Latar Belakang Masalah KEEFEKTIFAN MODEL PAIR CHECK DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGKEMIRI KABUPATEN BANYUMAS

1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan: 1 latar belakang masalah, 2 identifikasi masalah, 3 pembatasan masalah dan paradigma penelitian, 4 rumusan masalah; 5 tujuan penelitian, serta 5 manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang dengan pesat. Hal ini bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia. Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak terpisahkan dari peran pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan Munib, dkk, 2011: 34. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Kemajuan dan kemunduran bangsa ditentukan oleh kualitas SDMnya yang 2 dipengaruhi oleh kualitas pendidikannya. Berdasarkan pentingnya pendidikan, pelaksanaan pendidikan harus dilakukan secara merata dan menyeluruh agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan pendidikan nasional Indonesia tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar 9 tahun. Program wajib belajar 9 tahun ini ditempuh pada jenjang pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab X Pasal 37 Ayat 1 yang menyatakan “pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat”. Untuk mewujudkan pendidikan wajib belajar 9 tahun yang berkualitas, pemerintah menentukan standar pelaksanaan pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyatakan bahwa: 3 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk setiap satuan pendidikan melakukan perencaanaan pembelajaran, serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Terselenggaranya pendidikan tidak terpisahkan dari peran pendidik. Pendidik merupakan tokoh utama dan penentu dalam proses pendidikan. Guru merupakan pendidik yang profesional. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Berdasarkan pasal tersebut, seorang guru profesional dituntut untuk merencankan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai, membimbing, dan melatih peserta didik. Pembelajaran yang baik apabila aktivitas dan hasil belajar peserta didik baik. Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir aktif, kreatif, inovatif dalam mengembangkan kemampuannya. Pembelajaran yang kondusif sangat penting untuk diciptakan, karena memberikan dorongan serta motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. 4 Dalam proses pembelajaran di sekolah dasar SD, peserta didik dibelajarkan beberapa mata pelajaran salah satu diantaranya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Dalam Bab X Pasal 37 Ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Menurut Soewarso 2013: 3, IPS mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Melalui mata pelajaran IPS di sekolah dasar diharapkan peserta didik mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di sekolah dasar tidak hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai, sikap, dan keterampilan peserta didik tentang masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS mempunyai tempat yang sangat penting dalam membina perilaku peserta didik. Begitu pentingnya pembelajaran IPS, sudah selayaknya pembelajaran IPS didesain sedemikian rupa agar dapat mengembangkan serta melatih peserta didik untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial di lingkungannya. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS, diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Namun pada umumnya, pelaksanaan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di sekolah dasar kurang mampu mengembangkan 5 kemampuan berpikir peserta didik. Selama ini pelaksanaan pembelajaran masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Pembelajaran lebih banyak dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Proses pembelajaran yang demikian, menyebabkan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, sedangkan peserta didik cenderung pasif. Pembelajaran yang didominasi guru mengakibatkan kurangnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak dapat berkembang secara optimal. Guru di Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri kurang paham tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga tidak mempunyai informasi tentang tingkat efektivitas model-model pembelajaran, sehingga mereka ragu untuk menggunakan model-model pembelajaran. Untuk itu, diperlukan sebuah inovasi dalam pembelajaran untuk menguji keefektifan model pembelajaran, sehingga pemahaman guru tentang model-model pembelajaran dapat meningkat. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada jenjang sekolah dasar. Menurut Slavin 2007 dalam Rusman 2013: 201, “pembelajaran kooperatif menggalakkan peserta didik berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok”. Menurut Silberman 2013: 30, dengan belajar secara berkelompok peserta didik sekolah dasar memperoleh rasa aman. Silberman 2013: 30 menyatakan “perasaan saling memiliki memungkinkan peserta didik untuk menghadapi tantangan. Ketika peserta didik belajar bersama teman, mereka mendapat dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang pengetahuan mereka”. 6 Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS yaitu model Pair Check. Model ini menuntut kemandirian dan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial peserta didik, kerjasama, dan kemampuan memberi penilaian Huda, 2013: 211. Pembelajaran kooperatif model Pair Check juga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik, karena peserta didik akan bekerjasama dalam kelompok dan berusaha menjadi kelompok terbaik. Kelompok terbaik nantinya akan mendapatkan penghargaan dari guru. Sebelumnya, penelitian yang menggunkan model Pair Check pernah dilakukan oleh Simarmata 201 3 yang berjudul “Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Pair Check dengan Counter Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK 4 SMKN 1 Medan Tahun Pembelajaran 20122013”. Penelitian yang dilakukan oleh Simarmata 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Pair Check pada pembelajaran Akuntansi kelas X AK 4 SMKN 1 Medan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dibaca dari persentase aktivitas belajar peserta didik pada siklus I sebesar 55 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 22,5 menjadi 77,5. Untuk hasil belajar peserta didik pada siklus I diperoleh hasil belajar yaitu 67,5 peserta didik memenuhi ketuntasan dengan rata-rata nilai 74,75 dan siklus II diperoleh hasil belajar yaitu 92,5 peserta didik memenuhi ketuntasan dengan rata-rata nilai 87 atau meningkat sebesar 25. Hasil tersebut menjadi bukti empiris bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Pair Check di kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. 7 Penelitian tersebut dilakukan di jenjang SMK, untuk penelitian di sekolah dasar masih jarang diterapkan. Berdasarkan masih jarangnya penelitian tentang model Pair Check pada jenjang sekolah dasar, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul “Keefektifan Model Pair Check dalam Pembelajaran IPS pada Peserta Didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri Kabupaten Banyumas”.

1.2 Identifikasi Masalah