ekonomi tertentu sehingga tetap berada pada posisi yang sama. Posisi atau keadaan ekonomi yang sama tersebut dipertahankan dengan memperjanjikan pemberian ganti
rugi karena terjadinya suatu peristiwa belum pasti. Peristiwa yang belum pasti pada perjanjian untung-untungan yang bersifat
pertaruhan atau perjudian tidak sama dengan yang terjadi pada perjanjian asuransi. Pada perjanjian untung-untungan, risiko itu justru diciptakan oleh perjanjian itu
sendiri. Lain halnya dengan perjanjian asuransi, risiko itu telah ada sebelum perjanjian dibuat, dan justru perjanjian asuransi ditutup dengan memperalihkan risiko
yang sudah ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa perjanjian asuransi kurang tepat dimasukkan ke
dalam persetujuan untung-untungan, karena di dalam perjanjian asuransi terdapat hak dan kewajiban yang bertimbal balik, serta bukan untung atau ruginya yang
digantungkan pada peristiwa yang belum pasti, akan tetapi adalah pelaksanaan kewajiban dari penanggung.
B. Pengaturan Perjanjian Asuransi Tunai.
Pengaturan perjanjian asuransi di Indonesia secara umum dibagi dalam 2 dua bagian, yaitu pengaturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
KUHD dan pengaturan diluar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD. 1.
Pengaturan dalam Kitab-Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Di dalam KUHD ada 2 dua cara pengaturan hukum pertanggungan, yaitu
pengaturan yang bersifat umum dan pengaturan yang bersifat khusus.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I titel 9 KUHD, dan pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I titel 10 KUHD, dan Buku II
titel 9 dan 10 KUHD yang pengaturannya sebagai berikut : a.
Buku I titel 9, mengatur tentang Asuransi pada umumnya Pasal 246 sampai dengan Pasal 286 KUHD.
b. Buku I titel 10, mengatur tentang asuransi terhadap bahaya kebakaran, terhadap
bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang asuransi jiwa Pasal 287 sampai dengan Pasal 308 KUHD.
c. Buku II titel 9, mengatur tentang asuransi terhadap bahaya-bahaya laut dan
bahaya-bahaya perbudakan Pasal 592 samai dengan Pasal 685 KUHD. d.
Buku II titel 10, mengatur tentang asuransi terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya-bahaya pengangkutan di darat dam sungai-sungai serta perairan
pedalaman Pasal 686 sampai dengan Pasal 695 KUHD. Ketentuan dalam Pasal 248 KUHD menyatakan ”Terhadap segala macam
pertanggungan baik yang diatur dalam Buku ini maupun yang diatur dalam Buku Kedua Kitab Undang-Undang ini berlakulah ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam pasal-pasal berikut”. Dari bunyi Pasal 248 KUHD tersebut, maka engaturan yang bersifat umum
yang dimuat dalam Buku I titel 9 KUHD diperuntukkan bagi semua jenis erjanjian asuransi, yang dengan demikian berlaku juga terhadap asuransi-asuransi khusus di
atur dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengaturan di luar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Dalam praktek perasuransian masih dijumpai pengaturan khusus yang diatur tersendiri dalam undang-undang, peraturan-peraturan pemerintah, maupun perjanjian
antara dua belah pihak, antara lain : a.
Asuransi wajib kecelakaan penumpang yang diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 1964.
b. Asuransi atas kecelakaan lalu lintas yang diatur dalam Undang-Undang No. 34
Tahun 1964. c.
Asuransi kredit yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1971.
d. Peraturan Pemrintah No. 17 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana Undang-
Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Asuransi Wajib Kecelakaan Penumpang. e.
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana Undang- Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Asuransi atas Kecelakaan Lalu Lintas.
f. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1963 tentang Tabungan Asuransi Pegawai
Negeri. g.
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1971 tentang Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Asabri.
h. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja
ASTEK dengan berbagai peraturan pelaksanaannya. i.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1965 tentang Pertanggungan kembali Reasuransi Herverzekering.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu KUHD dirancang lebih dari satu abad yang lalu, bahaya-bahaya yang ada dalam praktek perasuransian sekarang ini belum dikenal. Timbulnya
bermacam-macam asuransi khusus dalam praktek menunjukkan bahwa masyarakat semakin berkembang dan mempunyai kesadaran yang tinggi tentang risiko yang akan
datang dan semakin menyadari pula akan adanya bermacam-macam bahaya yang mengancam keselamatan harta benda, dan jiwa raga.
Dalam perkembangan terakhir, pemerintah telah mengeluarkan Undang- Undang No.2 Tahun 1992 yang mengatur tentang Usaha Perasuransian. Undang-
Undang No.2 Tahun 1992 lahir dengan konsiderans bahwa dalam pelaksanaan pembangunan dapat terjadi berbagai ragam dan jenis risiko yang perlu ditanggulangi
oleh masyarakat. Dengan demikian dapat terlihat kesadaran untuk menanggulangi risiko yang dihadapi dalam proses kehidupan bermasyarakat dan bernegara semakin
tinggi sehingga diatur secara khusus usaha-usaha yang bergerak di bidang perasuransian secara nasional.
C. Hak dan Kewajiban Tertangung dan Penangung dalam Asuransi Tunai