4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian. Data yang terkumpul diolah terlebih dahulu
dengan menggunakan perangkat lunak software Expert Choice version 2000. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan
disajikan dalam susunan yang teratur untuk kemudian dianalisis. Pengolahan data diperlukan untuk menterjemahkan angka-angka yang didapat dari hasil penelitian
sekaligus untuk menjawab tujuan penelitian.
4.3.1 Metode Analisis Hirarki Proses AHP
Metode AHP mengenal tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis eksplisit, yaitu :
1. Prinsip menyusun hierarki
Melakukan identifikasi dari yang diamati, mempersepsikan gagasan dengan menggunakan seperangkat pengetahuan dan metode tertentu yang kemu-dian
menjadi elemen-elemen pokok dari setiap persoalan sampai pada sub bagian yang terkecil tersusun secara hierarki yang berkaitan dengan realitas yang diamati
yang menjadi pokok permasalahan. Dalam metode ini biasanya hierarki-nya antara lima sampai sembilan, prinsipnya bahwa realitas yang heterogen tersebut
dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian yang sama dan bersifat homogen serta dapat dipadukan dengan sejumlah informasi kedalam struktur masalah sehingga
dapat membentuk gambaran yang lengkap dari keseluruhan sistem.
2. Prinsip menentukan prioritas
Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemen- elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip konsistensi logis
Prinsip ketiga dari dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis yang artinya, pertama bahwa pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan
menurut homogenitas dan relevansinya. Kedua, bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling
membenarkan secara logis. Dalam prinsip ini proses hierarki analitik memasukkan aspek kualitatif maupun kuantitatif manusia. Aspek kualitatif untuk mendefinisi-
kan persoalan dan hierarkinya, sedangkan aspek kuantitas untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas.
Proses hierarki analitik memiliki kerangka kerja yang terdiri atas delapan langkah kerja Saaty, 1991, yaitu:
1. Mendefinisikan permasalahan
Langkah pertama menitikberatkan pada penguatan masalah secara mendalam. Permasalahan yang tidak jelas atau kurang spesifik akan menimbulkan bias dalam
menentukan pemilihan tujuan, kriteria, aktivitas dan berbagai elemen atau faktor yang membentuk struktur hierarki pemecahan masalah tersebut. Selain itu,
penentuan komponen juga didasarkan pada kemampuan peneliti untuk mene- mukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam struktur tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempelajari literatur untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah.
2. Tahap menyusun hierarki
Penyusunan model suatu hierarki tidak memerlukan aturan khusus karena yang menentukan adalah jenis permasalahan dan keputusan yang akan diambil.
Setiap perangkat elemen atau faktor dalam hierarki menduduki satu tingkat
hierarki. Tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen saja, yang disebut fokus, yaitu seluruh sasaran yang ingin dicapai. Tingkat berikutnya dapat terbagi
menjadi beberapa elemen atau faktor, yang terdiri dari kelompok-kelompok yang homogen berjumlah antara lima-sembilan agar dapat dibandingkan secara efektif
terhadap elemen-elemen yang berada setingkat diatasnya. Tidak ada batasan tertentu yang mengatur jumlah tingkatan struktur keputusan dan elemen-elemen
pada setiap tingkat. Elemen dalam struktur hierarki dapat berupa faktor pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatif-alternatif dan sebagainya.
Penyusunan hirarki awal berdasarkan sumber teori dan studi terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hirarki strategi pengembangan bisnis jahe di Indonesia terdiri atas lima tingkatan hirarki, tingkat satu adalah fokus, yaitu strategi pengembangan bisnis
jahe di Indonesia. Tingkat dua adalah faktor-faktor yang dibutuhkan untuk membuat strategi dalam pengembangan bisnis jahe ini. Tingkat tiga adalah para
aktor yang berperan dalam pengembangan bisnis jahe ini. Tingkat empat merupakan tujuan dari dilakukannya analisis strategi pengembangan bisnis jahe.
Tingkatan terakhir merupakan strategi yang dapat digunakan oleh para aktor dalam rangka pengembangan bisnis jahe. Pemilihan elemen untuk tiap tingkatan
hirarki dipilih berdasarkan justifikasi atau pertimbangan bahwa elemen tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jahe di Indonesia. Justifikasi atau
pertimbangan untuk tiap elemen tersebut adalah sebagai berikut :
A. Elemen Faktor
1 Pasokan input Pasokan input berupa jahe segar dipilih sebagai salah satu faktor penting
karena bagi industri obat tradisional kualitas produk akhir sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan bakunya.
2 Informasi pasar Informasi pasar merupakan faktor yang penting karena sangat membantu
berbagai pihak yang terlibat dalam bisnis jahe agar selalu dapat mengetahui dengan cepat perkembangan bisnisnya sehingga bisa langsung direspon oleh para
pelaku bisnis jahe. 3 Kualitas
Kualitas dipilih sebagai salah satu faktor yang penting dalam hirarki karena bagi industri obat tradisional jaminan kualitas untuk suatu produk terutama untuk
produk obat tradisional merupakan kunci penting dalam keberhasilan usaha. 4 Potensi Lahan
Potensi lahan turut menjadi salah satu faktor yang berpengaruh karena dapat menentukan kualitas dari hasil panen jahe.
5 Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi menjadi bagian dalam hirarki karena teknologi berperan
untuk meningkatkan nilai jual jahe. Teknologi diharapkan dapat digunakan dalam perancangan produk, pengawasan bahan baku, pengolahan, pengemasan, pe-
nyimpanan, dan distribusi produk sampai ke konsumen, sehingga kualitas produk olahan jahe yang dihasilkan tetap terjaga.
6 Perkembangan pasar Perkembangan pasar penting untuk strategi pengembangan bisnis karena jika
situasi pasarnya menjanjikan keuntungan maka pihak petani jahe hingga pengolah akan merespon dengan cepat kondisi tersebut.
B. Elemen Aktor
1. Petani Petani merupakan salah satu aktor yang digunakan dalam penyusunan hirarki
karena berhubungan langsung dengan penyediaan bahan baku yang berkualitas dan berperan dalam kontinuitas pengadaan bahan baku dalam proses produksi.
2. Lembaga Penelitian Lembaga penelitian berperan untuk membantu penyediaan bibit unggul yang
terjamin mutu genetiknya, patologis, fisiologis dan fisik. Selain itu, lembaga penelitian membantu petani untuk mendapatkan teknologi budidaya tanaman
jahe yang efisien dan ramah lingkungan sehingga dapat menghasilkan produktivitas dan kualitas jahe yang sesuai standarisasi sebagai bahan baku
industri obat tradisional. 3. Pengolah
Pengolah merupakan aktor yang penting dalam tingkatan hirarki karena pengolah berperan dalam proses pengolahan tanaman jahe menjadi produk baru
yang memiliki nilai tambah. 4. Pedagang
Pedagang juga merupakan aktor yang penting dalam pengembangan bisnis jahe karena berperan sebagai perantara penyediaan bahan baku bagi konsumen
terutama industri pengolah.
C. Elemen Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari proses analisis strategi pengembangan bisnis jahe ini adalah :
1. Meningkatkan kualitas jahe sebagai obat tradisional
Peningkatan kualitas dijadikan tujuan karena selama ini masih banyak obat tradisional yang beredar di pasaran tidak terjamin keamanannya jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama. Produsen dalam hal ini pihak pengolah hanya mengandalkan uji khasiat saja tanpa mengetahui efek samping ataupun kadaluarsa
penggunaan suatu produk. 2. Meningkatkan kuantitas penjualan jahe sebagai obat tradisional
Peningkatan kuantitas penjualan jahe sebagai obat tradisional merupakan im- bas dari peningkatan kualitasnya. Konsumen akan lebih memilih menggunakan
produk yang sudah jelas mutunya.
D. Elemen Strategi
Berdasarkan analisis dari faktor-faktor yang dipilih maka terdapat lima strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengembangan bisnis jahe.
Kelima alternatif tersebut yaitu: 1. Penerapan teknik budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practices
GAP Teknik GAP dipilih menjadi salah satu alternatif strategi karena GAP
merupakan teknik budidaya yang dapat dijadikan acuan agar hasil produksi tanaman jahe kualitasnya terjamin dan sesuai dengan standarisasi bahan baku obat
tradisional. 2. Penerapan Good Manufacturing Practices GMP
GMP sangat penting untuk diterapkan pada proses produksi obat tradisional
karena merupakan salah satu prasayarat agar produk olahan jahe sebagai obat tradisional bisa juga di pasarkan untuk pasar ekspor.
3. Melakukan kemitraan antara petani dan industri
Kemitraan merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku agar proses produksi tidak mengalami hambatan.
4. Melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi produk perlu digunakan sebagai strategi untuk memanfaatkan
keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga konsumen menjadi lebih tertarik untuk membeli dan mengkonsumsinya.
3. Menyusun matriks banding berpasangan
Penyusunan matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang
terkait yang ada dibawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada dipuncak hierarki. Menurut
perjanjian, suatu elemen yang ada disebelah kiri F1 diperiksa perihal dominasi atas elemen yang ada disebelah kanan F2, F3,...Fn terhadap suatu elemen di
puncak matriks. Pembandingan berpasangan kedua dilakukan pada elemen tingkat ketiga antara elemen A1, perihal dominasi atas A2, A3,...,An terhadap tingkat
dua. Kemudian seterusnya membandingkan elemen disetiap tingkatan mengikuti struktur hirarki.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan
berpasangan Langkah selanjutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara
setiap elemen pada kolom ke-1 dengan setiap elemen kolom ke-j yang berhubungan dengan fokus tujuan. Pembandingan antar elemen dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan ” seberapa kuat elemen baris ke-1 didominasi atau dipengaruhi oleh fokus tujuan dibandingkan dengan elemen kolom-j?”. Untuk
menuliskan nilai-nilai hasil pertimbangan ke dalam matriks banding berpasangan, digunakan angka-angka yang berfungsi sebagai skala pembanding. Angka tersebut
menunjukkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya sehu- bungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan
untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. 5.
Memasukkan bilangan 1 – 9 sepanjang diagonal utama dan nilai-nilai kebalikannya
Angka 1 – 9 digunakan apabila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki X, dibandingkan dengan Fj, sedangkan apabila Fi
kurang mendominasi sifat X dibanding Fj maka digunakan angka kebalikannya. Pembobotan setiap elemen diberikan berdasarkan skala dasar perbandingan pada
PHA Tabel 6. Tabel 6. Nilai Skala Dasar Perbandingan pada PHA
Nilai Skala
Definisi Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi
sama kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari yang lainnya Pengalaman atau pertimbangan
sedikit mendukung satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dari elemen lainnya Pengalaman atas pertimbangan
dengan kuat didukung dan dominasinya terlihat dalam
praktek
7 Satu elemen sangat jelas lebih
penting dibanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya
terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting dibanding elemen lainnya
Dukungan elemen yang satu atas yang lain terbukti memiliki
tingkat penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan diantara
dua pertimbangan Nilai
kebalikan Jika untuk aktivitas 1 mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i
Sumber : Saaty, 1993
6. Melaksanakan langkah 3,4,5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki
Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen atau elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki. Ada dua macam matriks
pembandingan yang dipakai dalam PHA, yaitu : a.
Matriks Pendapat Individu MPI MPI adalah matriks hasil pembandingan oleh individu. Elemennya
disimbolkan oleh a
ij
, yaitu elemen matriks baris ke-I dan kolom ke-j Tabel 7. Tabel 7. Matriks Pendapat Individu MPI
G A1 A2 A3 ... An A1 A
11
A
12
A
13
... A
1n
A2 A
21
A
22
A
23
... A
2n
A3 A
31
A
32
A
33
... A
3n
... ... ... ... ... ... An A
n1
A
n2
A
n3
... A
nn
Sumber : Saaty,1993 b.
Matriks Pendapat Gabungan MPG MPG merupakan matriks baru yang elemennya berasal dari rata-rata
geometrik pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0.1 atau 10. Elemennya disimbolkan oleh g
ij
yaitu elemen matriks baris ke-i dan kolom ke-j Tabel 8
Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan MPG G
G1 G 2
G 3 ...
G n G 1
G
11
G
12
G
13
... G
1n
G 2 G
21
G
22
G
23
... G
2n
G 3 G
31
G
32
G
33
... G
3n
... ... ... ... ... ... G n
G
n1
G
n2
G
n3
... G
nn
Sumber: Saaty, 1993 Untuk perhitungan rata-rata geometrik dipergunakan rumus sebagai berikut :
Gij = k
aij m
m k
∏
=1
Dimana : g
ij
= elemen MPG baris ke-i kolom ke-j aij = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k
7. Tahap menetapkan prioritas pembobotan
Struktur hierarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuisioner yang diberikan kepada responden untuk mengetahui pembobotan setiap elemen
pada seluruh tingkat struktur hierarki. Pembobotan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot
yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu : 1
pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua tahap pengolahan tersebut dapat digunakan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan
setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi :
a. Pengolahan horizontal
Pengolahan horizontal terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas vektor eigen, uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio
inkonsistensi tinggi. • Perkalian baris Z dengan rumus :
Z
i
=
n n
k
aij
∏
=1
I,j = 1,2,3,...,n • Perhitungan vektor Prioritas VP atau Eigen Vektor adalah :
VP
i
=
∑ ∏ ∏
− =
= n
i n
n k
n n
k
aij aij
1 1
1
VP = Vpi, untuk I = 1,2,3,...,n
• Perhitungan nilai Eigen Maks Maks λ, dengan rumus :
VA = aij x VP dengan VA = vai
VB =
VP VA
dengan VB = vbi
λ
Maks
=
∑
= n
k i
vbi n
1
untuk I = 1,2,3,...,n • Perhitungan indeks inkonsistensi CI dengan rumus :
CI =
1 −
− n
n maks
λ
• Perhitungan rasio inkonsistensi CR adalah : CR =
RI CI
RI merupakan indeks acak yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory L. Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sampel
berukuran 100. Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,1
merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi
konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat Saaty, 1993.
b. Pengolahan vertikal
Pengolahan vertikal yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila Cvij
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka :
Cvij = Σ Chij t;i-1 x VWt i-1
Untuk i = 1,2,3,...,n j = 1,2,3,...,n
t = 1,2,3,...,n
Dimana : Chij t;i-1 = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada
tingkat diatasnya I-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal.
VWt I-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke I-t terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil
perhitungan horizontal. P
= Jumlah tingkat hirarki keputusan r
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-1 s
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke I-t 8. Evaluasi
Konsistensi Pengisian kuisioner pada tahap Matriks Banding Berpasangan adakalanya
terjadi penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen lainnya, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. PHA memperbolehkan penyimpangan
dengan toleransi rasio inkonsistensi dibawah 10 persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria
yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai
dengan dimensi masing-masing matriks.
Pengolahan data dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 9.0, dilakukan mulai dari langkah keenam, yaitu melaksanakan langkah
ke 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dalam hirarki tersebut, sampai pada langkah kedelapan yaitu evaluasi konsistensi. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah
matriks diolah secara horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai yang lebih besar
dari 10 persen, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara mempergunakan pertanyaan ketika melakukan
pengisian ulang kuisioner dan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuisioner.
Latar belakang digunakannya PHA sebagai alat analisis strategi pengem- bangan bisnis jahe, karena dalam batasan tertentu pemilihan strategi harus bisa
memberikan informasi yang dapat menggambarkan suatu kondisi secara jelas. Selain itu, pengambilan keputusan tidak semuanya harus secara kualitatif, namun
harus dipadukan dengan unsur kuantitatif. PHA dapat mencakup semuanya, dalam PHA aspek kualitatif digunakan untuk mendefinisikan personal dan menyusun
suatu hirarki, sedangkan aspek kuantitatif digunakan untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas.
BAB V. GAMBARAN AGRIBISNIS UMUM JAHE DI INDONESIA