Akibat Hukum Bagi Advokat Yang Menerima Honorarium Hasil Tindak

B. Akibat Hukum Bagi Advokat Yang Menerima Honorarium Hasil Tindak

Pidana Pencucian Uang Di dalam hukum pidana, subjek hukum dikatakan bersalah apabila memenuhi ciri atau unsur kesalahan, seperti : 87 1. Melakukan perbuatan pidana sifat melawan hukum 2. Dapat dipertanggungjawabkan pembuat 3. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja atau kesalahan dalam arti sempit atau kealpaan culpa 4. Tidak adanya dasar peniadaan pidana yang menghapus dapatnya dipertanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat. Analisis akibat hukum bagi advokat yang menerima honorarium hasil tindak pidana pencucian uang ini dikaji menggunakan ciri atau unsur kesalahan diatas. Advokat dalam menjalankan tugasnya, merupakan profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggungjawab dalam menegakkan hukum yang dilindungi oleh undang-undang, bahkan kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur tangan dan pengaruh dari luar memerlukan profesi advokat yang mandiri, bebas, dan bertanggungjawab untuk terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak asasi manusia. Maka, untuk menganalisis akibat hukum bagi advokat harus kita lihat dalam UU Advokat yang menyebutkan bahwa advokat dalam melaksanakan tugasnya bertindak sebagai salah satu dari 87 Dr. Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta : Pt Rineka Cipta, 2008, hlm.130. empat pilar penegak hukum yang termasuk dalam melaksanakan undang-undang. Dengan demikian, ketentuan pasal 50 KUHP berlaku bagi seorang advokat dalam melaksanakan tugasnya dan ketentuan pasal 16 UU Advokat memperkuat kedudukan advokat dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 50 KUHP menyebutkan bahwa barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana Pasal 16 UU Advokat menyebutkan bahwa advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk membela kepentingan klien dalam sidang pengadilan Apabila meninjau kedua pasal tersebut, maka perbuatan advokat yang memberikan bantuan hukum kepada kliennya yang merupakan tersangka atau terdakwa tindak pidana pencucian uang tersebut sudah cukup mengeluarkan advokat dari Pasal 5 UU PPTPPU. Namun, kata itikad baik pada Pasal 16 UU Advokat memiliki arti yang mampu membuktikan bahwa advokat melakukan tindak pidana atau tindakan yang melanggar undang-undang. Menurut T. Gayus Lumbuun, berpendapat bahwa status advokat sebagai penegak hukum yang mandiri dan bebas serta yang telah dilengkapi dengan berbagai macam hak yang telah diberikan oleh UU Advokat termasuk halnya hak imunitas maka bukan berarti advokat dibolehkan untuk mengabaikan sikap integritas profesionalisme dalam melaksanakan tugas profesinya. Dalam hal ini perlu untuk ditegaskan bahwa kebebasan dalam melaksanakan profesinya tersebut harus didasarkan pada itikad baik, yaitu dilaksanakan dengan landasan kejujuran honesty demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum dengan tetap berpedoman pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan. Melengkapi pemahaman sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut, maka H. Imam Soebechi, selaku Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia berpendapat bahwa tuntutan mengenai hak imunitas advokat harus dilihat sesuai dengan konteksnya. Kekebalan terhadap hukum tidak dapat diartikan bahwa profesi advokat adalah beyond the law. Imunitas tersebut harus dikaitkan dengan konteks advokat yang sedang melaksanakan tugas profesinya berdasarkan itikad baik dan bukan dalam konteks perbuatan pribadi. 88 Jadi, apabila seorang advokat memang melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dalam membela perkara walaupun kliennya merupakan tersangka atau terdakwa pencucian uang maka ia berhak menerima honorarium dari kliennya dan tidak dapat dihukum karena tidak memenuhi unsur kesalahan atau melawan hukum. Namun, apabila seorang advokat terbukti melaksanakan profesinya tidak didasarkan dengan itikad baik maka ia dapat dihukum karena telah melanggar kode etik profesi advokat dan UU Advokat. Apalagi jika ada advokat yang terbukti berperan sebagai gatekeeper yang membantu kliennya melakukan tindak pidana pencucian uang dengan modus penetapan honorariumnya maka ia telah melanggar itikad baik profesinya dan tidak ada lagi keraguan bagi penyidik maupun penuntut umum untuk menuntut dan menjatuhkan hukuman kepada advokat karena telah melanggar ketentuan UU PPTPPU bahkan izin advokat tersebut dapat dicabut. 88 Setiyono, “Kajian Yuridis Mengenai Hak Imunitas Advokat”, http:www.m2s- consulting.comindex.phppublikasiartikel-hukum22-kajian diakses pada tanggal 10 Februari 2015.

C. Peran PPATK Dalam Mengawasi Honorarium yang Diterima Advokat

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

11 118 114

Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Perbankan Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 92 94

Tinjauan Hukum Asas Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)”

1 93 112

Analisis Yuridis Tentang Penentuan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dalam UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 66 142

Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 82 117

Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK ) Dalam Mencegah Dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 49 145

Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkoba Sebagai Predicate Crime On Money Laundering

1 63 125

BAB II KODE ETIK PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA A. Pengertian Advokat - Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Perbankan Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 0 25