lebih banyak dari pada asam asetat. Berdasarkan strukturnya, setiap molekul asam laktat mempunyai gugus satu hidroksi -OH dan satu gugus karboksilat
-COOH, sedangkan asam asetat hanya memiliki satu gugus karboksilat. Perbedaan struktur ini mengakibatkan asam laktat mempunyai potensi
berikatan hidrogen dengan air lebih besar. Sehingga, film yang terbentuk mampu menyerap air dengan lebih banyak. Akibatya, film dengan pelarut
asam laktat mempunyai ketebalan yang lebih tinggi. Penambahan asam lemak meningkatkan tebal edible film kitosan.
Ketebalan edible film kitosan dengan pelarut asam asetat dengan perbedaan asam lemak berpengaruh nyata pada taraf 5. Penambahan asam laurat lebih
meningkatkan ketebalan dibandingkan dengan penambahan asam lemak palmitat. Sedangkan edible film kitosan dengan pelarut asam laktat, perbedaan
asam lemak tidak berpengaruh nyata pada taraf 5 terhadap ketebalan. Hal ini dapat terjadi akibat semakin bertambahnya total padatan pada edible film
kitosan tersebut. Interaksi antara penambahan ekstrak kunyit menyebabkan perbedaan secara nyata terhadap ketebalan film pada taraf 5. Ketebalan
edible film dipengaruhi oleh luas cetakan, volume larutan, dan banyaknya total
padatan dalam larutan Park et al. 1993.
5. Hasil Analisis Kuat Tarik
Kuat tarik merupakan gaya tarik maksimum yang dapat di tahan oleh sebuah film hingga terputus. Kuat tarik yang terlalu kecil mengindikasikan
bahwa film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah.
Pada penelitian ini edible film kitosan dengan pelarut asam asetat 1 mempunyai nilai kuat tarik antara 17.69 sampai 29.29 MPa, sedangkan edible
film kitosan dengan pelarut asam laktat 2 mempunyai nilai kuat tarik antara
1.83 sampai 2.90 MPa. Grafik nilai kuat tarik edible film kitosan dapat dilihat
pada Gambar 11.
1 .6 2
2 .4 2 .8
3 .2
5 1 0
P a lm it a t la k t a t L a u r a t la k t a t
P a lm it a t + K u n y it la k t a t L a u r a t + K u n y it la k t a t
Ku at
t ar
ik M
P a
A s a m le m a k , w w 1 6
1 8 2 0
2 2 2 4
2 6 2 8
3 0 P a lm it a t a s e t a t
L a u r a t a s e t a t P a lm it a t + K u n y it a s e t a t
L a u r a t + K u n y it a s e t a t
Ku at
t ar
ik M
P a
Gambar 11.
Grafik nilai kuat tarik edible film kitosan Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perbedaan pelarut
memberikan hasil kuat tarik yang berbeda nyata secara statistik pada taraf 5
Lampiran 7. Edible film kitosan dengan pelarut asetat mempunyai kuat tarik
yang lebih besar dibandingkan dengan edible film kitosan dengan pelarut asam laktat. Menurut Kim et al. 2006, keberadaan counter ion yang lebih besar
seperti asam laktat dapat mengurangi sifat kekuatan film yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan pelarut asam laktat 2 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan asam palmitat, asam laurat, dan ekstrak kunyit memberikan hasil kuat tarik yang tidak berbeda nyata pada taraf 5. Sedangkan uji lanjut
Duncan pelarut asetat 1 memberikan hasil kuat tarik yang berbeda nyata pada taraf 5. Penambahan asam lemak menurunkan kuat tarik edible film
kitosan. Hal ini dapat dijelaskan, asam lemak bersifat non polar. Ikatan antara non polar dari asam lemak dan polar dari air lebih tidak stabil dibandingkan
dengan ikatan polar dan polar. Oleh karena itu, ikatan non polar dan polar lebih mudah patah.
Menurut Yang dan Paulson 2000 penambahan asam lemak mengakibatkan penurunan kuat tarik dari edible film. Srinivasa et al. 2006
melaporkan bahwa edible film kitosan yang ditambah dengan polyols gliserol, sorbitol, dan polietilen glikol PEG dan asam lemak dapat menurunkan kuat
tarik edible film kitosan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti Caner et al. 1998; Srinivasa et al. 2006.
Krochta dan Johnston 1997 melaporkan bahwa kisaran nilai kuat tarik yang dapat diaplikasikan untuk edible film standar antara 10 sampai 100
MPa. Dengan demikian edible film kitosan dengan pelarut asam asetat 1 baik untuk diaplikasikan sebab nilai kuat tariknya 10 Mpa, sedangkan edible
film kitosan dengan pelarut laktat 2 baik untuk diaplikasikan pada edible
coating .
6. Hasil Analisis Persen Pemanjangan