jenis Lahan Rata-rata Produktivitas TonHa 1 Milik Sendiri 6,5 2 Sewa 6,8 3 Gadai 6,8 Jumlah 6,7 Sumber: Analisis data primer, lampiran 13 Tabel 26 diatas menjelaskan bahwa rata-rata produktivitas padi sawah lahan milik sendiri sebesar 6,5 tonha berbeda dengan rata-rata produktivitas lahan sewa dan gadai yang masing-masing sebesar 6,8 tonha. Kemudian luas lahan milik sendiri rata-rata seluas 0,7 ha, lahan sewa seluas 0,4 ha dan lahan gadai seluas 0,2 ha. Selain luas lahan rata-rata produksi lahan milik sendiri sebanyak 4,5 ton, produksi lahan sewa sebanyak 2,7 ton dan produksi lahan gadai sebanyak 1,8 ton. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan produksi dan luas lahan. Secara teori semakin luas lahan maka produksi akan semakin tinggi dan produktivitas semakin tinggi pula. Tetapi didaerah penelitian teori itu tidak selamanya berbanding lurus. Untuk mengetahui apakan ada perbedaan produktivitas untuk masing-masing status kepemilikan lahan di daerah penelitian dapat di analisis dengan menggunakan metode ANOVA. Hasil analisis metode ANOVA untuk produktivitas dapat dilihat pada tebel 27 berikut ini. Tabel 27. Analisis ANOVA produktivitas usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang. ANOVA Produktivitas Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups .658 2 .329 5.375 .011 Within Groups 1.652 27 .061 Total 2.310 29 Sumber: Lampiran 14 Dari uji anova atau F test, di dapat F hitung adalah 5,375 dengan tingkat signifikansi 0,011. Karena probabilitas 0,011 lebih kecil dari 0,05 dan F tabel sebesar 3,354130829. Maka sesuai dengan kaidah jika F hitung dari F tabel Maka H 1 di terima yang menyatakan adanya pengaruh dan H yang menyatakan tidak ada pengaruh ditolak. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata produktivitas untuk masing-masing jenis status kepemilikan lahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa status kepemilikan lahan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas untuk usaha padi sawah di daerah penelitian. Produktivitas usaha padi sawah sangat di pengaruhi oleh tingkat pengelolaan yang dilakukan dan bagaimana mengalokasikan sarana produksi pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Jika kita tinjau dari karakteristik petani sampel tingkat pendidikan, pengalaman bertani, umur, luas lahan dan jumlah tanggungan maka akan banyak perbedaan yang menjadi acuan terhadap produktivitas lahan. Tingkat pendidikan didaerah penelitian rata-rata hanya sampai sekolah menengah pertama. Sehingga berdampak terhadap pola pikir petani, Petani lahan milik sendiri banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam mengelola usaha taninya dan ini berdampak pada penurunan produktivitas Tabel 26 dari pada lahan sewa dan gadai. Kemudian rata-rata luas lahan yang dimiliki petani lahan milik sendiri lebih luas dibandingkan dengan petani sewa dan gadai, dan itu tidak berpengaruh terhadap peningakatan produksi. Sebab ada pola pemikiran yang tertanam pada pengelola lahan merasa bahwa lahan yang dikelolanya bukanlah seutuhnya miliknya melainkan milik orang lain, maka intensitas perhatikan kerja terhadap usaha tani hanya sekedarnya. Tabel 10 menjelaskan jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur ≥56 dengan jumlah sebesar 15 orang atau sekitar 36,67, artinya petani sampel pada daerah penelitian tidak berada pada usia produktif. Dan kemampun dalam mengelola usaha tani juga tidak maksimal disebabkan usia yang sudah terlalu tua. Sehingga berdampak pada penurunan produktivitas usaha tani tersebut. 5.3 Perkembangan status kepemilikan lahan di desa sukamandi kecamatan pagar merbau kebupaten deliserdang. Lahan merupakan aset utama bagi masyarakat pedesaan dan pemilikan lahan akan menentukan status sosial pemiliknya, semakin luas lahan yang dimiliki semakin tinggi status sosialnya. Dalam hal ini perkembangan status kepemilikan lahan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kebupaten deli serdang dapat dilihat pada tabel 28 berikut ini. Tabel 28. Perkembangan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Kecamatan Pagar Merbau kebupaten Deli Serdang tahun 2009-2011. Status Lahan Tahun 2009 2010 2011 Milik Sendiri 302 58,52 263 56,68 254 55,82 Sewa 162 31,39 137 29,52 121 26,59 Gadai 52 10,07 64 13,79 80 17,58 Jumlah 516 100 464 100 455 100 Sumber: Diolah data sekunder badan pelaksana penyuluhan pertanian tahun 2011. Dari tabel 28 diatas menjelaskan bahwa status kepemilikan lahan setiap tahunnya mengalami penurunan dari ketiga status lahan Milik sendiri, sewa, dan gadai tersebut. Pada tahun 2009 jumlah lahan yang ada di daerah penelitian sebesar 516, dengan rincian lahan milik sendiri sebanyak 302 atau sekitar 58,52, lahan sewa sebanyak 162 atau sekitar 31,39 dan lahan gadai sebanyak 52 atau sekitar 10,07. Akan tetapi pada tahun 2011 status kepemilikan lahan di daerah penelitian mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 jumlah lahan yang ada di daerah penelitian sebesar 455, dengan rincian lahan milik sendiri sebanyak 254 atau sekitar 55,82, lahan sewa sebanyak 121 atau sekitar 26,59 dan lahan gadai sebanyak 80 atau sekitar 17,58. Clifford Geertz dalam Suyanto, 2006 melakukan penelitian disalah satu daerah dipulau jawa menemukan bahwa dikalangan petani lazim terjadi apa yang disebut involusi pertanian, yakni penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang makin lama makin padat yang timbul dari konsekuensi dari sistem pewarisan tanah. Seorang petani yang mempunyai lahan 0,5 ha, apa bila ia memiliki anak dua orang, maka bisa hampir dipastikan bahwa kondisi ekonomi anak-anak akan semakin buruk karena lahan yang diwariskan kepada anak-anaknya jumlahnya harus dibagi lagi katakana lah masing-masing anak menerima 0,25 ha. Didaerah penelitian masih kita jumpai ada sebagian petani-petani yang memiliki lahan dari warisan orang tua nya kemudian menjual lahan tersebut untuk kebutuhan hidup dan modal usaha. Penurun kepemilikan lahan di daerah penelitian juga diakibatkan banyak para petani yang mulai beralih profesi dan tidak mau lagi menjadi petani dan harga lahan yang begitu mahal membuat para petani tergiur untuk menjual lahannya. Kemudian pesatnya perkembangan perumahan juga ikut mempengaruhi lajunya penyempitan lahan. 5.1 Model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang Pengelolaan lahan sangat erat kaitannya dengan proses Planning Perencanaan, Organizing Pengorganisasian, Actuating Pengarahan dan Controlling Pengawasan. Untuk mengetahui bagaimana model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang terdapat pada tabel 29 berikut ini: Tabel 29. Model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang. Bentuk Pengelolaan Milik Sendiri Sewa Gadai Planning Perencanaan a Jenis padi yang ditanam b Pola tanam yang digunakan c Pupuk yang digunakan d Obat-obatan yang digunakan e Tenaga kerja yang digunakan f Hasil produksi g Pasca panen Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan TKLK Stuasi dan kondisi Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan TKDKTKLK Ktn. kelompok Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan Kebiasaan TKDKTKLK Ktn. Kelompok Kebiasaan Organizing Pengorganisasian a Jenis padi yang ditanam b Pola tanam yang digunakan c Pupuk yang digunakan d Obat-obatan yang digunakan e Tenaga kerja yang digunakan f Hasil produksi g Pasca panen Kondisi lahan Ktn. sendiri Ktn.sendiri Ktn.sendiri TKLK TKLK TKLK Kondisi lahan Musyawarah Kebiasaan Kebiasaan TKDK TKDK TKDK Kondisi lahan Ktn.kelompok Kebiasaan Kebiasaan TKDK TKDK TKDK Actuating Pengarahan a Jenis padi yang ditanam b Pola tanam yang digunakan c Pupuk yang digunakan d Obat-obatan yang digunakan e Tenaga kerja yang digunakan f Hasil produksi g Pasca panen TKLK TKLK TKLKTKDK TKLKTKDK TKLK TKLKTKDK TKLKTKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK Controlling Pengawasan a Jenis padi yang ditanam b Pola tanam yang digunakan c Pupuk yang digunakan d Obat-obatan yang digunakan e Tenaga kerja yang digunakan f Hasil produksi g Pasca panen TKDK TKLK TDKK TKDK TKDKTKLK TKDKTKLK TKDKTKLK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK TKDK Sumber : dioalah dari data skunder tahun 2012. TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga TKLK = Tenaga kerja luar keluarga Ktn = Ketentuan. Berdasarkan tabel 29 diatas, menunjukkan bahwa dalam hal pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan, memilik berbagai perbedaan. Misalkan dalam proses perencanaan tenaga kerja yang akan digunakan. Status lahan milik sendiri umumnya menggunakan tenaga kerja luar keluarga TKLK sementara status lahan sewa dan gadai umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. Kemudian untuk hasil produksi status lahan milik sendiri, perencanaan selalu memperhatikan stuasi dan kondisi, lain hal nya dengan status lahan sewa dan gadai ketentuan kelompoklah yang menjadi acuan mereka. Organizing, atau dalam bahasa Indonesia perorganiasasian merupakan proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dengan tepat, sistem dan lingkungan yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak terlibat dan dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam menentukan proses pengorganisasian yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dengan tepat, sistem lingkungan yang kondusif serta semua pihak terlibat untuk bekerja secara efektif dan efisien, pengelolaan lahan berdasarkan status kepemilikan milik sendiri, sewa dan gadai telah mengaacu pada proses pengorganisasian tersebut. Hanya saja ada beberapa perbedaan pengorganisasian berdasarkan status kepemilikan lahan, misalkan dalam menentukan pola tanam dan pupuk yang digunakan, pemilik lahan sendiri proses yang dilakukan lebih memilih ketentuan sendiri hal ini dikarenakan pemilik lahan sendiri beranggapan bahwa usaha tani yang diolahnya adalah usaha tani milik sendiri, tidak bergantung kepada orang lain dan resiko yang ditanggung adalah resiko pribadi, berbeda terbalik dengan status lahan sewa dan gadai. Pengorganisasian kerja sangat diperhatikan, karena terkait dengan hasil usaha padi sawah yang diinginkan. Status lahan sewa dan gadai umumnya dalam menentukan proses pola tanam, pupuk yang digunakan lebih melibatkan keluarga, semisal musyawarah atau pun ketentuan kelompok. Ini dikarenakan status lahan sewa dan gadai tidak ingin mengambil resiko yang lebih besar dalam usaha taninya, seperti gagal panen. Model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan juga tidak terlepas dari yang namanya actuating pengarahan. Actuating, atau pelaksanaan dan implementasi, perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja yang diinginkan. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja yang telah ditetapkan. Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara status lahan milik sendiri, sewa dan gadai dalam menerapkapkan Actuating, status lahan sewa dan gadai pengarahan dan implementasi yang dilakukan terarah dan terpusat pada tenaga kerja dalam keluarga TKDK sedangkan status lahan milik sendiri, pengarahan dalam pengimplementasian kerja terpusat pada tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. Controlling, proses pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan yang dihadapi. Perbedaan yang mendasar antara status lahan milik sendiri, sewa dan gadai dalam hal proses pengawasan adalah tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan pengawasan dalam usaha taninya. Status lahan milik sendiri menggunakan tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK sementara status lahan sewa dan gadai proses pengawasan usaha taninya dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga TKDK hal ini dilakukan untuk meminimalisir penggunaan biaya dalam usaha taninya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Pengangguran Tersembunyi (Disquised Unemployment) Pada Keluarga Petani Padi Sawah dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya di Kabupaten Deli Serdang (Studi kasus: Desa Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau)

20 63 114

Analisis Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai

3 44 63

Perbandingan Dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Dengan Penggunaan Benih Dari Berbagai Sumber Di Kabupaten Deli Serdang ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

1 70 65

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang.

24 143 66

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DANGKAL (FREATIS) SEBAGAI SUMBER AIR MINUM DI DESA SUKAMANDI HILIR KECAMATAN PAGAR MERBAU KEBUPATEN DELI SERDANG.

0 2 24

ANALISIS MODEL PENGELOLAAN USAHA PADI SAWAH BERDASARKAN KEPEMILIKAN LAHAN

0 0 14

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 0 12