Model Pembelajaran Model Pembelajaran Think Talk Write

dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal developement, yakni daerah tingkat perkembangan yang berada sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut Trianto, 2007. Teori ini mendukung pelaksanaan pembelajaran Think Talk Write yang dalam pelaksanaannya, penyelesaian atas permasalahan yang dihadapkan peserta didik dikerjakan secara berkelompok oleh peserta didik dalam merumuskan konsep dari permasalahan tersebut.

2.1.2. Model Pembelajaran

Menurut Yoice dan Weil, sebagaimana yang dikutip oleh Sugandi 2008: 103 mengemukakan “a model of teaching is a plan or pattern that can be used to shape curriculums long term cource of studies to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other setting”. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberi petunjuk pengajaran di kelas dan tempat yang lain. Yoyce dan Weil juga mengemukakan bahwa model pembelajaran dalam penerapannya memiliki lima ciri secara umum yaitu 1 sintaksis, 2 prinsip reaksi guru, 3 sistem sosial, 4 penunjang, dan 5 efek pengajaran pengiring. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write pada kelas eksperimen karena melalui model pembelajaran Think Talk Write peserta didik dapat melatih keterampilan mereka dalam merepresentasikan persoalan matematika, sedangkan pada kelas kontrol akan diterapkan model pembelajaran ekspositori sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas.

2.1.3. Model Pembelajaran Think Talk Write

Soedjoko 2009 menyebutkan bahwa Think Talk Write diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin. Pembelajaran ini diperkenalkan dengan alasan bahwa pembelajaran ini dapat membangun cara berpikir, merefleksikan, dan mengorganisasikan ide-ide peserta didik dengan tepat. Selain itu peserta didik juga mampu menguji ide tersebut sebelum menuliskannya secara tepat. Pada pembelajaran matematika sering ditemui bahwa ketika peserta didik diberikan tugas tertulis, peserta didik selalu mencoba untuk langsung menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika peserta didik terlebih dulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide, serta menguji ide tersebut sebelum menuliskannya. Think Talk Write pada penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tersebut berpikir, merefleksi, menyusun ide, menguji ide sebelum menuliskan dan menuliskan ide tersebut. Tahap pertama kegiatan peserta didik dalam pembelajaran ini adalah Think, yaitu tahap berpikir. Pada tahap ini peserta didik diberikan waktu untuk membaca teks berupa soal sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Pada tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban strategi penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide pada bacaan dan hal-hal yang tidak dipahami sesuai dengan bahasa masing-masing peserta didik. Tahap kedua adalah Talk berbicara atau diskusi, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membicarakan tentang hasil pemikiran pada tahap pertama. Pada tahap ini peserta didik merefleksikan, menyusun serta menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemampuan representasi peserta didik akan dilihat pada dialognya dalam berdiskusi. Tahap ketiga adalah Write, peserta didik menuliskan ide-ide yang diperoleh dalam kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian dan solusi yang diperoleh. Menurut Silver dan Smith sebagaimana dikutip oleh Soedjoko 2009, peranan guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan pembelajaran ini adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak dengan seksama ide yang dikemukakan peserta didik secara lisan dan tertulis, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali peserta didik dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu bagi peserta didik untuk bekerja aktif. Soal yang diberikan adalah soal yang mempunyai jawaban divergen atau open ended task. Untuk mewujudkan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan, dirancang pembelajaran yang mengikuti tahap-tahap berikut. 1 Peserta didik membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual Think untuk dibawa ke forum diskusi. 2 Peserta didik berinteraksi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan masing-masing Talk. Dalam kegiatan ini peserta didik menggunakan bahasa dan kata-kata masing-masing untuk menyampaikan ide matematika dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi peserta didik dalam diskusi. Diskusi diharap dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. 3 Peserta didik mengkontruksi sendiri pengetahuan yang membuat pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan Write. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban sedangkan kelompok lain diminta memberi tanggapan.

2.1.4. Model Pembelajaran Ekspositori