7. Laju Transmisi Uap Air Metode Gravimetri ASTM E-96-99
Laju transmisi uap air terhadap film diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Bahan penyerap uap air CaCl
2
diletakkan dalam kaleng. Kemudian sampel diletakkkan di atas kaleng tersebut sedemikian rupa sehingga menutupi kaleng tersebut. Tutup
dengan parafilm untuk menutupi bagian antara wadah dengan sampel sehingga tidak ada udara masuk.
Cawan ditimbang dengan ketelitian 0.0001 g kemudian diletakkan dalam desikator yang berisi garam K
2
SO
4
. Cawan ditimbang tiap hari pada jam yang sama dan ditentukan panambahan
berat dari cawan. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara pertambahan berat dan waktu. Nilai WVTR dihitung dengan rumus :
WVTR = slope luas sampel m
2
= gm
2
24 jam 97 RH, 30
o
C WVP = WVTR x L [P2-P1]
L : tebal film mm P2 : tekanan uap air jenuh di luar kaleng mm Hg
P1 : tekanan uap air jenuh di dalam kaleng mm Hg 8.
Pengamatan Mikrostruktur dengan Scanning Electron Microscopy SEM
Scanning electron microscope SEM digunakan untuk melihat
mikrostrukur edible film. Sebelum dilakukan pengukuran, edible film kitosan dilarutkan di dalam heksana selama 60 menit dengan
pengocokan menggunakan Shaker. Edible film kitosan dilapiskan pada plat alumunium dengan menggunakan pelekat. Kemudian divakum
selama 5 menit. Selanjutnya proses coating dengan emas selama 15 menit. Edible film kitosan siap di foto dengan JEOL Model JSM 5310
LV Scanning Microscope.
c. Pengujian Aktivitas Antimikroba Edible Film Terhadap Bakteri-
bakteri Patogen Garriga et al., 1993
Pengujian aktivitas antimikroba edible film terhadap bakteri patogen dilakukan dengan metode cakram Garriga et al., 1993.
1. Persiapan Kultur Uji Disiapkan terlebih dahulu kultur uji dengan menginokulasikan
satu ose kultur murni dari agar miring Nutrient Agar NA ke dalam 10 ml medium cair Nutrient Broth NB secara aseptik. Kultur uji
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C. Kultur uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus cereus, Eschericia coli,
Salmonella typhimurium , dan Staphylococcus aureus. Diagram alir
persiapan kultur uji dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 . Diagram alir persiapan kultur uji
2. Pengujian Aktivitas Antimikroba dengan Metode Cakram Kultur uji diinokulasikan sebanyak 0.2 ml ke dalam media NA
100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 0.2 yang telah siap dituang ke cawan petri steril. Selanjutnya 20 ml media NA yang telah berisi kultur
uji dituangkan ke cawan petri dan dibiarkan menjadi padat. Setelah memadat, ditempelkan edible film yang telah dipotong-potong, dan
diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 1 hari. Zona penghambatan adalah lebar areal bening yang terbentuk di sekitar sumur yang diukur dengan
jangka sorong dengan satuan mm. Selain itu, dilakukan pengujian aktivitas antimikroba terhadap kontrol yaitu edible film dari pati sagu
dengan pelarut asam asetat 1 dan asam laktat 2. Diagram alir
metode cakram dapat dilihat pada Gambar 7.
Kultur
murni
bakteri
Diinokulasikan ke dalam 10 ml Nutrient Broth
Diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam
Kultur uji
Gambar 7. Diagram alir metode cakram
d. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 faktor yang diulang 2 kali.
Perlakuan yang diterapkan berturut-turut adalah perbedaan pelarut asam asetat 1 dan asam laktat 2, penambahan asam lemak asam palmitat
0, 5 dan 10 ww dan asam laurat 0, 5 dan 10 ww, dan penambahan esensial oil ekstrak kunyit 0 dan 100 µlg kitosan.
Rancangan ini digunakan untuk uji statistik terhadap analisis nilai pH, kadar air, a
w
, warna, ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan, dan nilai WVP. Model rancangan percobaan yang digunakan sebagai berikut :
Y
ijkl
= µ + α
i
+
j
+
k
+ α
ijk
+ ε
ijkl
Dimana: Y
ijkl
= Pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j, faktor C taraf ke-k, dan ulangan ke-l
µ = Nilai tengah umum
α = Pengaruh utama faktor A pelarut
= Pengaruh utama faktor B asam lemak
Diinkubasi pada suhu 37
O
C selama 24 jam Diukur diameter penghambatan mm
Diinokulasikan 0,2 ke dalam 20 ml NA
Dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan membeku
Ditempelkan potongan edible film
ke dalam cawan yang membeku
Dibuat potongan edible film dengan diameter 1 cm
Kultur uji
= Pengaruh utama faktor C esensial oil ekstrak kunyit α = Komponen interaksi dari faktor A, faktor B, dan Faktor C
ε = Galat
i
= Banyaknya perlakuan faktor A pelarut
j
= Banyaknya perlakuan faktor B asam lemak
k
= Banyaknya perlakuan faktor C esensial oil ekstrak kunyit
l
= Ulangan Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan
uji jarak berganda Duncan Duncan Multiple Range Test pada taraf 5 untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antar perlakuan. Analsis ini
dilakukan menggunakan software SPSS 12.0.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan esensial oil ekstrak kunyit yang akan ditambahkan pada pembuatan edible film. Ekstraksi
adalah suatu tahapan yang bertujuan sebagai tahap pemisahan komponen terlarut untuk tujuan identifikasi komponen. Reineccius 1994 melaporkan
bahwa terdapat tiga metode utama untuk memisahkan atau mengisolasi komponen flavor tanaman yaitu dengan cara destilasi, pengepresan, dan
ekstraksi pelarut. Metode ekstraksi yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor,
antara lain : 1 tujuan dilakukan ekstraksi, 2 skala ekstraksi, 3 sifat-sifat komponen yang akan diekstraksi, dan 4 sifat-sifat pelarut yang akan
digunakan Hougton dan Raman, 1998. Metode paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut,
lalu memisahkan larutan dengan padatan tidak terlarut. Ekstraksi pada rempah-rempah dengan menggunakan pelarut menghasilkan oleoresin dan
soluble spices Farrel, 1990.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi basah dengan pelarut etil asetat perbandingan 1 : 4. Sebelum
dilakukan ekstraksi, pertama-tama bahan perlu dilakukan persiapan. Menurut Purseglove et al. 1981, persiapan bahan baku yang mencakup pengeringan
bahan sampai kadar air tertentu dan penggilingan yang bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi yang akan dilakukan.
Ekstraksi maserasi dilakukan dengan cara perendaman sampel dalam pelarut kemudian di shaker selama 24 jam. Kemudian larutan disaring dengan
menggunakan pompa vakum. Selanjutnya dilakukan pemisahan komponen kunyit dengan pelarut etil asetat menggunakan rotavapor dengan suhu 50
o
C sampai membentuk cincin. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelarut untuk
mengekstrak rempah-rempah antara lain adalah: tidak berbau dan tidak berasa, sehingga tidak mempengaruhi mutu produk akhir; mudah berpenetrasi karena
viskositasnya rendah, sehingga efisiensi ekstraksi tinggi; mudah dipisahkan