Hasil Penelitian Terdahulu .1 Penelitian Terdahulu tentang Obat Tradisional

4. Oleoresin Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik yang berupa etanol, aseton, isopropanol ataupun heksan. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga bisa dibuat sebagai oleoresin. Keunggulan dari oleoresin adalah lebih higienis dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan dengan jahe segar. Penggunaan oleoresin dalam industri lebih disukai karena aromanya lebih tajam sehingga penggunaanya tidak membutuhkan biaya yang cukup besar. 5. Jahe Kering Jahe kering adalah jahe yang diawetkan melalui proses pengeringan baik pengeringan menggunakan tenaga surya maupun dengan pengeringan buatan. Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air sampai batas yang terbaik sekitar 8 – 10 persen, karena pada tingkat kadar air tersebut jahe bisa aman dari pencemaran yang disebabkan oleh jamur dan penggunaan insektisida yang berlebihan. Jahe kering dapat dijual dalam bentuk tidak dikuliti, maupun setengah dikuliti. Tabel 5 berikut menunjukkan standar mutu simplisia jahe jahe kering. Tabel 5. Standar Mutu Simplisia Jahe No. Karateristik Nilai 1 Kadar air, maksimum 12 2 Kadar minyak atsiri, maksimum 1.5 3 Kadar abu, maksimum 8.0 4 Berjamur atau berserangga - 5 Benda asing, maksimum 2.05 Sumber : Agromedia Pustaka, 2005 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu 2.4.1 Penelitian Terdahulu tentang Obat Tradisional Penelitian mengenai tanaman obat tradisional pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa, diantaranya Sastrawan 2006, Luther 2006, dan Budiman 2004. Sastrawan 2006 melakukan penelitian mengenai ”Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada KTO Enggal Damang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan mitra jual dan untuk memenuhi permintaan pasar perlu dilakukan peningkatan produksi, namun perusahaan masih sulit untuk dapat memenuhinya. Oleh karena itu, sumberdaya yang dimiliki harus dialokasikan secara efisien dalam rangka menghasilkan produk yang beragam agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hasil olahan data diketahui bahwa KTO Enggal Damang belum melakukan produksi secara optimal. Tingkat produksi obat tradisional pada kondisi optimal lebih besar daripada produksi aktualnya dengan jenis obat tradisional yang sama. Produksi obat tradisional pada kondisi aktual sebesar 105,6 63.360 kapsul, sedangkan pada kondisi optimal disarankan untuk memproduksi sebesar 219,38 131.628 kapsul. Dengan menerapkan pola produksi optimal, laba kotor yang diperoleh KTO Enggal Damang mencapai Rp. 13.437.330 atau 109,1 persen lebih tinggi dibandingkan laba kotor aktualnya dan tingkat produksi optimal dapat memenuhi permintaan pasar sebesar 95 persen. Luther 2006 meneliti tentang ”Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis”. Hasil analisis dengan matriks EFI dan EFE menunjukkan bahwa kekuatan utama Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan kelemahan terbesarnya adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba. Gaya hidup masyarakat untuk back to nature menjadi peluang terbesarnya, dan penggunaan obat farmasi dalam medis menjadi ancaman terbesar yang dihadapi Taman Sringanis. Rumusan analisis SWOT mendapatkan empat strategi alternatif yang dapat dijadikan pilihan bagi Taman Sringanis dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan kinerjanya, diantaranya : 1. mempertahankan harga produk, 2. mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat, 3. meningkatkan kegiatan promosi secara optimal, dan 4. memperbaiki sistem manajemen perusahaan. Prioritas strategi berdasarkan analisis dengan Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi, dengan langkah-langkah operasionalnya sebagai berikut : 1. mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro, 2. memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi peme- rintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan produk substitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri, 3. melakukan uji laboratorium untuk menjamin mutu produknya aman dikon- sumsi sehingga dapat lebih diterima dan dipercaya oleh masyarakat luas. Budiman 2004 melakukan penelitian tentang ”Analisis Strategi Bersaing Obat Tradisional”. Analisisnya menggunakan matriks Internal Factor Evaluation IFE, matriks External Factor Evaluation EFE, matriks Competitive Profile Matrix CPM, dan matriks Strategic Position and Action Evaluation SPACE. Analisis melalui matriks IFE menunjukkan bahwa Taman Sringanis berada dalam kondisi internal yang kuat, sedangkan matriks EFE menunjukkan bahwa Taman Sringanis memiliki kemampuan rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. Hasil analisis dengan CPM menunjukkan bahwa nilai total skor yang diperoleh Taman Sringanis adalah 2,1709, sedangkan pesaingnya Karyasari 3,0130. Angka tersebut menunjukkan bahwa Karyasari lebih unggul dibandingkan Taman Sringanis, namun tidak dapat diartikan bahwa Karyasari 80 persen lebih bagus daripada Taman Sringanis. Sedangkan matriks SPACE menunjukkan bahwa Taman Sringanis berada pada kuadran agresif yang artinya memiliki kondisi keuangan yang sehat, dan memiliki keunggulan bersaing dalam industri yang sedang tumbuh dan stabil.

2.4.2 Penelitian Terdahulu tentang Analisis Hirarki Proses AHP

Penelitian mengenai Analisis Hirarki Proses AHP telah dilakukan oleh Mardiana 2007, Agustini 2007, Piansyah 2007 dan Melasari 2007. Mardiana 2007 meneliti tentang ”Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Modern pada LA PIAZZA, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dari hasil pengolahan data dengan AHP diperoleh prioritas alternatif strategi pengembangan bisnis secara berturut-turut : 1 meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kepada konsumen dalam kemampuan manajemen dan teknologi, 2 memperluas pemasaran atau divisi marketing melalui pengadaan event-event dan meningkatkan outlet atau tenant-tenant yang bermerek terkenal sesuai dengan konsep life style, 3 bekerjasama dengan pihak Badan Meteorologi Geofisika BMG untuk mengetahui keadaan cuaca dan membuat alternatif tenda darurat saat hujan datang, serta 4 memantapkan target pasar pada konsep life style sehingga tujuan agar pelanggan tidak memperhitungkan harga untuk menikmati gaya hidupnya terpenuhi. Agustini 2007 dengan judul penelitian ”Pengembangan Strategi Bauran Pemasaran dengan 7-P pada PT. Alco Company” menyimpulkan bahwa Harga merupakan strategi nomor satu dengan strategi operasionalnya adalah menetapkan harga di bawah pesaing. Strategi kedua adalah Produk dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas. Proses menjadi strategi ketiga melalui pelayanan antar pesanan, sedangkan Promosi menjadi strategi keempat dengan cara penjualan personal. Strategi kelima adalah Distribusi melalui distribusi langsung, strategi keenam adalah orang atau Tenaga Kerja dengan cara melatih kesigapan, dan strategi ketujuh adalah Bukti Fisik melalui pengaturan tata letak bangunan. Piansyah 2007 menyimpulkan bahwa berdasarkan kendala yang dihadapi perusahaan dan pendukung yang dimiliki perusahaan, terdapat empat alternatif strategi pengembangan produk yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Keempat alternatif tersebut adalah : 1 meningkatkan penjualan produk, 2 mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas perusahaan, 3 memperluas jaringan pemasaran, dan 4 melakukan efisiensi biaya operasional pemasaran. Hasil penelitian Melasari 2007 tentang ”Analisis Kepuasan Konsumen dan Strategi Pengembangan Produk Ban Mobil Penumpang PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk. Bogor menyimpulkan bahwa alternatif strategi yang paling utama adalah perusahaan menitikberatkan kegiatan pengembangan produk pada biaya dan kapasitas. Strategi kedua adalah perusahaan menitikberatkan kegiatan pengembangan produk pada teknologi dan produk. Strategi berikutnya adalah perusahaan menitikberatkan kegiatan pengembangan produk pada alat pengem- bangan produk, dan strategi terakhir adalah perusahaan sama sekali tidak perlu melakukan pengembangan produk.

2.5 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu