B. Tipologi Pencucian Uang
Pencucian uang dapat dilakukan dengan modus operandi yang sangat beragam, mulai dari menyimpan uang di bank hingga membeli rumah mewah atau
saham. Namun, pada dasarnya seluruh modus tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis tipologi, yang tidak selalu terjadi secara bertahap, tetapi bahkan
dilakukan secara bersamaan. Ketiga tahapan tipologi tersebut yaitu: penempatan placement, pemisahan atau pelapisan layering, dan penggabungan
integration.
51
1. Penempatan placement
Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan atau mendepositokan uang haram ke dalam sistem keuangan financial system di
suatu negara. Sedangkan Jeffry Robinson menyebutnya dengan istilah immersion, yang artinya konsolidasi dan penempatan. Robinson memberikan contoh
bagaimana pencucian uang dilakukan dalam tahap immersion. Seorang pengedar narkoba yang mengumpulkan uang tunai sejumlah lima juta dollar AS dihadapkan
dengan tugas yang berat untuk menempatkan uang tersebut sebanyak-banyaknya ke dalam sistem perbankan. Tidak seperti halnya pemalsu uang, yang harus
mampu memasukkan uang palsu yang dibuatnya ke dalam sirkulasi, pencuci uang laundryman terpaksa mengandalkan rekening-rekeking bank bank accounts,
surat berharga yang dikeluarkan oleh kantor pos postal orders, cek bepergian
51
Pengenalan Anti Pencucian Uang Dan Terorisme, http:elearning.ppatk.go.idpluginfile.php125mod_pagecontent8Mod20120-
20Bag20220-20Tipologi20Pencucian20Uang.pdf diakses pada tanggal 1 Februari 2015.
traveler‟s checks, dan instrumen-instrumen yang dapat dinegosiasikan lainnya untuk menyalurkan uang tunai tersebut ke dalam sistem perbankan.
52
Tahap ini merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang tersebut mendepositokan uang haram tersebut ke dalam sistem keuangan financial
system. Karena uang itu sudah masuk ke dalam sistem keuangan perbankan, berarti uang itu juga telah masuk ke dalam sistem keuangan negara yang
bersangkutan. Oleh karena uang yang telah ditempatkan di suatu bank itu selanjutnya dapat lagi dipindahkan ke bank lain, baik di negara tersebut maupun
di negara lain, uang tesebut bukan saja telah masuk ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan, melainkan juga telah masuk ke dalam sistem keuangan
global atau internasional. Jadi, placement adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari
suatu kegiatan tindak pidana ke dalam sistem keuangan. Bentuk kegiatan ini, antara lain :
53
a. Menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem
keuangan financial system atau menempatkan uang giral cek, wesel bank, sertifikat, dan deposito kembali ke dalam sistem keuangan,
terutama sistem perbankan. b.
Menyetorkan uang pada bank atau perusahan jasa keuangan lain sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.
c. Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.
52
Philips Darwin, Op.Cit., hlm.43.
53
H. Juni Sjafrien Jahja, Op.Cit., hlm.9.
d. Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha
yang sah berupa kredit atau pembiayaan sehingga mengubah kas menjadi kredit atau pembiayaan.
e. Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan
pribadi atau membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghargaan atau hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui
bank atau perusahaan jasa keuangan lainnya. f.
Mengubah bentuk dan menukarkannya dengan mata uang, surat berharga, atau perbuatan lain.
Metode yang paling penting dari “placement” ini adalah apa yang disebut sebagai “smurfing”. Yang dimana “smurfing” adalah upaya untuk menghindari
pelaporan dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh pelaku pencucian uang. Melalu
i “smurfing” ini, maka keharusan untuk melaporkan transaksi uang tunai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dapat dikelabui atau dihindari.
54
Bentuk lain dari smurfing ini adalah dengan memasukan dalam rekening para smurfing di satu tempat pada bank kemudian mengambilnya lagi pada bank
di tempat lain atau kota lain yang berbeda atau di kota lain sehingga terkumpul dalam beberapa rekening pemilik yang merupakan pelaku pencucian uang.
Pemilik rekening tersebut biasanya tidak langsung nama pelaku pencucian uang tetapi bisa merupakan rekening suatu perusahaan atau rekening lain yang
disamarkan pemiliknya. Kegiatan smurfing ini tidak terbatas pada satu kota tetapi
54
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm.19.
bergerak dari satu kota ke kota lain. Dalam tahap pembuktian modus smurfing ini sangat sulit karena melibatkan banyak smurfing yang tidak berdomisili tetap pada
satu tempat, dan untuk mencari suatu transaksi yang tidak melanggar batas satu bank adalah beribu-ribu transaksi yang telah ada didalam proses perbankan.
55
2. Pelapisan layering
Besarnya jumlah uang haram yang ditempatkan di suatu bank akan sangat menarik perhatian otoritas moneter di suatu negara. Para penegak hukum di
negara tersebut akan segera menyelidiki asal usul uang tersebut. Karena itulah para pelaku pencucian uang melakukan proses layering.
56
Dalam proses pelapisan, pelaku pencucian uang berusaha memutuskan hubungan antara uang hasil kejahatan itu dengan sumbernya. Caranya, uang
tersebut dipecah-pecah jumlahnya, kemudian dipindahkan dari satu bank atau negara ke bank atau negara yang lain hingga beberapa kali. Dengan pemecahan
dan pemindahan beberapa kali, maka asal usul uang tersebut tidak mungkin lagi dapat dilacak oleh otoritas moneter atau penegak hukum.
57
Pelaku pencucian uang melakukannya dengan mengupayakan konversi atau memindahkan dana tersebut menjauh dari sumbernya melalui pembelian dan
penjualan instrumen-instrumen investasi investment instruments. Mereka juga memindahkannya dengan cara funds wire melalui sejumlah rekening di berbagai
bank di seluruh dunia. Caranya, uang dikirimkan dari satu perusahaan gadungan dummy company ke perusahaan gadungan yang lain dengan mengandalkan
ketentuan rahasia bank bank secrecy dan aturan mengenai kerahasiaan hubungan
55
Tb. Irman S, Op.Cit., hlm.97-98.
56
Philips Darwin, Op.Cit., hlm.43.
57
Ibid, hlm.43-44.
pengacara dengan kliennya attorney client privilege. Tujuannya untuk menyembunyikan identitas pribadinya dengan sengaja menciptakan jaringan
transaksi keuangan yang kompleks.
58
Sering kali nasabah penyimpan dana yang tercatat di bank justru bukan pemilik sesungguhnya dari uang tersebut. Nasabah penyimpan dana itu mungkin
sudah merupakan lapis yang kesekian apabila di urut dari sejak pangkalnya, yaitu pemilik yang sesungguhnya dari uang yang ditempatkan itu. Dari urutan mereka
yang dilalui oleh pemilik yang sesungguhnya dari uang itu sampai pada lapis yang terakhir, yaitu nasabah penyimpan dana yang secara resmi tercatat di bank
tersebut, maka pemakaian lapisan-lapisan yang demikian itu dapat pula disebut dengan layering.
Hubungan antara “placement” dan “layering” adalah jelas. Setiap prosedur “placement” yang berarti mengubah lokasi fisik atau sifat haram dari uang itu
adalah juga merupakan salah satu bentuk “layering”. Strategi “layering” pada
umumnya meliputi, antara lain, dengan mengubah uang tunai menjadi aset fisik, seperti kendaraan bermotor, barang-barang perhiasan dari emas atau batu-batu
permata yang mahal, atau “real estate” perumahan, atau instrumen keuangan seperti “money orders, cashiers chequest or securities and multiple electronic
transfers of funds to so called „bank secrecy havens‟, such as Switzerland or the Cayman Islands
”.
59
58
Ibid, hlm.44.
59
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm.28.
3. Penggabungan integration
Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk
kekayaan materiil atau keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, maupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana.
60
Jika pada tahap penempatan dan pelapisan telah berhasil diselesaikan, maka pelaku akan berusaha menggabungkan kembali dana yang dicuci dalam
bentuk yang dapat dmanfaatkan oleh pelaku, mekanisme integrasi menggunakan institusi finansial atau penyedia jasa keuangan dan alat yang sama yang digunakan
dalam tahap-tahap lainnya, pada tahap ini pelaku pencucian uang sekarang perlu membuat dana tersebut terlihat seperti dana yang berasal dari usaha yang sah.
Pada tahap ini uang yang telah dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak taxable.
Begitu uang tersebut berhasil diupayakan sebagai uang halal melalui cara layering, maka tahap selanjutnya adalah menggunakan uang yang telah menjadi
uang halal clean money untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasi kejahatan yang dilakukan penjahat atau organisasi kejahatan yang mengendalikannya.
Ketika pelaku melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalu mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh dan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan atau menghilangkan asal usul uang tersebut sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati
atau dipergunakan secara aman.
60
Ibid, hlm.21.
Jeffry Robinson memberi perumpamaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi terhadap uang yang berhasil dicuci. Ia menggambarkannya seperti
melempar batu ke suatu kolam : “it‟s like a stone being thrown into a pond. You
see the stone hit the water becauses it splashes. As it begins to sink. The water ripples and, for a few moments, you can still find the spot where the stone hit. But,
as the stone sinks deeper, the ripples fade. By the time the stone reaches the bottom, any traces of it are long gone and the stone itself may be impossible to
find. That‟s exactly what happens to laundered money.”
61
Menurut Robinson, immersion adalah tahap yang paling rentan bagi pelaku pencucian uang. Apabila ia tidak dapat memasukkan uang haram ke dalam
proses pencucian, maka ia tidak akan mampu mencucinya. Namun jika uang itu berhasil di konversikan ke dalam nomor-nomor rekening bank yang muncul di
suatu layar komputer, dan dipindahkan melintasi dunia, maka pergerakannya seperti riak air yang melenyap dan batunya terkubur di lumpur di dasar kolam.
62
Ketiga tahapan pencucian uang tersebut pada dasarnya dilakukan untuk menciptakan ”disassociation” antara uang atau harta hasil kejahatan dengan si
penjahat serta tindak pidananya, sehingga proses hukum konvensional akan mengalami kesulitan dalam melacak si penjahat dan menemukan jenis tindak
pidananya. Sebagaimana diketahui, harta kekayaan dari hasil kejahatan merupakan titik terlemah dari kejahatan itu sendiri. Apabila hasil kejahatan dapat
ditelusuri, maka akan secara mudah diidentifikasi pihak-pihak yang terkait pelaku tindak pidana dan pada akhirnya teridentifikasi tindak pidananya.
61
Philips Darwin, Op.Cit., hlm.46-47.
62
Ibid
Dengan memerhatikan penjelasan yang diatas, maka dapat dikatakan bahwa tipologi pencucian uang pada umumnya dilakukan dengan cara :
63
1. Melalui kerja sama modal
Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar negeri. Uang tersebut masuk kembali dalam bentuk kerja sama modal joint venture project. Keuntungan
investasi tersebut diinvestasikan lagi dalam berbagai usaha lain. Keuntungan usaha lain ini dinikmati sebagai uang yang sudah bersih karena tampaknya
diolah secara legal, bahkan sudah dikenakan pajak. 2.
Melalui agunan kredit Uang tunai diselundupkan ke luar negeri. Lalu disimpan di bank negara
tertentu yang prosedur perbankkannya termasuk lunak. Dari bank tersebut ditransfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito. Kemudian, dilakukan
peminjaman ke suatu bank di Eropa dengan jaminan deposito tersebut. Uang hasil kredit ditanamkan kembali ke negara asal uang haram tadi.
3. Melalui perjalanan luar negeri
Uang tunai ditransfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada di negaranya. Lalu, uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kembali ke
negara asalnya oleh orang tertentu. Seolah-olah uang tersebut berasal dari luar negeri.
63
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm.28.
4. Melalui penyamaran usaha dalam negeri
Dengan uang tersebut maka didirikanlah usaha perusahaan samaran, tidak dipermasalahkan apakah uang tersebut berhasil atai tidak, tetapi kesannya
usaha tersebut telah menghasilkan uang “bersih”. 5.
Melalui penyamaran perjudian Dengan uang tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak mejadi masalah
apakah menang atau kalah. Akan tetapi, akan dibuat kesan dibuat menang sehingga ada alasan asal usul uang tersebut. Seandainya di Indonesia masih
ada SDSB, nalo, lotre, dan lain-lain yang sejenisnya kepada pemilik uang haram dapat ditawarkan nomor yang menang dengan harga yang lebih mahal.
Dengan demikian, uang tersebut memberikan kesan kepada yang bersangkutan sebagai hasil kemenangan kegiatan perjudian tersebut lotre,
SDSB, nalo, dan sejenisnya. 6.
Melalui penyamaran dokumen Uang tersebut secara fisik tidak ke mana-mana, tetapi keberadaannya
didukung oleh berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diadakan, seperti membuat double invoice dalam jual beli dan ekspor impor. Agar ada kesan
uang itu sebagai hasil kegiatan luar negeri. 7.
Melalui pinjaman luar negeri Uang tunai dibawa ke luar negeri dengan berbagai cara, lalu uang tersebut
dimasukkan kembali sebagai pinjaman luar negeri. Hal ini seakan-akan memberikan kesan bahwa pelaku memperoleh bantuan kredit dari luar negeri.
8. Melalui rekayasa pinjaman luar negeri
Uang secara fisik tidak ke mana-mana, tetapi kemudian dibuat suatu dokumen seakan-akan ada bantuan atau pinjaman luar negeri. Jadi, pada
kasus ini sama sekali tidak ada pihak pemberi pinjaman melainkan hanya ada dokumen pinjaman, yang kemungkinan besar adalah dokumen palsu.
Lebih jauh lagi, berdasarkan laporan Egmont Group of Financial Intelligence Units
64
berbagai kasus pencucian uang dikategorisasikan ke dalam 5 lima tipologi. Tipologi tersebut adalah sebagai berikut :
65
1. Penyembunyian dalam perusahaan concealment within business structures
Tipologi ini ditandai oleh skema pencucian uang dengan cara menyembunyikan hasil tindak pidana ke dalam aktivitas bisnis atau perusahaan.
Modus operandi ini dilakukan dengan melakukan pencampuran antara transaksi bisnis yang sah dengan yang ilegal. Adapun indikator dari modus operandi ini
antara lain pelaku tindak pidana pencucian uang biasanya memiliki kendali atas perusahaan yang digunakan untuk pencucian uang, baik hubungan sebagai
beneficial owner atau hubungan kekerabatan atau pertemanan dengan pemilik perusahaan. Hal tersebut bertujuan mengurangi resiko bocornya informasi kepada
penegak hukum dari dalam perusahaan itu sendiri.
64
Egmont Group adalah suatu perkumpulan financial intelligence unit FIU atau PPATK secara internasional yang berdiri pada tahun 1995 dan saat ini terdiri dari 132 anggota. Egmont
diambil dari nama atau lokasi daerah tempat pertama kali diselenggarakannya pertemuan FIU di Brusel, Belgia yaitu Egmont de Arenberg, sumber http:www.egmontgroup.orgaboutlist-of-
member diakses pada tanggal 18 Februari 2015.
65
Andri Gunawan, membatasi transaksi tunai Peluang dan Tantangan Jakarta : Indonesian Legal Roundtable, 2013 hlm.43.
2. Penyalahgunaan bisnis yang sah misuse of legitimate businesses
Tipologi ini dilakukan oleh pencuci uang yang menggunakan bisnis atau perusahaan yang telah atau sedang berjalan untuk melakukan proses pencucian
uang. Perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa dananya berasal dari tindak pidana. Manfaat utama penggunaan bisnis yang sah adalah agar dana hasil tindak
pidana seolah-olah berasal dari bisnis sah itu, bukan berasal dari pemilik dana sebenarnya yang melakukan tindak pidana. Resiko bagi bisnis sah tersebut adalah
jika skema pencucian uang ditemukan oleh penegak hukum, bahkan jika pengurus perusahaan tidak dituntut untuk tindak pidana pencucian uangnya, maka reputasi
perusahaan tersebut akan menderita secara signifikan akibat liputan media. 3.
Penggunaan identitas dan dokumen palsu use of false identities and documents
Penggunaan dokumen dan identitas palsu untuk membuka rekening atau melakukan transaksi banyak digunakan oleh para pelaku tindak pidana untuk
memutus hubungan antara aset dan tindak pidana. Bahkan jika pelaku tindak pidana ditangkap dan dipenjarakan, aset tersebut tetap dapat dinikmati setelah
keluar dari penjara. Dokumentasi palsu ini juga memegang peran penting dalam melakukan upaya penipuan, juga dapat digunakan untuk menutupi upaya
pencucian uang. 4.
Eksploitasi permasalahan negara internasional exploiting internasional jurisictional issues
Beberapa pelaku pencucian uang selalu memindahkan dan menyimpan uang tak sah tersebut ke negara-negara yang dikenal mempunyai undang-undang
kerahasiaan bank yang ketat, persyaratan identifikasi yang lemah, persyaratan laporan yang lemah, hukum perpajakan yang lemah, persyaratan pendirian
perusahaan yang minim, dan lemahnya pengaturan atas pembatasan mata uang. 5.
Penggunaan jenis aset tak bernama use of anonymous asset types Pelaku tindak pidana menyadari bahwa aparat penegak hukum mengalami
kesulitan dalam melakukan pelacakan keuangan sehingga menyulitkan para penegak hukum untuk mendeteksi dan membuktikan adanya hubungan antara
tindak pidana dengan hasil tindak pidana. Beberapa hasil tindak pidana tersebut termasuk dalam jenis anonymous asset, seperti: uang tunai, perhiasan, logam
mulia, beberapa sistem pembayaran elektronik, dan beberapa produk keuangan yang menggunakan numbered personal accounts. Modus tersebut banyak
digunakan dalam jaringan perdagangan narkoba. Berdasarkan laporan sejumlah kasus di seluruh dunia, pengguna biasanya ingin membayar tunai untuk tidak
terhubung dengan pemasok, dan pemasok kemudian memiliki kebutuhan untuk masuk ke suatu wilayah.
C. Dampak Pencucian Uang