5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah 8.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan fidusia Selain itu pada zaman kolonial Belanda terdapat beberapa tempat pengaturan
hukum jaminan diluar KUH Perdata, yaitu : 1.
Credietverband sebagaimana diatur dalam Staatsblad 1908 Nomor 542 juncto Staatsblad 1909 Nomor 586 dan Staatsblad 1937 Nomor 190 juncto
Staatsblad 1937 Nomor 191 2.
Oogstverband sebagaimana diatur dalam Staatsblad 1886 Nomor 57 Dengan demikian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 dan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 telah mengatur secara Nasional mengenai hukum jaminan, yang dalam hal ini, terbatas mengatur mengenai jaminan
kebendaan hak tanggungan dan fidusia.
2. Sifat Pengaturan Hukum Jaminan
Sifat pengaturan hukum jaminan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya perjanjian pendahuluan yang mendahuluinya. Karenanya sifat hukum jaminan
merupakan perjanjian Asesor accessoir, tambahan atau ikutan sebagai perjanjian Asesor, eksistensi perjanjian hukum jaminan ditentukan oleh ada dan hapusnya
perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokoknya. Pada umumnya perjanjian
Universitas Sumatera Utara
pendahuluan ini berupa perjanjian utang-piutang, perjanjian pinjam meminjam uang, perjanjian kredit atau sebaliknya dengan berakhirnya perjanjian
pendahuluan, berakhir pula perjanjian jaminannya.dalam perjanjian utang-piutang, diperjanjikan pula antara debitur dengan kreditor bahwa pinjamannya telah
dibebani dengan suatu jaminan, yang selanjutnya diikuti dengan pengikatan jaminan, yang dapat berupa pengikatan jaminan kebendaan dan jaminan
perseorangan. Sifat dari perjanjian jaminan sebagai perjanjian Asesor juga terlihat dalam
ketentuan perjanjian di Inggris atau juga di Amerika dalam ketentuan mortgage, yaitu bahasa mortgage selalu dikaitkan kepada perjanjian yang berkaitan dengan
suatu pinjaman atau loan. Sifat Asesor dari hak jaminan dapat menimbulkan akibat hukum tertentu :
1. Ada dan hapusnya perjanjian itu tergantung dan ditentukan oleh perjanjian
pendahuluannya. 2.
Bila perjanjian pendahuluannya batal, maka dengan sendirinya perjanjian jaminan sebagia perjanjian tambahan juga menjadi batal.
3. Bila perjanjian pendahuluannya beralih atau dialihkan maka dengan
sendirinya perjanjian jaminan ikut beralih. 4.
Bila perjanjian pendahuluannya beralih karena cassie, sobrogatie, maka perjanjian jaminan ikut beralih tanpa penyerahan khusus.
5. Bila perjanjian jaminannya berakhir atau hapus maka perjanjian pendahuluan
tidak dengan sendirinya atau hapus pula.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai suatu sifat dari hukum jaminan, Eksistensi perjanjian jaminan amat tergantung pada perjanjian pendahuluannya yang menjadi dasar timbulnya
pengikatan hukum jaminan. Artinya, perjanjian jaminan dimaksudkan untuk mengubah kedudukan kreditor-kreditornya menjadi kreditor yang Preferen,
sehingga kreditor atau pemberi pinjaman akan merasa aman dan memperoleh kepastian hukum atas pelunasan pinjaman yang diberikan olehnya kepada debitur
karena diikuti dengan perjanjian pemberian jaminan oleh debitur pada krediturnya. Untuk itulah dikatakan perjanjian jaminan merupakan sifat dari perjanjian
pendahulunya.
C. Jenis-Jenis Lembaga Jaminan