Pengaruh penerapan standarisasi sistem manajemen mutu sertifikasi akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai pada Pusdiklat BPK RI

(1)

PENGARUH PENERAPAN STANDARISASI

SISTEMMANAJEMEN MUTU SERTIFIKASI AKREDITASI

LAN TERHADAP KINERJA PEGAWAIPADA PUSDIKLAT

BPK RI

Oleh

LINA PURNAMA SUCI

H24104063

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

PENGARUH PENERAPAN STANDARISASI

SISTEMMANAJEMEN MUTU SERTIFIKASI AKREDITASI

LAN TERHADAP KINERJA PEGAWAIPADA PUSDIKLAT

BPK RI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

LINA PURNAMA SUCI

H24104063

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI

Nama : Lina Purnama Suci

NRP : H24104063

Menyetujui Pembimbing,

(Drs. Edward H. Siregar, SE, MM)

NIP : 195706221986011001

Mengetahui : Ketua Departemen

(Dr.Ir. Jono M. Munandar,M.Sc)

NIP : 196101231986011002


(4)

RINGKASAN

LINA PURNAMA SUCI. H24104063. Pengaruh Penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI. Di bawah bimbingan EDWARD H. SIREGAR

Pesatnya perkembangan teknologi informasi ini tidak hanya dialami oleh perusahaan-perusahaan swasta atau non pemerintah, tetapi hal ini juga terjadi terhadap organisasi permerintahan atau instansi pemerintahan terutama untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan dan pelatihan sebuah instansi pemerintahan perlu adanya standarisasi manajemen mutu. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) PNS merupakan bagian integral dari pembinaan kepegawaian secara keseluruhan yang bertujuan membangun kompetensi yang perlu dimiliki PNS, tujuannya memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepadanya secara baik, efisien dan efektif.Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis persepsi pegawai terhadap penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI Menganalisis pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 responden. Sedangkan data sekunder diperoleh daridata perusahaan dan data lain yang relevan.

Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh adalah metode sensus atau total sampling, yaitu seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI, yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Tenaga Kontrak Kerja (TKK) yang telah bekerja selama minimal satu (1) tahun. Peubah-peubah yang akan digunakan, adalah (1) Peubah terikat, yaitu kinerja pegawai; (2) Peubah bebas terdiri keahlian, pendidikan, pengalaman kerja, sumber daya organisasi dan iklim organisasi. Untuk mengetahui pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat, maka dalam penelitian ini digunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan Microsoft SPSS versi 15.00 for windows. Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN dari tahun 2005 sampai 2011 berpengaruh nyata dan positif terhadap peningkatan kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI sehingga dapat dibuktikan bahwa setiap kebijakan yang dilakukan instansi telah sesuai dengan SMM Sertifikasi Akreditasi dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. Terdapat pengaruh antara Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI tehadap jenjang karir seluruh pegawai BPK RI yaitu dengan diselenggarakannya diklat fungsional yang terkait dengan jabatan fungsional seluruh pegawai BPK RI dan diklat kepemimpinan yang dilaksanakan untuk mencapai kompetensi kepemimpinan aparatur sesuai dengan jabatan struktural. Pengaruh SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI diukur dengan uji validasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson dan analisis regresi sederhana sehingga di ketahui peningkatan kinerja pegawai pusdiklat BPK RI yand dijelaskan dengan nilai R square sebesar (84,1%)


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 10 April 1990 sebagai anak dari Bapak Darso Wiyono dan Ibu Sarikem. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Jenjang pendidikan dimulai dari SD Tremes III Sidoharjo. Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Jatisrono. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Budi Luhur Tangerang pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima di Politeknik Negeri Jakarta pada Jurusan administrasi Niaga, Program Studi Administrasi Bisnis dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil„alamin puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul Pengaruh Penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI. Penelitian ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam pengambilan keputusan tentang kepegawaian, di Pusdiklat BPK RI. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan, serta skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Amin.

Bogor, Februari 2013


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada pihak yang telah memberikan warna, semangat pada pola pikir dan pandangan penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih, terutama kepada Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dengan penuh kesabaran.

Selanjutnya penulis mengucapakan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

2. Ibu Farida Ratna Dewi, MM., selaku Ketua Program Sarjana Alih JenisManajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, IPB.

3. Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si dan Bapak Alim Setiawan, S.TP, M. Si. Sebagai dosen Penguji.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Studi Sarjana Ahli JenisManajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

5. Kasubbag Umum Pusdiklat BPK RI bapak Zulwarak SE,Ak yang telah memberikan bimbingan dan informasi dalam skripsi ini

6. Bapak, ibu, kakak dan ponakanku tersayang yang selalu memberikan semangat,inspirasi hidup, dukungan, dan doa yang tulus kepada penulis. 7. teman-temanseperjuangan di Program Sarjana Ahli Jenis Manajemen

Angkatan 8 yangselalu bersama-sama mengukir kenangan indah selama mengikuti perkuliahandi IPB.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yangtidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semuakebaikan dan memberikan pahala atas semua bantuan yang telah diberikankepada penulis.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi Mutu ... 4

2.2. Dimensi Mutu ... 5

2.3. Manajemen Mutu Terpadu ... 6

2.4. Kinerja ... 7

2.4.1 Tujuan Penilaian Kinerja ... 8

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 8

2.4.3 Metode Penilaian Kinerja ... 9

2.4.4 Unsur-unsur yang Dinilai ... 10

2.4.5 Manfaat Penilaian Kinerja ... 10

2.5. Akreditasi LAN sebagai standar SMM ... 10

2.5.1 Peraturan Kepala LAN ... 11

2.5.2 Tujuan Akreditasi ... 12

2.6.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 13

III. METODE PENELITIAN... 15

3.1. Kerangka pemikiran Penelitian ... 15

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3. Pengumpulan data ... 17

3.4.Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.4.1. Uji Validitas ... 18

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 19

3.4.3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 20

3.4.4. Uji F ... 21


(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

4.1. Gambaran Umum Pusdiklat BPK RI ... 23

4.1.1 Sejarah Singkat Pusdiklat BPK RI ... 23

4.1.2 Program Kediklatan ... 27

4.1.3 Bentuk Kerjasama Pusdiklat BPK RI ... 29

4.1.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) di Pusdiklat BPK RI ... 30

4.2.Penerapan SMM Sertifikasi akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI...31

4.2.1 Tenaga Kediklatan ... 32

4.2.2 Program Diklat ... 33

4.2.3 Fasilitas Diklat ... 34

4.3. Deskripsi Dan Analisis Data ... 34

4.3.1 Karakteristik Responden ... 34

4.3.2 Hasil Uji Validitas ... 36

4.3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 36

4.4. Analisis Persepsi Pegawai ... 36

4.4.1 Analisis Persepsi Pegawai Terhadap SMM Serfitikasi Akreditasi LAN ... 37

4.4.2 Analisis Persepsi Pegawai Terhadap Kinerja ... 39

4.5. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 39

4.5.1 Menganalisis pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai pada Pusdiklat BPK RI ... 39

4.6. Implikasi Manajerial ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

1. Kesimpulan ... 43

2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA... 45

LAMPIRAN ... 46


(10)

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Jenis Diklat Fungsional ... 28

2. Keputusan Posisi Penilaian... 37

3. Persepsi karyawan terhadap SMM Sertifikasi Akreditasi LAN ... 38

4. Persepsi Pegawai terhadap Kinerja ... 39

5. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI ... 40

6. Hasil Uji nilai R SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI ... 42


(11)

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 16 2. Struktur Organisasi Pusdiklat BPK RI ... 25 3. Kegiatan diklat perbulan ... 32


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 46

2. Sertifikat Akreditasi LAN ... 50

3. Proses kegiatan diklat di Pusdiklat BPK RI ... 51

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi dewasa ini sangat cepat dan signifikan. Perkembangan ini menyebabkan perubahan peran teknologi pada dunia bisnis atau organisasi. Peran ini mulai dari efisiensi, efektifitas dan sampai ke peran strategik. Peran efisiensi yaitu menggantikan manusia dengan teknologi informasi yang lebih efisien, peran efektifitas yaitu menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang efektif. Dan sekarang peranan teknologi informasi tidak hanya efisien dan efektif, tetapi sudah bersifat strategik, yaitu digunakan untuk memenangkan persaingan. Pesatnya perkembagan teknologi informasi ini tidak hanya dialami oleh perusahaan-perusahaan swasta atau non pemerintah, tetapi hal ini juga terjadi terhadap organisasi permerintahan atau instansi pemerintahan terutama untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan dan pelatihan sebuah instansi pemerintah, maka perlu diadakan standarisasi manajemen mutu. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)PNS merupakan bagian integral dari pembinaan kepegawaian secara keseluruhan yang bertujuan membangun kompetensi yang perlu dimiliki PNS. Tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada pegawai secara baik, efisien dan efektif. Sedangkan sasaran Diklat adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau pun jabatan PNS.

Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan pegawai Negeri Sipil, menetapkan tugas pembinaan Diklat aparatur dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sebagai instansi pembina Diklat, LAN bertanggungjawab atas pembinaan secara keseluruhan. Pembinaan Diklat telah dilakukan melalui penyusunan kurikulum, bimbingan dalam penyelenggaraan, standarisasi dan akreditasi serta sertifikasi, pengembangan sistem informasi, pengawasan terhadap


(14)

program dan penyelenggaraan, pemberian bantuan teknis melalui konsultasi, bimbingan di tempat kerja, kerjasama dalam pengembangan, penyelanggaraan dan evaluasi.

Berdasarkan Keputusan BPK RI Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK RI, Pusat Pendidikan dan Pelatihan atau Pusdiklat adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Ditama Revbang (Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara), yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Ditama Revbang (Pasal 201) yang telah memperoleh sertifikasi akreditasi dari LAN.Hal ini menunjukkan bahwa Pusdiklat layak untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan pemeriksaan keuangan negara dalam rangka peningkatan kompetensi/profesionalisme pegawai dan calon pegawai di lingkungan BPK berdasarkan kebijakan pengembangan SDM (Pasal 202). Di lain pihak, perolehan sertifikat ini selain berpengaruh terhadap kegiatan dan tugas sehari-hari yang dikerjakan pegawai juga pegawai layak berkompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Setiap pegawai diharapkan melaksanakan penyelenggaraan diklat sesuai dengan ketentuan LAN sehingga akan berpengaruh pada kinerja pegawai.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti standarisasi sistem manajemen mutu sertifikasi akreditasi LAN pada instansi pemerintahan, dilakukan penelitian berjudul “Pengaruh Penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI”

1.2. Perumusan Masalah

LANmerupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang didirikan pada tahun 1957 untuk melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga administrasi negara mempunyai tugas dan fungsi yaitu mamberikan sertifikasi akreditasi kepada pusat-pusat pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh Lembaga Pemerintahan, non Pemerintahan maupun swasta.


(15)

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi pegawai penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI ?

2. Bagaimana pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis persepsi pegawai terhadap penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI 2. Menganalisis pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mutu

Pelanggan merupakan fokus utama dari setiap perusahaan. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk dapat merebut pangsa pasar dan menghasilkan laba yang besar. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan laba adalah dengan menciptakan produk atau jasa bermutu tinggi.

Menurut Juran dalam Nasution (2004), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan produk tercapai apabila produk/jasa tersebut mempunyai ciri-ciri utama berikut :

1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan 2. Psikologis, yaitu citra rasa atau status 3. Waktu

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur.

Ada beberapa definisi mutu, salah satunya dari Crosby (1979:58) menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to requirement yaitu sesuai yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu, apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi. Menurut Crosby, kurang sedikit dari persyaratan-persyaratan yang ditentukan, maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak bermutu. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok sumber, Pemerintah, teknologi dan pasar atau persaingan. Apabila Juran mendefinisikan mutu sebagai fitness for use dan Crosby sebagai conformance to requirement, Deming mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk/jasa yang akan dihasilkan.

Menurut Garvin and Davis (1994) mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah, sehingga mutu produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan mutu produk tersebut diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, namun dari definisi di atas terdapat beberapa persamaan dalam unsur-unsur berikut :


(17)

1. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.

3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan mutu saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).

2.2Dimensi Mutu

Setelah dipahami definisi mutu, maka harus diketahui apa saja yangtermasuk dalam dimensi mutu. Dimensi mutu menurut Kotler (2000) , mengidentifikasikan delapan dimensi mutu yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu jasa berikut:

1. Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan.

2. Responsiveness ( Daya Tanggap ), yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan/komplain yang diajukan konsumen.

3. Assurance (Kepastian), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk

menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.

4. Emphaty (Empati), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada langganan.

5. Tangible (Berwujud), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai media komunikasi.

2.3.Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau yang sering disebut Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen mutu dunia. Untuk itu diperlukan karena terjadinya perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler and Brunell dalam Nasution (2004), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Kepuasan pelanggan


(18)

hanya kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Mutu yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan, dalam rangka meningkatkan mutu hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.

2. Penghargaan terhadap setiap orang

Dalam perusahaan yang mutunya tergolong kelas dunia, setiap pegawai dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas. Dengan demikian, pegawai merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3. Manajemen berdasarkan fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya, bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling), suka atau tidak suka (like or dislike) ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas (priority), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang penting. Konsep kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4. Perbaikan berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus plan-do-check-act-analyze (PDCAA), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

2.4.Kinerja

Pencapaian kinerja yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang pegawai, merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para pemimpin organisasi. Menurut Robbins (1998), kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas


(19)

seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kinerja menurut Mangkunegara(2002), adalah hasil kerja secarakuantitas dan mutu yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya pegawai dalam menjalankan tugas yang diberikan perusahaan, dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kinerja pegawainya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk mengevaluasi kerja pegawai, bahkan dapat memotivasi dan mengembangkan pegawai.

2.4.1 Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang perilaku dan kinerja anggota-anggota organisasi. Semakin akurat dan sahih informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, maka semakin besar potensi nilainya bagi organisasi. Tujuan-tujuan khusus tersebut dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian besar (Simamora, 2001), yaitu :

a. Tujuan Evaluasi.

1) Penilaian kinerja dan telaah gaji.

2) Penilaian kinerja dan kesempatan promosi. b. Tujuan Pengembangan.

1) Mengukuhkan dan menopang kinerja. 2) Meningkatkan kinerja.

3) Menentukan tujuan-tujuan progresi karir. 4) Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Penjabaran dari kedua faktor tersebut, yaitu :

a. Kemampuan (ability).

Pegawai yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

b. Motivasi (motivation).

Motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.


(20)

2.4.3 Metode Penilaian Kinerja

Dessler (2007), menyebutkan beberapa metode umum yangdilakukan dalam penilaian kinerja, yaitu :

1. Metode Skala Penilaian Grafik.

Metode ini menunjukkan skala yang mendaftarkan sejumlah ciri dan kisaran kerja untuk masing-masing pegawai. Pegawai dinilai dengan mengidentifikasi skor paling baik yang menggambarkan tingkat kinerja untuk masing-masing ciri.

2. Metode Peringkatan Alternasi.

Metode ini memuat peringkat pegawai dari yang terbaik sampaiterburuk berdasarkan ciri tertentu.

3. Metode Perbandingan Berpasangan.

Metode ini memeringkatkan pegawai dengan membuat peta dari semua pasangan pegawai yang mungkin untuk setiap ciri dan menunjukkan mana pegawai yang lebih baik dari pasangannya.

4. Metode Distribusi Paksa.

Metode ini serupa dengan pemeringkatan pada sebuah kurva, persentase yang sudah ditentukan dari peserta ditempatkan dalam berbagai kategori kinerja.

5. Metode Insiden Kritis.

Metode ini membuat satu catatan tentang contoh-contoh luar biasa, baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kinerja seorang pegawai dan meninjaunya bersama pegawai pada waktu yang tidak ditentukan sebelumnya.

6. Skala Penilaian Berjangkarkan Perilaku.

Skalainimenunjukkan suatu penilaian yang bertujuan mengkombinasikan manfaat dari insiden kritis dan penilaian berdasarkan kuantitas dengan menjangkarkan skala pada contoh-contoh naratif spesifik dari kinerja yang baik dan buruk.

7. Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran.

Metode ini meliputi penetapan tujuan, khususnya yang dapat diukur bersama dengan masing-masing pegawai, selanjutnya secara berkala meninjau kemampuan yang dicapai.

2.4.4 Unsur-unsur yang Dinilai

Dalam sistem manajemen mutu sertifikasi akreditasi terdapat bagian yang terdiri dari beberapa pasal yang penerapannya berkaitan dengan kinerja pegawai.

a. Tenaga kediklatan b. Program diklat


(21)

c. Fasilitas diklat

2.4.5Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Dessler (2007),yaitu :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melaluipemotivasian pegawai secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan pegawai, seperti promosi, mutasi, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pegawai, serta menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan pegawai.

4. Menyediakan umpan balik bagi pegawai mengenai bagaimana atasannya menilai kinerjanya.

5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan.

2.5. Akreditasi LAN sebagai standar SMM

Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan salah satu LembagaPemerintah Non Departemen yang didirikan pada tahun 1957 untuk melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga administrasi negara mempunyai tugas dan fungsi yaitu mamberikan sertifikasi akreditasi kepada pusat-pusat pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh Lembaga Pemerintahan, non Pemerintahan maupun swasta.

BerdasarkanPeraturan Kepala LAN Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintah. Telah diputuskan hal-hal berikut, menimbang dalam rangka untuk lebih meningkatkan mutu, efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas penyelenggaraan Diklat oleh Lembaga pendidikan dan pelatihan Pemerintah, maka telah disempurnakan keputusan Kepala LAN Nomor 194/XIII/10/6/2001 tentang pedoman Akreditasi dan sertifikasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil.

2.5.1. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintahmenetapkan:

1. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah yang selanjutnya disebut LembagaDiklatPemerintah adalah organisasi penyelenggara Pendidikan dan pelatihan bagi PNS pada InstansiPemerintahan.

2. Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaran belajar mengajar dalam rangka


(22)

meningkatkan kompetensi PNS.

3. Instansi pembinaan Diklat yang selanjutnya disebut Instansi pembina adalah Lembaga Administrasi Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi dan penyelenggaran Diklat

4. InstansiPengendaliDiklat yang selanjutnya disebut InstansiPengendali adalah Badan Kepegawaian Negara yang secara fungsional bertanggungjawab atas pengembangan dan pengawasan standar kompetensi jabatan serta Pengendalian pemanfaatan lulusan Diklat.

5. Instansi Pembina jabatan fungsional adalah LembagaPemerintahan yang bertangguangjawab atas pembinaan jabatan fungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Instansi teknis adalah LembagaPemerintahan yang bertanggungjawab atas pembinaan Diklat teknis sesuai dengan kompetisi teknis Instansi yang bersangkutan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Akreditasi adalah penilaian kelayakan LembagaDiklatPemerintah dalam

menyelenggarakan program Diklat tertentu yang ditetapkan dalam surat keputusan dan sertifikasi akreditasi oleh Instansi pembina.

8. LembagaDiklatPemerintah terakreditasi adalah satuan organisasi penyelenggara program Diklat yang mendapatkan pengakuan tertulis dari Instansi pembina untuk menyelenggarakan program Diklat tertentu.

9. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap-perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

10. Pengelola lambaga DiklatPemerintah adalah PNS yang bertugas pada LembagaDiklatInstansiPemerintahan yang secara fungsional merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi Diklat dengan mengacu kepada pedoman yang ditetapkan oleh Instansi pembina.

11. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang bewenang dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang


(23)

untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS, serta melaksanakan tugas keDiklatan lainnya pada LembagaDiklatPemerintah.

12. Fasilitas Diklat adalah sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan program Diklat.

13. Sarana Diklat adalah barang bergerak antara lain meja, kursi belajar, laptop/notebook, papan tulis, flipchart, LCD, OHP dan alat tulis kantor (ATK).

14. Prasarana Diklat adalah barang tidak bergerak antara lain aula, ruang kelas, ruang diskusi, asrama, perpustakaan, tempat ibadah dan poliklinik.

2.5.2. Tujuan Akreditasi

Akreditasi LembagaDiklatPemerintah bertujuan untuk menetapkan kelayakanLembagaDiklatPemerintah dalam menyelenggarakan program Diklat tertentu bagi PNS.Akreditasi LembagaDiklatPemerintah dilakukan terhadap unsur-unsur:

1. Tenaga Kediklatan

a. Pengelola LembagaDiklatPemerintah b. Widyaiswara

2. Program Diklat a. Kurikulum b. Bahan Diklat c. Metode Diklat

d. Jangka Waktu Pelaksanaan Program Diklat e. Peserta Diklat

f. Panduan Diklat 3. Fasilitas Diklat

a. Sarana Diklat b. Prasarana Diklat.

2.6 Penelitian terdahulu Yang Relevan

Prastyo (2008) meneliti tentang peningkatan kinerja karyawan melalui faktor-faktor kepuasan kerja karyawan (studi kasus PT. XYZ) menyatakan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan karyawan di PT. XYZ sudah baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. XYZ adalah beban kerja dan kondisi kerja,


(24)

hubungan atasan bawahan, pengakuan dan penghargaan, peraturan dan prosedur operasional.

Yuni (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Biak” menyatakan bahwa melalui analisis persepi pegawai menilai bahwa pelaksanaan Diklat selama ini telah berjalan baik berdasarkan indikator Diklat, yaitu Metode Diklat, Materi Diklat, Lamanya Waktu Diklat, Kesesuaian Diklat dengan Tugas, Fasilitas Diklat dan Pengajar Diklat. Kinerja pegawai menunjukkan kinerja baik dilihat dari analisis persepsi pegawai terhadap kinerja sebelum dan setelah Diklat melalui masing-masing indikator, yaitu pengetahuan, sikap kerja dan keterampilan.

Alfarisi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan efektifitas pelatihan sistem manajemen kinerja berbasis kompetensi dengan kinerja karyawan pada divisi SDM PT. Taspen (Persero). Dari hasil penelitiannya pelaksanaan pelatihan SMK yang dilaksanakan oleh PT. Taspen (Persero) Jakarta sudah berjalan dengan baik dan efektif, tetapi masih memiliki kekurangan yaitu perusahaan belum melakukan evaluasi pelatihan. Dari hasil analisis Rank Spearman terdapat hubungan yang positif antara efektivitas pelatihan dengan kinerja karyawan.


(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Pusdiklat BPK RI merupakan salah satu lembaga Pusat Pendidikan dan Pelatihan atau Pusdiklat adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Ditama Revbang (Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara), yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Ditama Revbang (Pasal 201) yang telah memperoleh sertifikasi akreditasi dari LAN. Maka penelitian ini diawali dengan mengetahui bagaimana penerapan Sertifikasi Akreditasi LAN di pusdiklat BPK RI melaui wawancara langsung, pengamatan dan beberapa dokumen lainnya. Tahap selanjutnya dilakukan identifikasi faktor-faktor untuk mengetahui hubungan Sertifikasi Akreditasi dengan kinerja pegawai.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana untuk mengidentifikasi pengaruh peubah bebas (sertifikasi Akreditasi LAN) terhadap peubah terikat (kinerja Pegawai). Berdasarkan hasil tersebut dapat dirumuskan kesimpulan dan mengajukan saran perbaikan yang dapat dilakukan instansi sesuai dengan penerepan sertifikasi Akreditasi LAN.

Variabel bebas (X) yang berasal dari Tenaga Kediklatan,Program diklat, dan Fasilitas diklat. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah kinerja pegawai. Setelah mengetahui pengaruh dari penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja, maka hasilnya akan memberi umpan balik terhadap berbaikan penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI.


(26)

Alur Penelitian Umpan Balik

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan BPK RI

Visi, Misi Dan Tujuan

Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN

Penerapan Sertifikasi Akreditasi terhadap Kinerja Pegawai

Analisis Regresi Linier Sederhana

Pengaruh Penerapan Sertifikasi Akreditasi terhadap Kinerja Pegawai Pusdiklat BPK

RI

Unsur – unsur akreditasi Lembaga Diklat a. Tenaga Kediklatan b. Program diklat c. Fasilitas diklat


(27)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat pendidikan dan PelatihanBPK RI yang beralamat di Jl. Binawarga II, Kalibata Raya-Jakarta Selatan dan atas pertimbangan bahwa pusdiklat BPK RI telah mendapat sertikasi akreditasi dari LAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2012.

3.3. Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI, yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), Calon Pegawai negeri Sipil (CPNS) dan Tenaga Kontrak Kerja (TKK).Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber pertama. Data primer dalam hal ini diperoleh berdasarkan :

1. Kuesioner (Lampiran 1) yang disebarkan kepada responden, yaitu pegawai.

Kuesioner yang dibagikan kepada responden (pegawai Pusdiklat BPK RI) terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah pertanyaan terbuka tentang identitas responden, dan bagian kedua pertanyaan tertutup yang mewakili faktor-faktor yang diamati.

2. Wawancara yang dilakukan terhadap pimpinan (pejabat struktural) danbeberapa pelaksana (staf).

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh melalui sumber pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh melalui:

1. Dokumen dan data instansi, seperti data pegawai, data gambaran umum instansi, struktur organisasi, dan data lain yang relevan dengan analisis dalampenelitian ini.

2. Peraturan Kepala LAN Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintah dan kinerja yang datanya masihrelevan untuk digunakan sebagai bahan literatur.


(28)

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus atau total sampling, yaitu cara pengumpulan data yang mengambil setiap unsur populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi (Umar, 2004). Alasan penggunaan metode sensus adalah :

1. Jumlah populasi yang digunakan relatif kecil. 2. Mudah dalam memperoleh obyek.

3. Tempat pengambilan obyek sebagian besar terdapat pada satu tempat,sehingga memudahkan dalam pengambilan contoh.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1 Uji Validitas

Pengujian kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden. Uji validitas digunakanuntuk mengetahui kelayakan butir-butir di dalam suatu pertanyaan dalam mendefinisikan suatu peubah. Setelah kuesioner akhir terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Aunuddin, 2005)

Metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan teknikkorelasi product moment Pearson dan analisa regresi linear sederhana.Hipotesis statistik ini sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI.

H1: Terdapat pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI.

Uji pendahuluan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalahpengujian kuesioner. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi(r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Kuesionerdiuji validitasnya untuk mengetahui bagaimana alat ukur


(29)

(instrument) mampumengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan denganmenggunakan rumus teknik korelasi Product Moment Pearsons berikut:

. . . (1) Keterangan : r = Koefisien reliabilitas yang dicari

N = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total

Berdasarkan hasil perhitungan, jika r-hitung lebih besar daripada rtabel,maka kuesioner dinyatakan valid.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalampenelitian. Uji reliabilitas ini dilakukan pada saat sebelum penelitian untuk mengetahui, apakah instrumen pengumpulan data tersebut sebuah

reliabel(dapat diandalkan) atau belum. Apabila ternyata hasilnya tidak

reliabel, makahal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kuesioner. Jika hasilnya reliabel,maka penelitian akan dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner. Ujireliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercayaatau dapat diandalkan menggunakan teknik Alpha Cronbachdengan rumusberikut :

. . . (2) Keterangan : r = koefisien reabilitas yang dicari

k = jumlah butir pertanyaan δi2 = ragam butir-butir pertanyaan δi = ragam skor tes

Uji reliabilitas dilakukan pada 45 responden, dimana nilai korelasi yangdihitung dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari 0,361 dan semakin sahih jika semakin mendekati 1,00.Pengujian reliabilitas diolah dengan


(30)

menggunakansoftware SPPS (Statistical Package for Social Sciences) versi 15.0 for Windows.

3.4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangdianggap berpengaruh pada suatu obyek yang akan diteliti. Analisis regresidibedakan menjadi 2 (dua), yaitu analisis regresi linear sederhana danberganda. Menurut (Aunuddin, 2005), Regresi linear sederhana adalahmetode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antarapeubah terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih peubah bebas(independen; respon; X) dan untuk menganalisis faktor-faktor yang dianggapberpengaruh pada suatu obyek yang akan diteliti.

Apabila banyaknya peubah bebas hanya ada satu, disebut sebagairegresi linear sederhana. Analisis regresi memiliki 3 (tiga) kegunaan, yaituuntuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti,untuk tujuan control dan untuk tujuan prediksi. Regresi dapat digunakanuntuk melakukan pengendalian (kontrol) terhadap suatu kasus atau hal-halyang sedang diamati melalui penggunaan model regresi yang diperoleh.Selain itu, model regresi juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan prediksiuntuk peubah terikat. sedangkan analisis regresi linear berganda merupakanpengembangan dari analisis linear sederhana, dimana terdapat lebih dari satupeubah bebas (xi).

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear sederhana karenapeubah independennya ada satu yaitu peubah pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI sehingga persamaan regresi linear sederhana di rumuskan sebagai berikut:

Y = a + b X+ e. . . . . (3) Keterangan: Y = subyek variabel terikat (variabel kinerja organisasi)

a = konstanta peubah (harga Y bila X = 0)

b = konstanta koefisien regresi


(31)

3.4.4 Uji F

Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk menguji secara serentak apakah masing-masing peubah independen berpengaruh terhadap peubah independen. Rumus yang digunakan dalam analisis adalah (Sudarmanto,2005)

. . . . . . . (4) Keterangan: R = koefisien korelasi

k = jumlah peubah independen

n = jumlah anggota contoh Taraf nyata yang digunakan 5 % (lima persen) Hipotesis, yang disusun adalah :

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI.

H1: Terdapat penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI. Keputusan diambil dengan ketentuan berikut :

Tolak H0 : Jika F hitung > F tabel Tolak H1 : Jika F hitung < F tabel

3.4.5 Uji-t

Menurut (Sudarmanto, 2005), uji t digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh peubah yang diteliti nyata atau tidak terhadap peubah terikat secara parsial, dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel dan dengan ketentuan jika thitung < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara parsial, regresidiuji dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), dengan hipotesisberikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI.


(32)

H1: Terdapat pengaruh penerapan Standarisasi Sistem Manajemen Mutu Sertifikasi Akreditasi LAN Terhadap Kinerja Pegawai Pada Pusdiklat BPK RI.

Tolak H0 : Jika t hitung > t tabel Tolak H1 : Jika t hitung < t tabel


(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pusdiklat BPK RI

4.1.1 Sejarah Singkat Pusdiklat BPK RI

Pusdiklat BPK-RI mulai memiliki gedung sendiri sejak Tahun 1999, dengan beralamatkan di Jl. Binawarga II, Kalibata Raya, Jakarta Selatan. Pada saat itu Pusdiklat baru memiliki 4 unit kelas, ruang administrasi dan fasilitas wisma. Pada tahun anggaran 2005, Biro Umum sedang menyelesaikan pembangunan gedung baru tambahan Pusdiklat yang akan digunakan untuk kelas, perpustakaan dan laboratorium. Selain dari sisi prasarana fisik, pada tahun yang sama Pusdiklat bekerja sama dengan Bagian Proyek Modernisasi Audit juga akan telah selesai mengembangkan aplikasi SISDIKLAT, e-learning, e-library termasuk e-books dan e-journal serta modernisasi kelas. Dengan selesainya pengembangan ini maka Pusdiklat akan memiliki prasarana fisik yang lengkap dengan didukung fasilitas pembelajaran yang modern. Sehingga kini Pusdiklat mampu menyediakan fasilitas berupa 8 buah ruang kelas, 1 ruang Rapat, 1 ruang aula, dan memiliki ruang gymnasium (aerobic) serta fasilitas olah raga lain seperti: tenis outdoor, tenis meja dan volley. Dilengkapi pula dengan adanya gedung serbaguna serta wisma dengan kapasitas 75 kamar.

Semakin kuatnya kedudukan dan fungsi BPK yang diikuti dengan semakin meningkatnya beban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan akan berpengaruh pula terhadap tugas dan tanggung jawab Pusdiklat BPK. Tuntutan kebutuhan diklat untuk para auditor BPK akan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Di lain pihak, mengingat kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa ekstern pemerintah, maka Pusdiklat BPK juga akan dituntut berperan dalam peningkatan kemampuan


(34)

auditor pemerintah di luar BPK secara keseluruhan. Lebih dari itu, kiprah BPK dalam organisasi internasional seperti ASOSAI dan INTOSAI secara langsung maupun tidak langsung akan melibatkan peran Pusdiklat.

a. Visi dan Misi Pusdiklat BPK RI

Menjadikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK-RI sebagai panutan dalam pengembangan auditor yang profesional pada sektor publik di Indonesia.(To be a leading learning center for developing professional auditors in public sector)Turut membantu auditor pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan auditing agar mampu melaksanakan tugas audit di sektor publik secara profesional.(To help public sector auditors to perform better by developing their auditing-related competencies)

b. Struktur Organisasi Pusdiklat BPK RI

Menurut Wibisono (2006), organisasi adalah wadah yang dibentuk oleh sekelompok orang atau lebih untuk mencapai tujuan perusahaan dengan beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi, serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi karyawan terhadap perusahaan. Struktur organisasi akan memudahkan perusahaan dalam pengelolaan SDM untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dari setiap karyawan, serta unit kerja melalui program kerja dan kegiatan operasional yang terperinci serta jelas agar dapat sukses dalam mencapai tujuan perusahaan danorganisasi.

Berdasarkan SK BPK No. 39/K/I-VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja BPK RI, Pusdiklat adalah satuan kerja Eselon II yang berada di bawah Satuan Kerja Eselon I Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan dan Pusdiklat Pemeriksaan Keuangan Negara


(35)

KAPUSDIKLAT BAGIAN PERENCANAAN BAGIAN PELAKSANAAN BAGIAN EVALUASI BAGIAN SEKRETARIAT BALAI-BALAI DIKLAT (MEDAN, YOGYA, MAKASAR) SUB BAGIAN PROGRAM DAN KERJASAMA SUB BAGIAN MODUL SUB BAGIAN DIKLAT FUNGSIONAL SUB BAGIAN DIKLAT NON FUNGSIONAL SUB BAGIAN FASILITAS PEMBELAJARAN SUB BAGIAN EVALUASI PROGRAM SUB BAGIAN EVALUASI PELAKSANAAN DIKLAT DAN KERJA SAMA SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PELAKSANAAN SUB BAGIAN SEKRETARIAT BALAI DIKLAT

Gambar 2. Struktur organisasi Pusdiklat BPK RI

Pusdiklat dipimpin oleh seorang Kepala Pusdiklat setingkat eselon II yang membawahi empat Kepala Bagian dan tiga Kepala Balai serta lima belas Kepala Sub Bagian dengan didukung oleh Widyaiswara tetap dan Widyaiswara tidak tetap yang ditunjuk berdasarkan SK Sekjen.

Adapun tugas pokok dan fungsi struktur organisasi Pusdiklat BPK RI adalah sebagai berikut

1. Bagian Perencanaan

Bertugas menyusun rencana dan program diklat berbasis kompetensi. Bagian ini terdiri dari 2 Sub Bagian, yaitu

a. Sub Bagian Program dan Kerjasama b. Sub Bagian Modul

2. Bagian Pelaksanaan

Bertugas menyelenggarakan kegiatan diklat. Bagian ini terdiri dari 3 Sub Bagian, yaitu:


(36)

b. Sub Bagian Diklat Non Fungsional c. Sub Bagian Fasilitas Pembelajaran 3. Bagian Evaluasi

Bertugas melakukan evaluasi atas program dan penyelenggaraan serta hasil kegiatan diklat. Bagian ini terdiri dari 2 Sub Bagian, yaitu :

a. Sub Bagian Evaluasi Program

b. Sub Bagian Evaluasi Pelaksanaan Diklat dan Kerjasama 4. Bagian Sekretariat

Bertugas mengelola kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, dan perlengkapan. Bagian ini terdiri dari 2 Sub Bagian, yaitu :

a. Sub Bagian Keuangan b. Sub Bagian Umum 5. Kepala Balai Diklat

Setiap Balai Diklat dipimpin oleh seorang Kepala Balai (pejabat eselon III) yang bertugas menyelenggarakan kegiatan diklat sesuai dengan rencana dan program yang telah disusun dan ditetapkan oleh Pusdiklat. Setiap Kepala Balai membawahi 2 Sub Bagian, yaitu :

a. Sub Bagian Pelaksanaan b. Sub Bagian Sekretariat

Pusdiklat memiliki 3 Balai Diklat, yaitu : 1. Balai Diklat Yogyakarta

2. Balai Diklat Makasar 3. Balai Diklat Medan

Balai Diklat berfungsi untuk mengorganisasikan kegiatan diklat bagi para pegawai Perwakilan BPK disekitarnya.


(37)

4.1.2 Program kediklatan

Pegawai BPK diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan berkelanjutan dengan melaksanakan kegiatan diklat paling tidak selama 40 jam pelajaran per tahun. Pusdiklat menyiapkan program-program Diklat bagi seluruh pegawai BPK mulai dari pegawai yang baru masuk ke BPK sampai dengan pegawai yang akan pensiun. Program diklat utama terbagi dalam 2 jenis:

a. Diklat Sebelum Jabatan

Diklat yang diberikan kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Diklat ini diberikan sesuai dengan golongan CPNS, yaitu Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III dan terdiri dari :

1. Diklat Pra Jabatan

Diklat yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS. Selain itu, diklat Pra Jabatan juga dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas dan budaya organisasinya, yaitu agar para CPNS yang kelak akan menjadi PNS mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat. 2. Diklat Orientasi ke-BPK-an

Diklat yang dimaksudkan untuk memperkenalkan sejarah, tugas, dan fungsi BPK RI sebagai lembaga tinggi negara kepada para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan pegawai lolos butuh dari instansi lain.

3. Diklat Orientasi Satuan Kerja

Diklat Orientasi Satuan Kerja ini terbagi dua, yaitu Diklat Sistem Pemeriksaan Keuangan Pemerintah Pusat (SPKPP) yang ditujukan kepada CPNS yang akan ditempatkan di kantor pusat. Serta Diklat Sistem Pemeriksaan Keuangan Pmerintah Daerah (SPKPD) yang ditujukan untuk para CPNS yang akan ditempatkan di kantor perwakilan.


(38)

b. Diklat dalam Jabatan

Diklat yang dilaksanakan bagi PNS untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas – tugas pemerintahan dan pemabangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat Dalam Jabatan yang dilaksankan Pusdiklat BPK terdiri dari :

1. Diklat Fungsional

Diklat Fungsional yang diselenggarakan oleh BPK adalah Diklat Fungsional Auditor. Hal ini terkait dengan jabatan fungsional yang dimiliki oleh sebagian besar pegawai BPK. agar dapat memenuhi peran pemerikaan yang ditetapkan, Pusdiklat merancang beberapa diklat fungsional auditor sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Diklat Fungsional

Nama diklat Peringkat minimal

Auditor Terampil II/b

Auditor Ahli S1 Akuntansi III/a Auditor Ahli S1 Non Akuntansi III/a

Ketua Tim Yunior III/b

Pengendali Teknis Yunior III/d Sumber : PUSDIKLAT BPK RI

2. Diklat kepemimpinan

Diklat Kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural.


(39)

b. Diklat Kepemimpinan tingkat III untuk Jabatan Stuktural Eselon III c. Diklat Kepemimpinan tingkat II untuk Jabatan Stuktural Eselon II d. Diklat Kepemimpinan tingkat I untuk Jabatan Stuktural Eselon I 3. Diklat Teknis

Diklat Teknis adalah diklat yang ditujukan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pegawai BPK sesuai dengan bidang tugasnya, terpisah dari Diklat Fungsional dan Diklat Kepemimpinan. Diklat teknis bagi para auditor biasanya meliputi proses bisnis entitas dan pengetahuan tentang audit. Diklat Teknis dapat diselenggarakan instansi/ penyelenggara diklat di luar BPK, baik dalam maupun luar negeri.

4.1.3 Bentuk Kerjasama PUSDIKLAT BPK RI

Pusdiklat membutuhkan dukungan dari pihak lain dalam usahanya untuk memberikan pelayanan kediklatan yang bermutu.

a. Pada tahun 2007, Pusdiklat menandatangani MOU dengan beberapa universitas di Jakarta, Jogjakarta, dan Makassar dalam memenuhi kebutuhan instruktur. Kerjasama dengan perguruan tinggi tersebut tidak hanya terbatas pada pertukaran tenaga pengajar tetapi juga pada pengembangan kurikulum dan pembangunan modul serta pemanfaatan fasilitas belajar.

b. Pusdiklat sebagai pelaksana BPK yang berkomitmen dalam pemberantasan korupsi dan nepotisme di Indonesia, melaksanakan workshop bersama dengan Lembaga-lembaga pemerintah yaitu KPK, Kejaksaan, Polri, dan PPATK. Kegiatan yang bertujuan untuk secara bersama-sama meningkatkan sumber daya manusia di masing-masing instansi ini berlangsung sejak tahun 2006.

c. Peran aktif BPK dalam Asian Organization of Supreme Audit Institution

(ASOSAI) menuntut Pusdiklat untuk dapat memfasilitasi kegiatan internasional yang berkaitan dengan kediklatan seperti Woskhop yang diselenggarakan oleh ASOSAI maupun hubungan bilateral dengan SAI lain.


(40)

d. Mulai tahun 2008 Pusdiklat melakukan kerjasama kediklatan dengan The National Audit Academy (NAA), Jabatan Audit Negara Malaysia.

e. Kerjasama dengan negara donor dan lembaga internasional seperti USAID, AUSAID, NEC, World Bank dan lain-lain sudah dimulai dan akan ditingkatkan dimasa mendatang. Bentuk kerjasama antara lain untuk perolehan narasumber atau pembicara serta short course.

4.1.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) di Pusdiklat BPK RI

a. Definisi IKU

Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key performance indicators (KPI) dapat diartikan sebagai ukuran atau Indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. Dalam menyusun KPI kita harus sebaiknya menentapkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable). KPI juga sebaiknya harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa yang diukur. Pada sisi lain, biaya untuk mengidentifikasi dan memonitor KPI sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan diketahui dari pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan yang tidak banyak memberi nilai tambah.

b. Penerapan IKU di Pusdiklat BPK RI

Perumusan dan pengevaluasian rencana aksi Pusdiklat dengan mengidentifikasikan indikator kinerja utama berdasarkan rencana implementasi rencana strategis BPK, yaitu:

1. Perumusan rencana kegiatan Pusdiklat berdasarkan rencana aksi, serta tugas dan fungsi Pusdiklat

2. Pelaksanaan kegiatan diklat pada Pusdiklat, Balai Diklat Medan, Balai Diklat Yogyakarta dan balai Diklat Makassar

3. Pelaksanaan hubungan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan tugas dan fungsi BPK

4. Pelaksanaan kegiatan lain yang ditugaskan oleh kepala Ditama Revbang 5. Pelaporan hasil kegiatannya secara berkala kepada Ditama Revbang.


(41)

4.2.1. Penerapan SMM Sertifikasi akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI

Pusdiklat BPK RI telah menetapkan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN mulai tahun 2005 dan dilakukan reakreditasi setiap tahun yang berorientasi pada program penyelenggaran diklat yang sesuia dengan peraturan LAN. Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI menjadi acuan bagi pegawai Pusdiklat BPK RI dalam Penyelenggaraan Program diklat untuk yang lebih baik.Bagian atau divisi yang menerapkan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN meliputi empat bagian yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan umum berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan diklat. Akreditasi Lembaga Diklat Pemerintah bertujuan untuk menetapkan kelayakan Lembaga Diklat Pemerintah dalam menyelenggarakan program Diklat tertentu bagi PNS.

Pada awal penerapan SMM dilakukan pelatihan kepada seluruh karyawandi setiap bagian, sehingga dengan mudah memahami SMM Sertifikasi Akreditasi LAN. Pusdiklat BPK RI berusaha menetapkan langkah-langkah penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN dan berusaha untuk mempertahankan sertifikasi tersebut. Hal initerlihat dengan adanya audit internal yang dilakukan setiap tahun sekali denganmelihat kesesuaian di lapang.

Kendala yang dihadapi oleh Pusdiklat BPK RI dalam penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LANdiantaranya adalah sulitnya mensosialisasikan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN kepada pegawai, sehingga pada awal penerapan SMM hanya beberapa pegawai yangbenar-benar memahaminya. Hal yang paling mendasar dari kendala penerapan SMMadalah kurangnya kesadaran dari pegawai tentang pentingnya mutu secara penuhdan anggapan bahwa tanpa adanya SMMSertifikasi Akreditasi LAN penyelenggaraan diklat tetap berjalan dengan baik.Hal ini dikarenakan masihkurangnyapemahaman tentang SMMSertifikasi Akreditasi LAN.

Manfaat yang dapat diperoleh Pusdiklat BPK RI denganditerapkannya SMM Sertifikasi Akreditasi LANadalah


(42)

memberikan jaminan mutu pada Program diklat yang diselenggarakan, sehingga pegawai layak berkompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pada akhirnya dapat mencapaikeunggulan bersaing.

Sumber : Pusdiklat BPK RI, 2011

Gambar 3. Kegiatan diklat perbulan

Dari tabel diatas bisa dilihat terjadi kenaikan jumlah kegiatan diklat internal perbulan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BPK RI, sedangkan jumlah kegiatan diklat eksternal perbulan terjadi penurunan. Dengan diselenggarakannya diklat internal maka akan meningkatkan keahlian dan keterampilan pegawai dalam mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan. Hal ini sesuai dengan tujuan BPK RI yaitu menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Diklat internal Diklat eksternal

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 jumlah kegiatan diklat/bulan


(43)

4.2.1.1Tenaga Kediklatan 1. Pengelola Tenaga Diklat

Pengelola tenaga diklat di Pusdiklat BPK RI terdiri dari pimpinan penyelenggara diklat dan penyelenggara program diklat. Pimpinan penyelenggara diklat harus memiliki kompetensi yaitu memiliki sertifikat diklat Management of Training (MoT). Sedangkan utuk penyelenggara program diklat harus memiliki sertifikat Training Officer Course (TOC). Pimpinan penyelenggara diklat dan penyelenggara program diklat di Pusdiklat BPK RI memiliki jumlah frekuensi pengalaman yang tinggi dalam mengelola dan menyelenggarakan program diklat sejenis, selain itu pembagian tugas dan tanggung jawab di antara pimpinan penyelenggara diklat dan penyelenggara diklat terbagi secara jelas.

2. Widyaiswara

Widyaiswara di Pusdiklat BPK RIadalah pengajar yang memiliki pendidikan formal yang sesuai dengan mata diklat yang diampu dan memiliki sertifikat Training of Trainers (ToT). Pengalaman mengajar dan bidang spesialisasi widyaiswara memiliki relevansi dengan mata diklat program diklat yang diselenggarakan Pusdiklat BPK RI

4.2.1.2Program Diklat 1. Kurikulum

Kurikulum yang diberikan pada penyelenggaraan diklat harus memiliki kesesuaian antara mata diklat, hasil belajar dan indikator hasil belajar, serta serta materi pokok terhadap tujuan dan sasaran program diklat.

2. Bahan Diklat

Bahan diklat yang digunakan adalah handout dan modul. Modul dan handout setiap mata diklat yang diajarkan sesuai dengan tujuan san sasaran diklat. Hal ini meliputi naskah, materi presentasi dan sejenisnya.

3. Metode Diklat

Metode diklat meliputi kesesuaian dan efektivitas metode diklat. Metode diklat yang digunakan sesuai dengan tujuan dan sasaran program diklat serta efektive dalam membangun interaksi peserta diklat dengan widyaiswara dan antar sesama peserta diklat.


(44)

4. Waktu Pelaksanaan Diklat

Jangka waktu pelaksanaan program diklat meliputi kesesuain alokasi jumlah waktu dengan metode pembelajaran yang digunakan, ruang lingkup setiap mata diklat yang diajarkan serta tujuan dan sasaran program diklat.

5. Peserta Diklat

Peserta diklat dalam setiap program diklat yang diselenggarakan harus memenuhi persyaratan administratif dan akademis masing-masing program diklat. Selain itu jumlah peserta diklat yang mengikuti kegiatan diklat harus sesuai dengan persyaratan masing-masing program diklat.

4.2.1.3Fasilitas Diklat 1. Sarana Diklat

Sarana diklat meliputi ketersediaan dan kesesuaian sarana diklat yang diperlukan dalam setiap program diklat yang diselenggarakan sehingga dapat mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar yang baik. Sarana diklat yang digunakan dalam penyelenggaraan program diklat di Pusdiklat BPK RI adalah barang bergerak antara lain meja, kursi belajar, laptop/notebook, papan tulis, flipchart, LCD, OHP dan alat tulis kantor (ATK).Pusdiklat bekerja sama dengan Bagian Proyek Modernisasi Audit juga akan telah selesai mengembangkan aplikasi SISDIKLAT, e-learning, e-library termasuk

e-books dan e-journal serta modernisasi kelas.

2. Prasarana Diklat

Sarana diklat meliputi ketersediaan dan kesesuaian sarana diklat yang dibutuhkan dalam setiap program diklat yang diselenggarakan. Prasarana Diklat adalah barang tidak bergerak antara lain aula, ruang kelas, ruang diskusi, asrama, perpustakaan, tempat ibadah dan poliklinik.

4.3 Deskripsi Dan Analisis Data

4.3.1 Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Tenaga Kerja Kontrak yang telah bekerja selama minimal satu tahun, berjumlah 30 orang. Karakteristik responden dalam penilitian ini ditinjau dari segi jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Berdasarkan


(45)

penelitian yang dilakukan diperoleh data responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 57% dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 43%.

Berdasarkan usia responden dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan > 50 tahun. Hasil survey menunjukkan responden berdasarkan usia 20-30 tahun menghasilkan presentase 57%, usia 31-40 tahun 17%, 41-50 tahun 23% dan > 50 tahun adalah 3%. Rincian hasil presentase responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proporsi responden berdasarkan usia

Jumlah responden yang memiliki latar belakang pendidikanDiploma dan S1 lebih dominan dibandingkan dengan responden yangmemiliki latar belakang pendidikan lain. Pengelompokkan respondendibagi menjadi 4 (empat), yaitu S2 7%, S1 43%, D3 37% dan SLTA 13%. Rincianhasil persentase responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proporsi responden berdasarkan pendidikan

57 % 17 %

23% 3%

20-30 tahun 30-40 tahun 40-50 tahun > 50 tahun

Usiaia

7%

43% 37%

13%

Pendidikan

S2 S1 D3 SLTA


(46)

4.3.2 Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauhmana alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas dari peubah terikat yaitu kinerja dengan peubah bebas yang terdiri dari keahlian, pendidikan, pengalaman kerja, sumber daya organisasi, iklim organisasi dan struktur organisasi, menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang mewakili peubah-peubah penelitian adalah sahih. Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3.3 Hasil Uji Reliabilitas

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner tersebut. Cara pengambilan keputusan, adalah:

a. Jika rαpositif dan lebih besar dari batas minimal (0,600), maka dikatakan reliabel.

b. Jika rαnegatif atau rαlebih kecil dari batas minimal (0,600), maka dikatakan tidak reliabel.

Pada akhir analisis rαdapat dilihat, yaitu bernilai 0,602 sedangkan batas minimal 0,600. Maka dapat disimpulkan, rα> batas minimal (0,600) sehingga kuesioner tersebut bersifat reliabel. Oleh karena telah dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner tersebut sudah layak digunakan dalam penelitian.

4.4 Analisis Persepsi Pegawai

Penerapan SMM Serfitikasi Akreditasi LAN dan kinerja pegawai direpresentasikan oleh seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI yang diperoleh dengan nilai skor rataan terlebih dahulu. Dari hasil rata-rata kemudian ditentukan rentang setiap skala tiap komponen denga menggunakan rumus, yaitu:


(47)

Nilai rentang skala menunjukkan tingkat penerapan SMM Serfitikasi Akreditasi LAN dan kinerja pegawai adalah 0,80. Nilai skor rataan diperoleh dari hasil perkalian ntara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah responden, kemudian dibagi jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka didapat keterangan untuk tingkat penerapan SMM Serfitikasi Akreditasi LAN dan kinerja pegawai. Skor rataan tersebut digunakan untuk menyimpulkan tingkat persepsi penerapan SMM Serfitikasi Akreditasi LAN dan kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI seperti tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Keputusan Posisi Penilaian

Skor Rataan Kategori 1,00 – 1,80 Sangat Buruk

1,81 – 2, 60 Buruk

2,61 – 3, 40 Baik

3,41 – 4,20 Sangat Baik

4.4.1 Analisis Persepsi Pegawai Terhadap SMM Serfitikasi Akreditasi LAN

Berdasarkan hasil kuesioner maka diperoleh hasil analisis persepsi mengenai penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI yaitu tenaga kediklatan, program diklat dan fasilitas diklat. Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN yang dirasakan oleh pegawai Pusdiklat BPK RI dapat diketahui berdasarkan penilaian pegawai terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Penilaian pegawai terhadap penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi ditunjukkan oleh Tabel 3.


(48)

Tabel 3. Persepsi karyawan terhadap SMM Sertifikasi Akreditasi LAN

Unsur Penilaian Skor Rataan Keterangan

Tenaga Kediklatan 4,187 Sangat Baik

Program Diklat 2,744 Baik

Fasilitas Diklat 4,063 Sangat Baik

Rata-rata 3,66 Sangat Baik

1. Tenaga Kediklatan

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN berupa tenaga kediklatan berada dalam kondisi sangat baik dengan nilai rataan sebesar 4,187. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kediklatan yang meliputi pengelola lembaga diklat dan widyaiswara telah diterima dengan baik oleh seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI. Dimana tenaga kediklatan yang terdiri dari pengelola lembaga kediklatan yang memiliki serifikat Management of training (MOT) dan penyelenggara diklat yang memiliki Training Officer Course (TOC) memiliki kejelasan dalam pembagian dan tanggung jawab antara pengelola dan penyelanggara diklat, serta widyaiswara yang memiliki pendidikan formal sesuai dengan mata diklat yang diampu serta memiliki sertifikat Training of Trainers (TOT). Widyaiswara juga memiliki pengalaman mengajar dan bidang spesialisasi sesuai dengan mata diklat yang diselenggarakan.

2. Program Diklat

Unsur penilaian penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN adalah program diklat yang berada dalam kondisi sangat baik dengan nilai rataan 2,744. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara kurikulum, bahan diklat, metode diklat,waktu pelaksanaan dan peserta diklat dengan


(49)

tujuan dan sasaran program diklat. Kurikulum yang diterapkan sesuai dengan tujuan dan sasaran program diklat serta hasil belajar sesuai dengan indikator hasil belajar setiap program diklat.bahan diklat yang berupa modul dan handout sesuai dengan tujuan dansasaran program diklat. Metode diklat efektif dalam membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta. Alokasi jumlah waktu sudah sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan pada setiap mata diklat, sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan serta sasaran program diklat. Peserta diklat sesuai dengan persyaratan administratif dan akademis masing-masing program diklat dan jumlah peserta diklat sesuai dengan jumlah yang dipersyaratkan.

3. Fasilitas Diklat

Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN lainnya adalah berkaitan dengan fasilitas diklat. Fasilitas diklat yang diterima oleh pegawai adalah sebesar 4,063. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas diklat dapat diterima dengan baik oleh seluruh pegawai Pusdiklat BPK RI. Fasilitas tersebut diantaranya berupa sarana diklat yaitu meja, kursi belajar, laptop/notebook, papan tulis, flipchart, LCD, OHP dan alat tulis kantor (ATK) serta prasarana diklat yaitu aula, ruang kelas, ruang diskusi, asrama, perpustakaan, tempat ibadah dan poliklinik.

4.4.2 Analisis Persepsi Pegawai Terhadap Kinerja

Berdasarkan hasil kuesioner maka diperoleh hasil analisis persepsi mengenai penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI dapat diketahui berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh pegawai Pusdiklat BPK RI yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Persepsi Pegawai terhadap Kinerja

Kinerja Skor Rataan Keterangan Kinerja Pegawai 3,562 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4 diatas, diketahui bahwa persepsi pegawai Pusdiklat BPK RI terhadap kinerja berada dalam kondisi sangat baik dengan nilai rataan sebesar 3,562. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran pegawai yang sesuai dengan aturan yang berlaku, pegawai memahami hambatan yang terjadi dalam


(50)

pekerjaan, kepuasan pegawai dan atasan terhaap tugas yang telah dilakukan serta jumlah keluhan dari peserta diklat yang sedikit.

4.5Analisis Regresi Linear Sederhana

4.5.1 Menganalisis pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai pada Pusdiklat BPK RI

Pengukuran pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN di Pusdiklat BPK RI dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dapat dilihat pada (Lampiran). Dari hasil pengukuran analisis regresi linear sederhana terhadap penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN pada Pusdiklat BPK RI disusun hipotesis sebagai berikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI.

H1 : Terdapat pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI.

Pengujian pengaruh SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI dilakukan uji koefisiensi regresi (Uji t). Hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung 4,160 dan nilai t-tabel 3,785. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara SMM Sertifikasi akreditasi LAN dengan kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI karena nilai t-hitung > t-tabel (4,160 > 3,785), maka hipotesis diterima.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI

Variabel Koefien Regresi Probability

Constant 9,649 0,004

Tenaga Kediklatan 0,402 0,000

Program Diklat 0,412 0,003

Fasilitas Diklat 0,338 0,001

Berdasarkan model hasil perhitungan pada tabel 5 diperoleh persamaan regresi :Y = 9,649 + 0,402X1 + 0,412X2 +0,33X3. . . . . . .(6) Dimana:


(51)

X1 = Tenaga Kediklatan X2 = Program Diklat X3 = Fasilitas Diklat

Pada persamaan regresi tersebut terlihat bahwa koefisien SMM Sertifikasi Akreditasi LAN berupa Tenaga Kediklatan sebesar 0,402 artinya bahwa setiap kenaikan tenaga diklat sebesar satu-satuan (satuan skala Likert) akan meningkatkan kinerja sebesar 0,402. Koefisien bernilai positif yang artinya variabel tenaga diklat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai, semakin baik tinggi kerjasama dan kompetensi tenaga diklat yaitu pimpinan diklat yang bersertifikasi Management of Training (MoT)dan penyelenggara program diklat bersertifikat Training Officer Course (TOC) serta widyaiswara yang bersertifikat Training of Trainers (ToT), maka dapat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaran diklat sehingga akan memberikan umpan balik terhadap kinerja pegawai sehari-hari.

Koefisien sertifikasi akreditasi berupa Program Diklat sebesar 0,412 berarti setiap kenaikan program diklat yang meliputi Kurikulum, Bahan Diklat, Metode Diklat, Jangka Waktu Pelaksanaan Program Diklat dan Peserta Diklat akan meningkatkan kinerja sebesar 0,412. Koefisien bernilai positif yang artinya variabel program diklat berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, semakin program diklat dilaksanakan dengan baik maka kinerja pegawai akan semakin meningkat.

Koefisien sertifikasi akreditasi berupa Fasilitas Diklat sebesar 0,338 berarti bahwa setiap kenaikan fasilitas diklat sebesar stu-satuan akan meningkatkan kinerja pegawai sebesar 0,338. Koefisien bernilai positif artinya variabel fasilitas diklat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, semakin baik fasilitas sarana dan prasarana tersebut maka kinerja pegawai semakin meningkat. Meningkatnya fasilitas diklat dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana yaitu berupa meja, kursi belajar, laptop/notebook, papan tulis, flipchart, LCD, OHP, alat tulis kantor (ATK) dan modul atau handout yang lengkap dan mudah dipahami serta fasilitas lainnya yang berupa aula, ruang kelas, ruang diskusi, asrama, perpustakaan, tempat ibadah dan poliklinik yang akan membanyu kelancaran proses


(52)

penyelenggaraan diklat.

Dari hasil perolehan koefisiensi pada persamaan regresi diatas diketahui bahwa seluruh variabel yang digunakan yang terdiri dari Tenaga Kediklatan, Program Diklat dan Fasilitas Diklat memberikan hubungan yang positif terhadap kinerja pegawai. Jika segala sesuatu yang berada pada variabel-variabel independen (Tenaga Kediklatan, Program Diklat dan Fasilitas Diklat) dianggap konstan, mak nilai koefisien kinerja pegawai adalah sebesar 9,649.

Dilihat dari nilai koefisien dalam persamaan regresi dinyatakan bahwa urutan faktor pengaruh penerapan SMM Sertifikasi Akreditas LAN yang paling berpengaruh ampai yang paling sedikit berpengaruh terhadap kinerja pegawai yaitu Program Diklat dengan nilai koefisien terbesar yaitu 0,412, Tenaga Kediklatan denag nilai koefisien sebesar 0,402 dan Fasilitas Diklat dengan nilai koefisien terkecil yaitu sebesar 0,338.

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisiensi determinasi dikatakan baik apabila diatas 0,5. Besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji nilai R SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 0,886 0,785 0,760 1,745

Besarnya kontribusi sumbangan yang diberikan oleh variabel penerapan SMM Sertifikasi Akreditasi LAN terhadap kinerja pegawai Pusdiklat BPK RI secara simultan dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi. Besarnya adjusted R Square berdasarkan hasil analisis Tabel 6 yaitu sebesar 0,760. Dapat diinterpretasikan bahwa variabel independen mampu menjelaskan sebesar 76,0% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya 24,0% dijelaskan variabel lain diluar penelitian ini.


(1)

Lanjutan Lampiran 1.

No

Peserta diklat

Alternatif Jawaban

(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

1

Peserta diklat sesuai dengan persyaratan

administratif dan akademis

masing-masing program diklat

2

Jumlah peserta diklat sesuai dengan

jumlah yang dipersyaratkan

masing-masing program diklat

No

Panduan pelaksanaan program diklat

Alternatif Jawaban

(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

1

Panduan pelaksanaan program diklat

sudah lengkap jika dikalitkan dengan

tujuan dan sasaran program diklat

2

Panduan bagi peserta, widyaiswara dan

penyelenggara sudah jelas

3

Tampilan panduan pelaksanaan program

diklat sangat berkualitas

c. unsur fasilitas diklat

No

Sarana diklat

Alternatif Jawaban

(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

1

Sarana diklat sangat lengkap dalam

mewujudkan hasil belajar dari indikator

hasil belajar

2

Sarana diklat sangat sesuai dalam

mewujudkan hasil belajar dan indikator

belajar

No

Prasarana diklat

Alternatif Jawaban

(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

1

Prasarana diklat sangat lengkap untuk

kebutuhan pelaksanaan program diklat

2

Prasarana diklat sangat sesuai untuk


(2)

(3)

Lampiran 3. Proses Kegiatan Diklat di Pusdiklat BPK RI

1.

Penyusunan modul melibatkan dosen perguruan tinggi negeri dan swasta,

serta pemeriksa dan pejabat BPK


(4)

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Correlations

TENAGA KEDIKLATAN

PROGRAM DIKLAT

FASILITAS DIKLAT

TENAGA KEDIKLATAN Pearson Correlation 1 ,184 ,489(**)

Sig. (2-tailed) ,330 ,006

N 30 30 30

PROGRAM DIKLAT Pearson Correlation ,184 1 ,325

Sig. (2-tailed) ,330 ,080

N 30 30 30

FASILITAS DIKLAT Pearson Correlation ,489(**) ,325 1

Sig. (2-tailed) ,006 ,080

N 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excluded(a) 0 ,0

Total 30 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(5)

Lampiran 5. Hasil Regresi Linier Sederhana

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

KINERJA 37,00 3,562 30

TENAGA KEDIKLATAN 25,30 4,187 30

PROGRAM DIKLAT 22,30 2,744 30

FASILITAS DIKLAT 23,67 4,063 30

Correlations KINERJA TENAGA KEDIKLATAN PROGRAM DIKLAT FASILITAS DIKLAT

Pearson Correlation KINERJA 1,000 ,719 ,529 ,720

TENAGA KEDIKLATAN ,719 1,000 ,184 ,489

PROGRAM DIKLAT ,529 ,184 1,000 ,325

FASILITAS DIKLAT ,720 ,489 ,325 1,000

Sig. (1-tailed) KINERJA . ,000 ,001 ,000

TENAGA KEDIKLATAN ,000 . ,165 ,003

PROGRAM DIKLAT ,001 ,165 . ,040

FASILITAS DIKLAT ,000 ,003 ,040 .

N KINERJA 30 30 30 30

TENAGA KEDIKLATAN 30 30 30 30

PROGRAM DIKLAT 30 30 30 30

FASILITAS DIKLAT 30 30 30 30

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 FASILITAS DIKLAT, PROGRAM DIKLAT, TENAGA KEDIKLATA N(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: KINERJA

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate


(6)

a Predictors: (Constant), FASILITAS DIKLAT, PROGRAM DIKLAT, TENAGA KEDIKLATAN b Dependent Variable: KINERJA

Lanjutan Lampiran 5.

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 288,871 3 96,290 31,639 ,000(a)

Residual 79,129 26 3,043

Total 368,000 29

a Predictors: (Constant), FASILITAS DIKLAT, PROGRAM DIKLAT, TENAGA KEDIKLATAN b Dependent Variable: KINERJA

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient

s t Sig.

95% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound B

St d. Err or

1 (Constant)

9,649 3,080 3,133 ,004 3,319 15,979

TENAGA KEDIKLAT AN

,402 ,089 ,472 4,528 ,000 ,219 ,584

PROGRA

M DIKLAT ,412 ,125 ,317 3,295 ,003 ,155 ,668

FASILITA

S DIKLAT ,338 ,095 ,386 3,561 ,001 ,143 ,534

a Dependent Variable: KINERJA

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 29,72 41,88 37,00 3,156 30

Residual -3,060 3,284 ,000 1,652 30

Std. Predicted Value -2,306 1,545 ,000 1,000 30

Std. Residual -1,754 1,882 ,000 ,947 30