pihak lain yang membutuhkan guna dijadikan modal untuk membiayai proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan. Dari peminjaman modal ini penanggung akan
menikmati bunga ataupun pembagian keuntungan dari peminjam modal. Sementara itu modal akan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Dengan
adanya keuntungan ini maka peminjam modal dapat mengangkat perekonomiannya sendiri dan juga perekonomiannya
sendiri dan juga perekonomian orang lain yang berada di sekitarnya, sehingga akhirnya terwujud kemakmuran bagi seluruh
masyarakat.
F. Berakhirnya Perjanjian Asuransi
Dalam ketentuan KUH Dagang tidak terdapat pengaturan secara tegas tentang berakhirnya perjanjian asuransi. Karena tidak terdapat pengaturan secara tegas, maka
timbullah berbagai pendapat dari para sarjana, doktrin mengenai berakhirnya perjanjian asuransi.
Radiks Purba menyatakan berakhirnya suatu perjanjian asuransi disebabkan oleh 2 dua macam penyebab, yaitu :
43
1. Perjanjian berakhir secara wajar, karena masa berlakunya perjanjian telah
berakhir sebagaimana yang telah diperjanjian semula. 2.
Perjanjian berakhir secara tidak wajar, karena dibatalkan oleh salah satu pihak walaupun masa berlakunya perjanjian belum berakhir.
Jadi apabila suatu perjanjian asuransi telah berakhir maka semua kerugian yang diderita oleh tertanggung tidak lagi mendapat ganti rugi dari pihak penanggung.
43
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Abdul Kadir Muhammad, maka suatu perjanjian berakhir karena :
1. Tenggang waktu berlakunya telah habis
2. Terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian.
3. Pertanggungan berhenti.
4. Pertanggungan gugur.
44
Berdasarkan pendapat
dari Abdul Kadir Muhammad, daat berakhirnya
perjanjian asuransi daat dijabarkan secara lebih terperinci : 1.
Tenggang waktu berlakunya telah habis. Ketentuan-ketentuan KUHD tidak mengatur secara tegas tentang tenggang waktu berlakunya perjanjian asuransi.
Akan tetapi dalam praktek, perjanjian asuransi biasanya diadakan dalam suatu jangka waktu yang tertentu. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dalam suatu
polis perjanjian asuransi. Jadi apabila jangka waktu yang telah ditetapkan bahwa polis perjanjian asuransi telah jatuh tempo, maka perjanjian asuransi berakhir,
atau pihak menanggung dan tertanggung membuat kesepakatan baru memperbaharui perjanjian asuransi.
2. Terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian. Apabila perjanjian
pertanggungan telah berjalan, terjadi peristiwa yang belum pasti dan menimbulkan kerugian pada tertanggung, maka penanggung akan menyelidiki
apakah tertanggung benar-benar mempunyai kepentingan atas benda atau jiwa
44
Abdul Kadir, Muhammad Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, 1992, Bandung.
Universitas Sumatera Utara
yang dipertanggungkan. Apabila tertanggung memang mempunyai kepentingan atas benda atau jiwa yang dipertanggungkan dan terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian tersebut sesuai dengan ketentuan dalam polis perjanjian asuransi, maka perjanjian asuransi berakhir, diikuti dengan pembayaran ganti
kerugian oleh penanggung kepada tertanggung. Tentang pembayaran ganti kerugian yang timbul dalam perjanjian asuransi ditentukan jumlah maksimum
yang harus dibayar oleh penanggung. Mengenai pembayaran ganti kerugian, ketentuan dalam Paal 23 KUHD
menyatakan sebagai berikut : Ayat 1. Suatu pertanggungan melebihi jumlah harga atau kepentingan yang
sesungguhnya, hanyalah sah sampai jumlah tersebut. Ayat 2. Apabila harga penuh sesuatu barang tidak dipergunakan, maka apabila
timbul kerugian si penanggung hanyalah diwajibkan menggantinya menurut imbangan daripada bagian yang dipertanggungkan terhadap
bagian yang tidak dipertanggungkan.
Ayat 3. Namun demikian bolehlah para pihak memperjanjian dengan tegas, bahwa dengan tak mengingat harga lebihnya barang yang
dipertanggungkan, kerugian yang menimpa barang itu, akan diganti sepenuhnya sampai jumlah yang dipertanggungkan.
3. Pertanggungan berhenti. Berhentinya suatu perjanjian pertanggungan dapat
disebabkan karena persetujuan antara kedua belah pihak, maupun karena faktor- faktor diluar kemauan kedua belah pihak.
Pertanggungan berhenti yang disebabkan oleh kemauan kedua belah pihak dapat terjadi antara lain premi pertanggungan tidak dibayar dan ini biasanya
diperjanjian dalam polis pertanggungan.
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungan berhenti karena faktor-faktor diluar kemauan kedua belah pihk dapat terjadi antara lain terjadi pemberatan risiko setelah pertanggungan berjalan
seperti yang terdapat dalam ketentuan pasal 293 KUHD. Ketentuan dalam Pasal 293 KUHD menyatakan sebagai berikut :
”Apabila sebuah gedung yang dipertanggungkan, diperuntukkan untuk suatu keperluan lain dan karena itu memikul bahaya kebakaran yang lebih besar,
sehingga si penanggung, seandainya itu sudah terjadi sebelum diadakannya pertanggungan, tidak akan menanggung gedung tersebut ataupun tidak akan
menanggungnya atas syarat-syarat yang sama, maka berhentilah kewajiban si penanggung tadi”.
Terhadap pertanggungan berhenti, maka berlakulah Premi Restorno, yaitu pembayaran kembali uang premi pertanggungan karena batalnyagugurnya
pertanggungan. Ketentuan tentang Premi Restorno, diatur secara khusus dalam ketentuan Pasal 281 KUHD yang berbunyi : 3
”Dalam segala hal dimana perjanjian pertanggungan itu untuk seluruhnya atau sebagai gugur atau menjadi batal, sedangkan si tertanggung telah
bertindak dengan itikad baik, maka si penanggung diwajibkan mengembalikan preminya untuk seluruhnya ataupun untuk sebagian yang
sedemikian untuk mana ia telah menghadapi bahaya”.
4. Pertanggungan gugur. Terhadap pertanggungan gugur, ketentuan dalam Pasal 307
KUHD menyatakan ”Apabila seseorang yang telah mempertanggungkan jiwanya, membunuh diri, atau dihukum mati maka gugurlah pertanggungan itu”. Dengan
gugurnya suatu pertanggungan maka pihak penanggung berhak untuk tidak membayar klaim pertanggungan, dan pihak tertanggung tidak berhak untuk
menuntut klaim asuransi, biasanya syarat-syarat gugurnya pertanggungan diatur secara tersendiri dalam polis perjanjian pertanggungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
UANG TUNAI DI BANK DIJAMIN OLEH PERUSAHAAN ASURANSI PADA BANK TABUNGAN NEGARA MEDAN
A. Bentuk Perjanjian Kerja sama antara Bank Tabungan Negara Medan
dengan Perusahaan Asuransi
Dewasa ini Bank mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat yaitu sebagai penghimpun dana sebagai penyalur dana masyarakat. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 untuk selanjutnya disebut dengan Undang-
Undang Perbankan, pengertian Bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank dalam menyalurkan pinjaman kepada masyarakat nasabah berupa uang dalam bentuk pemberian kredit mensyaratkan adanya penyerahan jaminan kredit oleh
pemohon kredit. Di dalam pemberian kredit, Bank sangat bertanggung jawab terhadap resiko, sehingga dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan, ditentukan bahwa dalam memberikan kredit Bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan pemberian kredit yang sangat beresiko tersebut menuntut Bank untuk menerapkan prinsip kehati-hatian untuk mengatasi dan
74
Universitas Sumatera Utara