2.3 Produk dan Syarat Mutu Jahe
Tanaman jahe dapat dijual dalam bentuk jahe segar maupun dalam bentuk olahan lainnya seperti bubuk jahe, jahe kering, minyak atsiri, oleoresin, dan asinan
jahe. Jahe segar lebih banyak dikonsumsi oleh pasar domestik untuk kepentingan kesehatan. Hal ini terkait dengan kebiasaan orang Indonesia yang sejak dulu
sudah gemar mengkonsumsi tanaman obat termasuk jahe. Selain untuk memenuhi permintaan pasar domestik, jahe segar maupun jahe
olahan lainnya dapat diekspor. Jahe dan produk olahan jahe harus memenuhi syarat-syarat mutu yang telah ditetapkan agar lebih bisa bersaing di pasaran.
Berikut ini merupakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga jahe dan produk olahan jahe bisa dipasarkan di dalam maupun di luar negeri.
1. Jahe Segar Jahe segar merupakan jahe yang baru dipanen dan belum mengalami
perubahan bentuk. Jahe segar kualitas ekspor yang dikehendaki adalah jahe rimpang gemuk dengan berat minimum 200 gram. Tabel 3 berikut menunjukkan
standar mutu jahe segar yang diinginkan oleh konsumen. Tabel 3. Standar Mutu Jahe Segar
No. Karateristik Syarat
Mutu
1 Kesegaran jahe
Kulit jahe tampak halus, mengkilat, dan tidak keriput
2 Rimpang bertunas
Tidak ada salah satu atau beberapa ujung rimpang yang bertunas
3 Kenampakan irisan
melintang Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu
rimpangnya maka penampangnya berwarna cerah khas jahe segar
4 Bentuk rimpang
Rimpang jahe segar dikatakan utuh bila cabang- cabang dari rimpang jahe tidak ada yang patah,
dengan maksimum dua penampang patah pada pangkalnya
5 Serangga hidup
Bebas dari serangga hidup Sumber : Agromedia Pustaka, 2005
2. Bubuk Jahe Bubuk jahe merupakan jahe kering sempurna kadar air sekitar 8 – 10 persen.
Jahe kering tersebut digiling halus dengan ukuran sekitar 50 – 60 mesh dan dikemas dalam wadah yang kering.
3. Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap yang terdiri atas campuran
zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda. Seba- gian besar minyak atsiri diperoleh melalui penyulingan hidrodestilasi. Minyak
atsiri yang disuling dari jahe berwarna bening sampai kuning tua. Lama penyu- lingan berlangsung 10–15 jam agar minyak dapat tersuling semua. Kadar minyak
dari jahe mencapai 1,5–3 persen. Tabel 4 berikut menunjukkan standar mutu minyak jahe yang masih mengacu pada ketentuan Essential Oil Association
EOA. Tabel 4. Standar Mutu Minyak Atsiri Jahe
No. Spesifikasi Persyaratan
1 Warna
kuning muda – kuning 2
Bobot jenis 2525 ºC 0.877 – 0.882
3 Indeks bias
1.486 – 1.492 4
Putaran optik -28º – -45º
5 Bilangan penyabunan, maksimum
20 Sumber : Agromedia Pustaka, 2005
Minyak atsiri banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavouring agent. Saat ini bahkan sedang
giat dikembangkan upaya penyembuhan penyakit melalui aromatheraphy, yaitu dengan menggunakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman.
4. Oleoresin Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari
ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik yang berupa etanol, aseton, isopropanol ataupun heksan. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga
bisa dibuat sebagai oleoresin. Keunggulan dari oleoresin adalah lebih higienis dan mempunyai kekuatan lebih bila dibandingkan dengan jahe segar. Penggunaan
oleoresin dalam industri lebih disukai karena aromanya lebih tajam sehingga penggunaanya tidak membutuhkan biaya yang cukup besar.
5. Jahe Kering Jahe kering adalah jahe yang diawetkan melalui proses pengeringan baik
pengeringan menggunakan tenaga surya maupun dengan pengeringan buatan. Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air sampai batas yang terbaik
sekitar 8 – 10 persen, karena pada tingkat kadar air tersebut jahe bisa aman dari pencemaran yang disebabkan oleh jamur dan penggunaan insektisida yang
berlebihan. Jahe kering dapat dijual dalam bentuk tidak dikuliti, maupun setengah dikuliti. Tabel 5 berikut menunjukkan standar mutu simplisia jahe jahe kering.
Tabel 5. Standar Mutu Simplisia Jahe
No. Karateristik Nilai
1 Kadar air, maksimum
12 2
Kadar minyak atsiri, maksimum 1.5
3 Kadar abu, maksimum
8.0 4
Berjamur atau berserangga -
5 Benda asing, maksimum
2.05 Sumber : Agromedia Pustaka, 2005
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu 2.4.1 Penelitian Terdahulu tentang Obat Tradisional