Sebagai suatu sifat dari hukum jaminan, Eksistensi perjanjian jaminan amat tergantung pada perjanjian pendahuluannya yang menjadi dasar timbulnya
pengikatan hukum jaminan. Artinya, perjanjian jaminan dimaksudkan untuk mengubah kedudukan kreditor-kreditornya menjadi kreditor yang Preferen,
sehingga kreditor atau pemberi pinjaman akan merasa aman dan memperoleh kepastian hukum atas pelunasan pinjaman yang diberikan olehnya kepada debitur
karena diikuti dengan perjanjian pemberian jaminan oleh debitur pada krediturnya. Untuk itulah dikatakan perjanjian jaminan merupakan sifat dari perjanjian
pendahulunya.
C. Jenis-Jenis Lembaga Jaminan
Mengenai lembaga jaminan, ketentuan dalam Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan :
Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.
Kemudian dalam Pasal 1132 KUH Perdata dinyatakan : Kebendaaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua
orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualn benda- benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukakan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, dapat
diketahui bahwa jenis-jenis lembaga jaminan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Gadai Pand
Istilah lembaga jaminan ”Gadai” merupakan terjemahan kata Pand atau vuistpand bahasa Belanda, pledge atau pawn bahasa Inggris, pfand
atau faustpfand bahasa Jerman. Dalam hukum adat istilah gadai ini disebut dengan cekelan.
Lembaga jaminan gadai ini masih banyak dipergunakan di dalam praktik.kedudukan pemegang jaminan gadai di sini lebih kuat dari
pemegang fidusia karena benda jaminan berada dalam pengawasan kreditor. Dalam hal ini, kreditor terhindar dari itikad jahat te kwader
troum pemberi gadai, sebab dalam gadai, benda jaminan sama sekali tidak boleh berada dalam penguasaan inbezitstelling pemberi gadai.
27
Gadai, yang pengertian dan persyaratannya sebagai pand merupakan lembaga hak jaminan kebendaan bagi kebendaan bergerak yang diatur didalam KUH Perdata.
Perumusan gadai diberikan dalam Pasal 1150 dan 1152 ayat 1, 2, dan 3 KUH Perdata.
Pasal 1150 KUH Perdata : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualiaan
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.
27
Mariam Darus Badrulzaman, 2000, hal. 55-56.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1152 ayat 1, ayat 2 dan 3 KUH Perdata : 1
Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si
berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.
2 Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap
dalam kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, atau pun yang kembali atas kemauan si berpiutang.
3 Apabila, namun itu barang tersebut hilang dari tangan penerima
gadai ini atau dicuri daripadanya, maka hendaklah ia menuntutnya kembali sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1977 ayat 2,
sedangkan apabila barang gadai didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah hilang.
2. Jaminan Fidusia
Perumusan pengertian jaminan fidusia dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 dan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyatakan :
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Dari perumusan diatas dapat diketahui unsur-unsur fidusia yaitu : 1.
Pengalihan hak kepemilikan suatu benda 2.
Dilakukan atas dasar kepercayaan. 3.
Kebendaannya tetap dalam penguasaan pemilik benda. Selain itu dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia menyatakan : Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud
Universitas Sumatera Utara
dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberian fidusia, sebagai agunan
pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang lebih diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
Dari perumusan diatas dapat diketahui unsure-unsur dari jaminan Fidusia yaitu :
1. Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang diutamakan.
2. Kebendaan bergerak sebagai objeknya
3. Kebendaan tidak bergerak khususnya bangunan dan tidak dibebani dengan
hak tanggungan juga menjadi objek jaminan fidusia. 4.
Kebendaan menjadi objek jaminan fidusia tersebut dimaksudkan sebagai agunan.
5. Untuk pelunasan suatu hutang tertentu.
6. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap
kreditor lainnya.
3. Hipotek Hypotheek
Perumusan pengertian hipotek dinyatakan dalam Pasal 1162 KUH Perdata, yang bunyinya :
Hipotek adalah suatu hal kebendaan atas benda-benda tidak bergerak, untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan.
Selanjutnya pasal-pasal KUH Perdata memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian hipotek sebagai berikut :
Pasal 1167 KUH Perdata menyatakan :
Universitas Sumatera Utara
Benda bergerak tidak dapat dibebani dengan hipotek. Pasal 1168 KUH Perdata menyatakan :
Hipotek tidak dapat diletakkan selainnya oleh siapa yang berkuasa meminahtangankan benda yang dibebani.
Pasal 1171 ayat 1 KUH Perdata menyatakan : Hipotek hanya dapat diberikan dengan suatu akta autentik, kecuali dalam
hal-hal yang dengan tegas ditunjuk oleh Undang-undang.
Pasal 1175 ayat 1 KUH Perdata menyatakan : Hipotek hanya dapat diletakkan atas benda-benda yang sudah ada. Hipotek
atau benda-benda yang baru akan ada dikemudian hari adalah batal. Pasal 1176 ayat 1 KUH Perdata menyatakan :
Suatu hipotek hanyalah sah, hanyalah sekedar jumlah uang untuk mana ia telah diberikan adalah tentu dan ditetapkan didalam akta.
D. Sistem Hukum Jaminan di Indonesia