Dampak Pencucian Uang PEMBERIAN HONORARIUM ADVOKAT YANG DIGUNAKAN

kerahasiaan bank yang ketat, persyaratan identifikasi yang lemah, persyaratan laporan yang lemah, hukum perpajakan yang lemah, persyaratan pendirian perusahaan yang minim, dan lemahnya pengaturan atas pembatasan mata uang. 5. Penggunaan jenis aset tak bernama use of anonymous asset types Pelaku tindak pidana menyadari bahwa aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam melakukan pelacakan keuangan sehingga menyulitkan para penegak hukum untuk mendeteksi dan membuktikan adanya hubungan antara tindak pidana dengan hasil tindak pidana. Beberapa hasil tindak pidana tersebut termasuk dalam jenis anonymous asset, seperti: uang tunai, perhiasan, logam mulia, beberapa sistem pembayaran elektronik, dan beberapa produk keuangan yang menggunakan numbered personal accounts. Modus tersebut banyak digunakan dalam jaringan perdagangan narkoba. Berdasarkan laporan sejumlah kasus di seluruh dunia, pengguna biasanya ingin membayar tunai untuk tidak terhubung dengan pemasok, dan pemasok kemudian memiliki kebutuhan untuk masuk ke suatu wilayah.

C. Dampak Pencucian Uang

Menurut hasil pengamatan Guy Stessen dalam tulisannya “Money Laundering, A New Internasional Law Enforcement Model ”, setidak-tidaknya terdapat tiga alasan mengapa money laundering perlu diberantas dan dinyatakan sebagai tindak pidana : 66 66 Bismar Nasution, Op.Cit., hlm.26-28. Pertama, karena pengaruh money laundering pada sistem keuangan dan ekonomi diyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia, misalnya dampak negatif terhadap efektifitas penggunaan sumber daya dan dana. Dengan adanya money laundering, maka sumber daya dan dana banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak sah dan dapat merugikan masyarakat. Di samping itu, dana-dana yang relatif besar itu kurang dimanfaatkan secara optimal, misalnya dengan melakukan “sterile investment” dalam bentuk properti atau perhiasan yang mahal. Hal ini terjadi karena uang hasil tindak pidana terutama diinvestasikan pada negara- negara yang dimungkinkan aman untuk mencuci uangnya, walaupun hasilnya lebih rendah. Uang hasil tindak pidana pencucian uang ini dapat saja beralih dari suatu negara yang perekonomiannya baik ke negara yang perekonomiannya kurang baik. Karena pengaruh negatifnya pada pasar finansial dan dampaknya dapat pula mengurangi kepercayaan publik terhadap sistem keuangan internasional, sehingga besar kemungkinan praktik money laundering bisa mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian internasional, dan tindak pidana pencucian uang yang terorganisir juga bisa membuat ketidakstabilan pada ekonomi nasional. Fluktuasi yang tajam pada nilai tukar dan suka bunga mungkin juga merupakan akibat negatif itu diyakini, bahwa money laundering dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. Kedua, dengan ditetapkannya money laundering sebagai tindak pidana akan lebih memudahkan bagi aparatur penegak hukum untuk menyita hasil pencucian yang kadangkala sulit untuk disita, misalnya aset yang susah dilacak atau yang sudah dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Dengan cara menyita hasil pencucian uang ini, maka pelarian uang hasil tindak pidana pencucian uang ini dapat dicegah. Dengan demikian pemberantasan tindak pidana sudah beralih orientasinya dari “menindak pelakunya” ke arah menyita “hasil tindak pidana”. Di banyak negara dengan menyatakan money laundering sebagai tindak pidana merupakan dasar bagi penegak hukum untuk mempidanakan pihak ketiga yang dianggap menghambat upaya penegakan hukum. Ketiga, dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan dengan adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya. Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi banyak menikmati hasil-hasil tindak pidana tersebut. Selain hal itu, tindak pidana pencucian uang juga menimbulkan dampak yang kompleks, yaitu : 67 1. Merongrong sektor swasta yang sah Para pelaku tindak pidana pencucian uang sering menggunakan perusahaan-perusahaan front companies yang mencampur uang haram dan uang sah untuk menyembunyikan uang hasil kejahatan mereka. Di Amerika Serikat, misalnya, kejahatan terorganisasi menggunakan toko-toko pizza pizza parlors untuk menyembunyikan uang hasil perdagangan heroin. 67 Philips Darwin, Op.Cit., hlm.32-37. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki akses pada dana-dana haram yang besar jumlahnya. Hal ini memungkinkan mereka mensubsidi berbagai barang dan jasa yang dijualnya untuk kemudian dijual jauh dibawah harga pasar. Bahkan mereka menawarkan barang-barang itu dengan harga dibawah biaya produksinya. Dengan demikian mereka memiliki keuntungan kompetitif competitive advantage dan membangkrutkan perusahaan-perusahaan saingannya yang bekerja secara sah. 2. Merongrong integritas pasar keuangan Lembaga-lembaga keuangan bisa menghadapi bahaya likuiditas jika mengandalkan kegiatannya pada dana hasil kejahatan. Uang dalam jumlah besar yang baru saja di tempatkan di lembaga-lembaga itu bisa tiba-tiba menghilang karena dipindahkan melalui wire transfer. Runtuhnya sejumlah bank di dunia, termasuk internet bank yang pertama European Union Bank, terjadi akibat keterlibatan mereka pada kegiatan-kegiatan kriminal. Begitu pula dengan terjadinya krisis keuangan di era 1990-an akibat kecurangan, pencucian uang, dan skandal penyuapan. 3. Menghilangkan kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya Menurut perkiraan Michael Camdessus, jumlah uang haram yang terlibat dalam kegiatan pencucian uang adalah 2-5 persen dari Gross Domestic Product GDP dunia, atau sekurang-kurangnya 600 miliar dolar AS. Di beberapa negara dengan pasar yang baru tumbuh, dana haram itu dapat mengurangi anggaran pemerintah sehingga mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya. Pencucian uang dapat pula menimbulkan dampak yang tidak diharapkan terhadap nilai mata uang dan tingkat suku bunga. Hal ini terjadi karena para pelaku pencucian uang menggunakan dana-dana yang sudah dicucinya untuk diinvestasikan kembali di negara-negara yang tidak mampu mendeteksinya. Artinya, penanaman kembali dana-dana itu justri tidak dilakukan di negara-negara yang dapat memberikan rates of return yang lebih tinggi. 4. Menimbulkan distorsi dan ketidakstabilan ekonomi Para pencucian uang tidak tertarik untuk memperoleh keuntungan dari investasi-investasi mereka tetapi mereka lebih tertarik untuk melindungi hasil kejahatan yang mereka lakukan karena hasil keuntungan yang mereka peroleh dari kegiatan kriminal sudah luar biasa besarnya. Karena itu, mereka lebih tertarik untuk “menginvestasikan” dana-dana mereka di kegiatan-kegiatan yang secara ekonomis tidak perlu bermanfaat kepada negara dimana dana mereka itu ditempatkan. Akibat sikap mereka yang demikian itu, pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut dapat terganggu. Misalnya seluruh industri seperti konstruksi dan perhotelan di beberapa negara telah dibiayai oleh para pencuci uang bukan karena adanya permintaan yang nyata actual demand di sektor-sektor tersebut, tetapi karena terdorong oleh adanya kepentingan-kepentingan jangka pendek dari para pencuci uang itu. Apabila industri-industri tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan para pencuci uang tersebut, maka mereka akan meninggalkan usaha tersebut yang lebih lanjut dapat mengakibatkan ambruknya sektor-sektor ini dan menimbulkan kerusakan yang amat parah terhadap ekonomi negara-negara tersebut yang sulit diatasi. 5. Meningkatkan ancaman terhadap ketidakstabilan moneter Pencucian uang mengakibatkan terjadinya misalokasi sumber daya misallocation of resources karena distorsi-distorsi aset dan rekayasa harga-harga komoditas. Singkatnya, pencucian uang dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada jumlah permintaan terhadap uang money demand dan meningkatkan volatilitas dari arus modal internasional international capital flows, bunga, serta nilai tukar mata uang, Sifat pencucian uang yang tidak dapat diduga itu, ditambah dengan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonominya, akan mempersulit tercapainya kebijakan ekonomi yang sehat. 6. Menghilangkan pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak Pencucian uang menghilangkan pendapatan pajak pemerintah dan dengan demikian secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak yang jujur. Hal itu juga mengakibatkan pengumpulan pajak oleh pemerintah makin sulit. Hilangnya pendapatan tersebut loss of revenue pada umumnya berarti tingkat pembayaran pajak yang lebih tinggi higher tax rates daripada tingkat pembayaran pajak yang normal seandainya uang hasil kejahatan yang tidak dipajaki itu merupakan dana yang halal. 7. Membahayakan privatisasi perusahaan negara oleh pemerintah Pencucian uang mengancam upaya-upaya dari negara-negara yang sedang melakukan reformasi ekonomi negara-negara tersebut melalui upaya privatisasi. Organisasi-organisasi kejahatan tersebut dengan dananya itu mampu membeli saham-saham perusahaan-perusahaan negara yang diprivatisasi dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada calon-calon pembeli yang lain. Sebagaimana telah dikemukakan di atas mereka lebih tertarik untuk dapat mengamankan hasil kejahatan mereka dari pada memperoleh keuntungan dari investasi mereka. Selain itu, karena prakarsa-prakarsa privatisasi sering secara ekonomis menguntungkan, mereka dapat pula menggunakan perusahaan-perusahaan yang dibelinya itu sebagai wahana untuk mencuci uang mereka. Di masa yang lalu, para penjahat membeli casino dan bank-bank untuk menyembunyikan uang haram milik mereka dan untuk melanjutkan aktivitas kejahatan mereka. 8. Merusak reputasi negara Tidak satu negarapun di dunia, lebih-lebih di era ekonomi global saat ini, yang bersedia kehilangan reputasinya sebagai akibat terkait dengan pencucian uang. Kepercayaan pasar akan terkikis karena kegiatan-kegiatan pencucian uang dan kejahatan-kejahatan di bidang keuangan financial crimes yang dilakukan di negara yang bersangkutan. Rusaknya reputasi sebagai akibat kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengakibatkan negara tersebut kehilangan kesempatan-kesempatan global yang sah sehingga hal tersebut dapat mengganggu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sekali reputasi keuangan suatu negara rusak, maka untuk memulihkannya kembali sangat sulit karena membutuhkan sumber daya pemerintah yang sangat signifikan. 9. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi Pencucian uang menimbulkan biaya sosial dan risiko. Pencucian uang adalah suatu proses yang penting bagi organisasi-organisasi untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kejahatan mereka. Pencucian uang memungkinkan bagi para penjual dan pengedar narkoba drug traffickers, para penyeludup, dan penjahat-penjahat lainnya untuk memperluas kegiatannya. Meluasnya kegiatan-kegiatan kejahatan tersebut mengakibatkan meningkatnya biaya pemerintah untuk meningkatkan upaya penegakan hukum dalam rangka memberantas kejahatan-kejahatan itu dan segala akibatnya. Juga pemerintah akan terpaksa meningkatkan biaya untuk merawat korban kejahatan misalnya untuk mengobati korban narkoba. Di antara akibat sosioekonomi yang negatif itu adalah bahwa pencucian uang memindahkan kekuatan ekonomi pasar, pemerintah dan warga negara kepada para penjahat. Besarnya kekuatan ekonomi yang dapat dihimpun oleh para penjahat dari kegiatan mereka dalam melakukan pencucian uang itu dapat menimbulkan akibat yang tidak baik terhadap semua unsur masyarakat. Tidak mustahil dalam kasus-kasus yang ekstrim, hal itu dapat mengakibatkan terjadinya pengambilalihan kekuasaan pemerintah yang sah. 10. Merongrong perbankan Anne T. Vitale, Esq., mantan managing director dan deputy general counsel dari The Republic National Bank of New York, di mana dia menangani suatu global anti-money laundering program, dalam makalahnya yang berjudul U.S. Banking: An Industry‟s View on Money Laundering mengemukakan: “Money laundering as well as the underlying criminal activity – fraud, counterfeiting, narcotics trafficking, and corruption waken the reputation and standing of any financial institution. A bank tainted by money laundering accusations from regulators, law enforcement agencies, or the press faces serious challenges to its reputation. ” 68 Peter J. Quirk, Advisor pada The IMF‟s Monetary and Exchange Affairs Department, dalam tulisannya yang berjudul: Money laundering : Muddying the Macroeconomy, menjelaskan tentang beberapa dampak makroekonomis yang ditimbulkan oleh money laundering. Dari tulisannya itu dapat diketahui adanya beberapa dampak makroekonomis yang ditimbulkannya. 69 Menurut Quirk, karena kejahatan, kegiatan bawah tanah under ground activity dan money laundering terjadi dalam skala besar, maka para pengambil kebijakan makroekonomi harus mempertimbangkan hal-hal tersebut dalam kebijakannya. Tetapi oleh karena kegiatan-kegiatan tersebut sangat sulit untuk ditindak, maka kegiatan-kegiatan tersebut telah mendistorsi data ekonomi dan mengkomplikasi upaya-upaya pemerintah untuk melakukan pengelolaan terhadap kebijakan ekonomi. Di samping itu, kemampuan untuk menentukan secara statistik jumlah mata uang yang dikeluarkan dan dimana tempat tinggal dari para deposan merupakan kunci untuk memahami perilaku moneter. Permintaan akan uang ternyata berpindah-pindah dari suatu negara ke negara lain sebagai akibat praktik money laundering, yang dapat membuat data moneter tidak benar, Hal itu dapat menimbulkan konsekuensi yang sebaliknya bagi volatilitas volatility, 68 Ibid, hlm.37. 69 Sutan Remy Sjahdeini, “Kerugian Negara Akibat Pencucian Uang”, http:www.interpol.go.ididkejahatan-transnasionalpencucian-uang97-kerugian-negara-akibat- pencucian-uang diakses pada tanggal 3 Februari 2015. khususnya dalam dollarized economies, karena menjadi makin tidak pasti untuk dapat mengikuti gerakan agregat-agregat moneter. 70 Quirk mengemukakan pula bahwa dampak distribusi pendapatan yang ditimbulkan oleh money laundering harus pula dipertimbangkan. Sampai batas tertentu, kegiatan-kegiatan kejahatan mengalihkan pendapatan dari para high saver kepada low saver, dari investasi yang sehat kepada investasi yang beresiko dan berkualitas rendah. Hal ini dapat membuat pertumbuhan ekonomi terpengaruh. Misalnya, terdapat bukti bahwa dana yang berasal dari tax evasion di Amerika Serikat cenderung untuk disalurkan kepada investasi yang lebih beresiko tetapi memberikan hasil yang tinggi di sektor bisnis kecil. Tax evasion terjadi terutama di sektor ini, kecurangan fraud, penggelapan embezzelement, dan perdagangan orang dalam insider trading berlangsung secara cepat dan merupakan bisnis yang menguntungkan di sektor bisnis kecil ini, oleh karena “that‟s where the money is”. Money laundering juga mempunyai dampak-dampak makroekonomis yang tidak langsung indirect macroeconomic effects, kata Quirk. Transaksi-transaksi yang ilegal dapat mencegah orang melakukan transaksi-transaksi yang legal karena kontaminasi. Misalnya, beberapa transaksi yang melibatkan pihak-pihak luar negeri, meskipun sepenuhnya legal, dilaporkan telah menjadi kurang diminati akibat pengaruh money laundering. Pada umumnya, kepercayaan kepada pasar dan kepada peranan efisiensi terhadap keuntungan telah terkikis oleh meluasnya perdagangan orang dalam insider trading, kecurangan fraud, dan penggelapan embezzlement. Disamping itu, 70 Philips Darwin, Op.Cit., hlm.38. uang yang dicuci laundered untuk alasan-alasan selain tax evasion, orang juga cenderung melakukan tax evasion, yang menambah economic distortions. Lebih- lebih lagi, pelecehan terhadap hukum telah menimbulkan kontaminasi, yaitu sekali melanggar suatu undang-undang membuat menjadi makin mudah baginya untuk melanggar undang-undang yang lain. 71 Quirk berpendapat bahwa akumulasi dari aset yang dicuci kemungkinan besar lebih besar dari pada aliran uang pertahunnya, menambah potensi bagi distabilisasi yang secara ekonomis merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak efisien, baik terjadi secara lintas batas maupun terjadi di dalam negeri. Dana tersebut dapat digunakan untuk menyudutkan pasar. Studi empiris yang dibuat oleh Quirk pada tahun 1996 mengenai hubungan antara pertumbuhan GDP dan money laundering di 18 negara industri untuk pertama kalinya, telah membuktikan bahwa telah terjadi pengurangan yang sangat signifikan terhadap tingkat pertumbuhan GDP berkaitan dengan peningkatan pencucian uang terhadap uang yang dihasilkan dari kejahatan diantara tahun 1983 –1990. 72 Quirk berpendapat bahwa oleh karena money laundering telah memberikan beberapa dampak makroekonomis yang tidak menguntungkan dan sangat luas, maka kebijakan-kebijakan makro harus memainkan peranan dalam upaya-upaya anti-money laundering. Menurut Quirk kebijakan-kebijakan yang dimaksud adalah dalam bidang pengawasan lalu lintas devisa exchange controls, pengawasan bank terhadap pelaksanaan rambu-rambu kesehatan bank prudential 71 Ibid, hlm.38-39. 72 Ibid, hlm.39. supervision, penagihan pajak tax collection, pelaporan statistik statistical reporting, dan perundang-undangan legislation. 73

D. Transaksi Keuangan Mencurigakan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

11 118 114

Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Perbankan Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 92 94

Tinjauan Hukum Asas Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)”

1 93 112

Analisis Yuridis Tentang Penentuan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dalam UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 66 142

Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 82 117

Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK ) Dalam Mencegah Dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 49 145

Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkoba Sebagai Predicate Crime On Money Laundering

1 63 125

BAB II KODE ETIK PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA A. Pengertian Advokat - Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Tentang Pemberian Honorarium Advokat Yang Digunakan Sebagai Sarana Praktik Pencucian Uang (Money Laundering

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Tinjauan Yuridis Mengenai Peranan Perbankan Dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

0 0 25