Jawa Barat merupakan sentra produksi jahe gajah. Jahe jenis ini rimpangnya Jawa Tengah merupakan sentra produksi jahe emprit. Jahe ini ruasnya kecil, Sumatera, Bengkulu, dan Lampung merupakan sentra produksi Jahe merah,

Klasifikasi tanaman jahe adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberacea Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale Setiap daerah memiliki struktur tanah yang berbeda-beda, maka dari itu sentra produksi untuk tiga jenis jahe juga berbeda-beda. Ada tiga daerah sentra produksi jahe yaiu :

1. Jawa Barat merupakan sentra produksi jahe gajah. Jahe jenis ini rimpangnya

besar dan gemuk, ruas rimpang lebih menggembung. Jahe gajah bisa untuk dikonsumsi, baik saat masih berumur 3 – 4 bulan maupun sudah berumur 8 – 9 bulan. Jahe gajah juga bisa dimanfaatkan dalam bentuk jahe segar atau jahe olahan.

2. Jawa Tengah merupakan sentra produksi jahe emprit. Jahe ini ruasnya kecil,

agak rata sampai agak menggembung. Jahe emprit bisa dipanen setelah berumur 8 – 9 bulan. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas dan seratnya lebih tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak menjadi oleoresin dan minyak atsiri.

3. Sumatera, Bengkulu, dan Lampung merupakan sentra produksi Jahe merah,

memiliki rimpang berwarna merah, bentuknya lebih kecil daripada jahe gajah yang kecil. Jahe merah selalu dipanen setelah berumur 8 – 9 bulan. Jahe ini memiliki kandungan minyak atsiri paling tinggi dibandingkan dua jenis lainnya yakni sebesar 4 sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan. Penanaman jahe oleh petani umumnya tergantung dari kegunaannya. Rimpang jahe segar umumnya digunakan untuk pembuatan jahe asinan, permen jahe dan bubuk jahe. Bagian tersebut biasanya berasal dari varietas jahe besar atau dikenal dengan nama Jahe Gajah atau Badak. Rimpang jahe jenis kecil atau emprit biasa digunakan untuk penyedap makanan, minuman penghangat, minyak atsiri dan bahan baku jamu. Sedangkan jahe merah biasa digunakan untuk obat, minyak atsiri dan oleoresin. Jahe segar yang diekspor Indonesia umumnya adalah jenis jahe besar, sedangkan jenis jahe kecil umumnya diekspor dalam bentuk jahe kering. Penggolongan hasil olahan jahe secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petani untuk mendapatkan produksi jahe yang optimal selain dengan pembibitan yang baik adalah melalui cara penanaman yang benar dan pemeliharaan yang meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan penggemburan, pemberian serasah mulching, serta pemupukan. Pengendalian hama dan penyakit yang dapat mengganggu hasil produksi jahe juga dibutuhkan, karena salah satu kendala pengembangan komo- ditas jahe adalah penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan turunnya produksi dan mutu. Hingga saat ini belum ditemukan solusi yang efektif mengatasi penyakit tersebut. Pihak Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika BALITRO masih terus mengadakan penelitian dan pengembangan sehubungan dengan pemecahan masalah budidaya jahe yaitu penyakit layu bakteri. Jahe besar Jahe tua 8-9 bulan Rimpang segar Makanan selai,dodol jahe Minuman anggur dan sirup jahe Jahe asinan Manisan jahe Pikel jahe Jahe muda 3-4 bulan Jahe kering Jahe kecil Jahe kering Rimpang segar Bubuk jahe Minyak jahe Oleoresin jahe Rimpang segar Gula jahe Jahe merah Gula jahe Gambar 1. Bagan Hasil Olahan Jahe Sumber : Trubus, 1999

2.3 Produk dan Syarat Mutu Jahe