menghasilkan produk-produk keterampilan. Namun karena yang ditargetkan dalam program ini adalah keterampilan, maka yang harus diutamakan bukan
kegiatan membangun ide, tetapi melaksanakan perwujudan bentuk dengan hasil belajar berupa kemampuan prosedural, suatu kemampuan dampak dari
penguasaan proses yang benar Soehardjo, 2012: 159. Dengan demikian kurikulum bimbingan dan pelayanan adalah perangkat rencana dan pengaturan
materi, bahan dan cara pelaksanaan bimbingan dan pelayanan.
2.2 Pembelajaran Keterampilan Anak Tunagrahita
Pembelajaran pada hakikatnya berintikan interaksi antara murid dengan guru dan lingkungan.Dengan demikian pembelajaran mengandung dua jenis
kegiatan yang tidak terpisahkan, yaitu mengajar dan belajar. Oleh karena itu interaksi antar murid dengan guru dan lingkungannya disebut pula proses belajar
mengajar Ismiyanto: 2009. Mulyasa dalam Rohmadi, 2009: 65 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi ini terjadi terutama antara
siswa dan guru. Pada proses pembelajaran terjadi hubungan yang bersifat dwiarah antara guru dan siswa.
Sedangkan menurut Syafi’i 2006: 23 konsep pembelajaran digunakan karena dipandang lebih memposisikan guru dan murid sebagai subjek, artinya
keduanya memiliki peran yang sama penting. Keberhasilan sebuah pembelajaran bukan hanya bergantung pada keaktifan guru untuk membelajarkan materi
pelajaran kepada siswa, tetapi siswa sebagai individu yang mengalami proses belajar juga diperlukan partisipasi aktifnya dalam kegiatan pembelajaran.
Konsep pembelajaran dalam arti yang lebih sempit adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar Dimyati dan Mudjiono dalam Sobandi 2008:152. Sudjana 2002 berpendapat bahwa siswa sebaiknya
memperoleh pembelajaran dengan cara mengalami dan berbuat sendiri secara langsung sehingga pembelajaran yang dilakukan memberi kesan yang utuh dan
bermakna bagi siswa sehingga akan selalu diingat oleh siswa pada jangka waktu lama.Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran adalah interaksi antara murid
dengan guru dan lingkungan kearah yang lebih baik dan sebaiknya mengalami atau berbuat sendiri secara langsung agar memberikan kesan dan pengalaman
yang utuh dan bermakna. Pembelajaran pada anak tunagrahita berbeda dengan pembelajaran di
sekolah pada
umumnya. Pembelajaran
yang berlangsung
berbentuk bimbingan.Bimbingan menurut Jones dalam Mugiarso, 2006: 2 dinyatakan
sebagai upaya mengembangkan setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan dengan
sistematis dan berencana. Bimbingan merupakan proses membantu individu, dengan membantu berarti bukan suatu paksaan.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu- individu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian dengan
bijaksana dengan lingkungan.Bantuan dalam bimbingan diberikan kepada
individu, baik perorangan maupun kelompok.Bimbingan yang diberikan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal menjadi pribadi yang
mandiri. Bimbingan keterampilan bagi anak tunagrahita pada dasarnya adalah
sebuah upaya menanamkan beberapa kompetensi dasar kepada anak agar tidak memiliki ketergantungan dengan orang di sekitarnya sehingga mampu
mengerjakan tanpa bantuan orang lain. Tujuan utama dari belajar keterampilan adalah memperoleh dan menguasai keterampilan tertentu.Dalam belajar
keterampilan memerlukan latihan yang intensif dan teratur. Soehardjo 2011: 232 menyatakan bahwa:
Sesuai dengan jenis serta sifatnya keterampilan dibedakan menjadi keterampilan intelek dan keterampilan motorik. Tipe keterampilan
motorik meliputi keterampilan prosedural dan keterampilan teknik. Keterampilan prosedural adalah kemampuan menerapkan sesuatu
proses yang telah ditetapkan prosedurnya, sedangkan keterampilan teknik adalah kemampuan mengembangkan proses yang telah
memiliki prosedur yang tetap.
Dalam pembelajaran keterampilan ada beberapa prinsip-prinsip dalam memberikan pendidikan bagi penyandang tunagrahita mengacu pada prinsip kasih
sayang dan prisip keperagaan. Demikian halnya seperti yang diungkapkan Smart 2010 bahwaprinsip kasih sayang adalah dalam mengerjakan tugas-tugas
akademis yang berhubungan dengan intelektual, anak tunagrahita akan mengalami kesulitan, tidak jarang juga karena masalah tersebut banyak guru bahkan orang-
orang terdekat menjadi jengkel dan tidak sabar. Untuk mengajar anak tunagrahita diperlukan kasih sayang yang mendalam dan kesabaran.
Sedangkan prinsip keperagaan adalah anak tunagrahita mempunyai kelemahan dalam kemampuan berpikir abstrak.Anak tunagrahita mengalami
kesulitan dalam membayangkan sesuatu Smart, 2010.Oleh karena itu, anak tunagrahita lebih tertarik pada pembelajaran yang menggunakan benda-benda
konkret atau benda-benda yang terlihat nyata dan jelas ataupun dengan berbagai alat peraga yang sesuai.
Berdasarkan pengertian di atas pembelajaran keterampilan anak tunagrahita adalah interaksi belajar mengajar antara anak tunagrahita dengan guru
ke arah yang lebih baik dengan bentuk bimbingan agar memperoleh dan menguasai keterampilan tertentu dan mampu mengerjakan tanpa bantuan orang
lain dengan kasih sayang, kesabaran dan alat peraga untuk membantu proses
pembelajaran.
2.3 Media ClayTepung sebagai Sarana Membentuk untuk Terapi