59
VI RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK
6.1 Identifikasi risiko
Pengelolaan usaha produksi sayuran organik yang dikelola oleh The Pinewood Organic Farm, khususnya untuk komoditas brokoli, tomat, bayam
hijau, dan wortel pasti dihadapkan pada masalah risiko. Salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi
dalam kegiatan usaha sayuran organik ini ditunjukkan oleh adanya fluktuasi atau variasi jumlah produksi maupun produktivitas sayuran organik yang dihasilkan.
Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel, tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Risiko
ini terlihat melalui adanya fluktuasi dan variasi produksi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm Lampiran 1. Risiko ini berpengaruh terhadap
penerimaan atau pendapatan perusahaan. Perusahaan dalam menjalankan usahanya mengalami fluktuasi hasil
produksi Lampiran 2, yang mana mengakibatkan produktivitas sayuran organik yang diusahakan juga berfluktuasi Lampiran 3. Hasil produksi pada tiap-tiap
komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau dan wortel berbeda. Yang mana juga dipengaruhi oleh luasan lahan yang digunakan untuk usaha produksi
masing-masing komoditas perperiodenya. Periode produksi antara keempat komoditas tersebut berbeda-beda, sesuai dengan waktu atau umur produksi tiap-
tiap komoditas. Analisis risiko diversifikasi sayuran organik hanya difokuskan kepada
empat komoditi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan yaitu: brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Keempat komoditas tersebut dipilih berdasarkan
jumlah produksi terbanyak yang dihasilkan oleh The Pinewood Organic Farm. Selain itu adanya perbedaan teknis budidaya yang bervariasi diantara keempat
komoditas. Untuk mengetahui besaran risiko yang dihadapi oleh perusahaan, dihitung dengan menggunakan standard deviation, variance, coefficient variation
yang merupakan hasil dari perhitungan peluang masing-masing kondisi penjualan. Total peluang dari tiap-tiap periode berjumlah 1 satu. Dalam penelitian ini
60 diasumsikan bahwa peluang untuk semua kejadian sama, karena tiap-tiap kejadian
berpeluang mengalami risiko. Risiko diversifikasi yang dihadapi dalam usaha produksi sayuran organik
pada perusahaan The Pinewood Organic Farm dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor cuaca, hama penyakit, sumberdaya manusia, dan teknologi
yang dipakai dalam proses produksi sayuran organik yang dilakukan oleh perusahaan.
a. Risiko kondisi cuaca dan iklim
Proses produksi sayuran khususnya sayuran organik sangat bergantung pada kondisi cuaca dan iklim, karena disetiap proses produksinya mengandalkan unsur-
unsur iklim dan cuaca berupa cahaya, temperatur atau suhu, angin, curah hujan dan kelembaban udara. Salah satu unsur cuaca yang menyebabkan risiko produksi
pada The Pinewood Organic Farm adalah curah hujan, terutama untuk komoditas brokoli dan tomat.
Sianturi 2009, Sembiring 2010, dan Panggabean 2011, dalam penelitiannya untuk risiko produksi komoditas hortikultura, cuaca dan iklim
sangat mempengaruhi dalam proses produksi di lapang. Risiko terjadi karena cuaca dan iklim yang sulit untuk diprediksi, tetapi bisa diminimalisir. Salah satu
usaha yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan green house. Akan tetapi, hanya untuk komoditas-
komoditas yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca tersebut. The Pinewood Organic Farm terletak di dataran tinggi yang juga memiliki
curah hujan yang cukup tinggi. Tingkat curah hujan tersebut cenderung berpengaruh terhadap hasil produksi dan produktivitas yang dihasilkan. Pada saat
curah hujan tinggi, maka tingkat kelembaban meningkat. Kelembaban yang tinggi tersebut merupakan kondisi yang sangat cocok bagi berkembangnya jamur yang
dapat menyebabkan penyakit. b.
Risiko hama dan penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
risiko produksi sayuran organik. Serangan hama dan penyakit ini memiliki hubungan juga dengan perubahan cuaca. Pada saat curah hujan sedang tinggi
kematian tanaman disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri yang bertumbuh
61 dengan baik. Serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan
umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang oleh bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani maka serangan bakteri ini
dapat menyebabkan pembusukan yang pada akhirnya menjadikan tanaman mati. Matinya sejumlah tanaman sayuran organik ini merupakan sumber risiko
yang cukup berpengaruh juga terhadap hasil produksi dan penerimaan otomatis menurun karena berdampak terhadap berkurangnya persediaan produk yang akan
dipasarkan serta menimbulkan kerugian. Hama yang sering menyerang sayuran organik adalah ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zell, ulat tritip Plutella
maculipennis, dan lain lain. Penyakit yang sering menyerang sayuran adalah penyakit bercak daun, busuk basah, busuk daun, dan lain-lain.
Untuk tanaman non organik, penanganan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian bahan-bahan kimia seperti fungisida dan pestisida.
Berbeda dengan penanganan untuk sayuran organik yang membutuhkan penanganan ekstra secara manual. Obat-obatan yang digunakan untuk
menghindari hama dan penyakit diolah sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik.
c. Sumberdaya manusia
Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan usaha produksi sayuran organik. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat
mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga kerja sangat berperan dalam setiap kegiatan usaha. Saat ini di The Pinewood Organic Farm belum memiliki
sumberdaya manusia yang memadai untuk produksi sayuran secara organik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya keinginan pekerja untuk bekerja dengan baik.
Belum terciptanya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pekerja buruh tani yang menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja pekerja.
Seringnya terjadi konflik antara pihak manajemen dengan buruh tani disebabkan karena pekerja merasa hak-haknya kurang terpenuhi dengan baik oleh pihak
manajemen. Rendahnya pengawasan, pengarahan dari pihak mandor serta keinginan
pekerja untuk bekerja juga menjadi penyebab kinerja pekerja menurun. Selain itu seringnya pergantian manajer kebun menyebabkan perencanaan produksi ikut
62 berubah, bahkan posisi manajer dan mandor sempat kosong sehingga membuat
asisten kebun kewalahan untuk mengerjakan tugasnya karena harus membuat perencanaan serta mengontrol lapangan.
6.2 Analisis Risiko