BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep dan Model Manajemen Strategi
Konsep Manajemen Strategi
Menurut David 2002, manajemen strategi didefinisikan sebagai ”seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kepu-
tusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya”. Fokus manajemen strategi terletak pada memadukan manajemen, pemasaran,
keuangan, produksioperasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Organisasi dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu organisasi yang terdiri dari beberapa aktor yaitu : petani, pengolah, pedagang, lembaga penelitian dan
pemerintah yang berperan dalam pengembangan bisnis jahe di Indonesia. Strategi ini kemudian akan diaplikasikan dan dijalankan oleh masing-masing aktor dengan
pemeintah sebagai pemandu dan pengawas jalannya strategi yang telah dibuat. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson 1997, manajemen strategi adalah
sebagai “kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan formulasi dan pelaksanaan implementasi rencana-rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan”. Pearce dan Robinson 1997 lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam proses manajemen strategi terkandung sembilan
tugas penting, yaitu : 1.
Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan purpose, filosofi philosophy, dan tujuan goal,
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi internal dan
kapabilitasnya, 3.
Menilai lingkungan eksternal perusahaan, meliputi pesaing maupun faktor- faktor kontekstual umum,
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya dengan
lingkungan eksternal, 5.
Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan,
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum grand
strategy yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki,
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan startegi umum yang dipilih, 8.
Mengimplementasikan pilihan strategi dengan cara mengalokasikan sumber- daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, sumberdaya
manusia, struktur, teknologi dan sistem imbalan, serta 9.
Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengam- bilan keputusan yang akan datang.
Sembilan tugas penting yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson berupa tahapan-tahapan dalam merumuskan strategi juga diaplikasikan dalam
penyusunan strategi pengembangan bisnis jahe ini. Pengembangan bisnis jahe di Indonesia merupakan salah satu cara untuk mencapai visi yang telah ditetapkan
yakni ” Indonesia Sehat 2010 ” .
4
Penyusunan strategi pengembangan bisnis ini dimulai dari menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang ada dalam bisnis
jahe. Lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan para aktor yang berperan dalam pengembangan bisnis jahe dan hasilnya disajikan secara
deskriptif. Lingkungan internal tersebut mencakup kondisi pertanian jahe, kondisi perusahaan pengolah jahe, dan kondisi bisnis jahe dipasar domestik.
Lingkungan eksternal juga diperoleh melalui hasil wawancara dan dari literatur yang relevan. Lingkungan eksternal antara lain meliputi ancaman produk
substitusi yang berasal dari negara lain dan pemberlakuan standarisasi ekspor yang cukup ketat dari negara tujuan ekspor. Kemudian faktor internal dan
eksternal dikombinasikan sehingga menghasilkan beberapa alternatif strategi yang kemudian dianalisis prioritasnya dengan menggunakan metode PHA.
Model Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi paling baik dipelajari dan ditetapkan dengan
menggunakan suatu model. Setiap model menggambarkan semacam proses.
Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan dalam salah satu komponen utama model dapat memaksa perubahan dalam salah
satu atau semua komponen yang lain. Oleh karena itu, aktivitas merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasikan strategi harus dilaksanakan secara
terus-menerus. Model rangkaian manajemen yang berisi langkah-langkah akan memudahkan
pihak perusahaan untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran. Rumusan strategi yang dihasilkan perlu dievaluasi terlebih dahulu sebelum diimplementasi-
4
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. “Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat”. 2005
kan. Hal ini sangat penting karena adanya strategi baru akan menghasilkan perubahan yang harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Perusahaan juga
harus melihat seberapa efektif pelaksanaan strategi tersebut dalam implemen- tasinya, kemudian dievaluasi kembali apakah strategi tersebut masih layak untuk
dijalankan atau harus diidentifikasi kembali untuk membuat strategi yang baru.
3.1.2. Konsep Analisis Hirarki Proses
Analisis Hirarki Proses Process Hierarchy Analitic, PHA pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari University of
Pitsburg, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. PHA merupakan suatu model yang berguna untuk memecahkan masalah secara kuantitatif dengan cara
memberikan kesempatan kepada perorangan atau kelompok untuk mengemukakan gagasan dan membuat asumsi dengan cara mereka sendiri. Proses ini juga
memungkinkan orang untuk menguji kepekaan terhadap perubahan informasi. PHA merupakan proses yang ampuh untuk menangulangi berbagai persoalan
yang kompleks, dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah dan kreatifitas manusia dibandingkan mengajak kita berpikir yang bisa saja berlawanan dengan
hati nurani. Proses PHA memberikan suatu kerangka pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan kompleks yang dihadapi dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang kita harapkan.
Pada dasarnya, metode PHA memecahkan suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya dan menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki. Melalui serangkaian kerja matematis, PHA mensintesis penilaian-penilaian menjadi suatu taksiran menyeluruh dari
prioritas-prioritas relatif untuk berbagai alternatif tindakan. Hal ini dilakukan dengan memberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif
pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Model struktur hirarki yang dibuat untuk menyederhanakan masalah dapat dilihat pada Gambar 2.
Tingkat 1 : Fokus G
F
1
A
1
O
1
S
1
F
2
A
2
O
2
S
2
F
3
Fn
A
3
An
O
3
S
3
On
Sn Tingkat 2 : Faktor
Tingkat 3 : Pelaku
Tingkat 4 : Tujuan
Tingkat 5 : Skenario
Gambar 2. Model Struktur Hirarki Sumber : Saaty, 1993
Saaty 1993 menyebutkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu manajemen apabila mengambil keputusan dengan menggunakan PHA, antara lain:
1. Kesatuan ; PHA memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti
dan luwes untuk aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur, 2.
Kompleksitas ; PHA memadukan ancangan deduktif dan ancangan berda- sarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks,
3. Saling ketergantungan ; PHA dapat menangani saling ketergantungan
elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier,
4. Penyusunan hirarki ; PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat,
5. Pengukuran ; PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
bertujuan untuk menetapkan prioritas, 6.
Konsistensi ; PHA melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas,
7. Sintesis ; PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif, 8.
Tawar-menawar ; PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka, 9.
Penilaian dan konsensus ; PHA tidak memaksakan konsensus tetapi men- sintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda, dan 10. Pengulangan proses ; PHA memungkinkan organisasi memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional