yang disebut sebagai politik hukum, yang meliputi dua hal. Pertama adalah pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan materi-materi
hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan. Kedua adalah pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada, termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para
penegak hukum. Hal ini terkait dengan jenis dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang menyatakan bahwa advokat dapat memberikan sumbangan pikiran pembentukan undang-
undang sebagai bagian dari hukum.
23
C. Kode Etik Profesi Advokat
Kode etik penting bagi profesi hukum karena profesi hukum merupakan suatu moral community masyarakat moral yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai
bersama, serta memiliki izin untuk menjalankan profesi hukum. Apalagi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang sama dan sama-sama memiliki
monopoli atas keahlian di bidang hukum dan tentu saja tertutup bagi orang lain. Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan diperkuat karena setiap
klien merasa ada kepastian bahwa kepentingannya terjamin. Profesional hukum memberikan pengayoman dan rasa keadilan. Akibatnya, selain masyarakat
mengetahui adanya hukum dan dapat memanfaatkan hukum, mereka pun merasa hukum adalah miliknya karena mereka merasa diayomi oleh hukum. Hukum pun
23
Ibid
mendapat pengakuan dan legitimasi dari masyarakat. Dengan begitu, kesadaran hukum dan kepatuhan pada hukum akan eksis dalam masyarakat.
24
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian atau keterampilan. Etika Profesi adalah peraturan yang ditujukan kepada perseorangan
yang menyandang pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian atau keterampilan tertentu. Pasal 322 KUHP, terdapat kategori-kategori orang yang karena jabatan
atau pekerjaan dianggap wajib menyimpan rahasia. Rahasia pekerjaan, jika wajib simpan rahasia pekerjaan dalam keadaan apa pun dan bagaimana pun wajib
menyimpan rahasianya, maka rahasia pekerjaan itu rahasia mutlak absolut. Sebaliknya rahasia pekerjaan relatif nisbi jika wajib simpan rahasia pekerjaan itu
harus membuka rahasianya, maka harus dikorbankan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan yang dilindungi oleh rahasia itu. Untuk sampai pada
kesimpulan membuka rahasia itu bukan pekerjaan mudah, karena si wajib simpan rahasia itu akan mempertimbangkan mana yang hendak dikorbankan, yakni
kepentingan yang lebih besar daripada yang dilindunginya.
25
Setiap profesi, termasuk advokat menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan displin tata kerja dan
menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan para profesional untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi
pengembanan profesinya sehari-hari. Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat dikarenakan setiap klien akan
mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik ibarat
24
Abdul Rahman, Diktat Etika Profesi Hukum, 2013, hlm.90.
25
Ropaun Rambe, Op.Cit., hlm.41-42.
kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Aspek kepercayaan antara
profesional dan klien ini menjadi pokok utama kajian Daryl Koehn dalam bukunya berjudul The Ground of Professional Ethics. Daryl menekankan janji
publik seorang profesional yang sepihak, tak bersyarat, untuk melayani tujuan khusus dari kelompok orang tertentu memberi landasan pada otoritas kaum
profesional yang mengesahkan kekuasaan mereka untuk memulai dan melaksanakan atau memberi hak atas tindakan yang mengubah kehidupan demi
kepentingan klien.
26
Menurut Sumaryono pembentukan kode etik memiliki tujuan tersendiri, yaitu untuk :
27
1. Sebagai sarana kontrol sosial
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota
lama, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota
kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat dapat melakukan kontrol melalui
rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.
26
Abdul Rahman, Op.Cit., hlm.43.
27
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum Bandung : Pt. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm.78-79.
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak
perlu lagi campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi melaksanakan kewajiban profesionalnya. Hubungan antara
pengemban profesi dan masyarakat, misalnya antara advokat dan klien, antara dosen dan mahasiswa, antara dokter dan pasien, tidak perlu diatur secara detail
dengan undang-undang oleh pemerintah, atau oleh masyarakat karena kelompok profesi telah menetapkan secara tertulis norma atau patokan tertentu berupa kode
etik profesi. 3.
Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah
dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga
memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karena
berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan. Dengan demikian, kode etik dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, sebaliknya
berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi. Kode etik profesi yang baik adalah yang dapat mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri
dan pihak yang membutuhkan pelayanan profesi yang bersangkutan. Ada dua hal penting yang harus dimiliki oleh seorang advokat, yaitu
logika dan etika. Logika akan menuntun seorang advokat untuk memahami mana
yang benar dan mana yang salah, sedangkan etika akan menuntun seorang advokat sehingga ia akan mampu memahami mana yang baik dan mana yang
buruk, oleh karena itu kedua hal tersebut harus dimiliki dan tidak dapat dipisahkan dari seorang advokat profesional. Setiap advokat harus menjaga citra
dan martabat kehormatan profesi, seta setia dan menjunjung tinggi kode etik dan sumpah profesi, yang pelaksanaanya diawasi oleh Dewan Kehormatan sebagai
suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus diakui setiap advokat, tanpa melihat dari organisasi profesi mana yang ia berasal dan menjadi anggota, yang
pada saat mengucapkan sumpah profesinya tersirat pengakuan dan kepatuhannya terhadap kode etik advokat yang berlaku.
28
Dengan demikian Kode Etik Advokat Indonesia adalah hukum tertinggi dalam menjalankan profesi, yang selain menjamin dan melindungi namun juga
membebankan kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara, atau
masyarakat, dan terutama kepada dirinya sendiri.
29
Berkaitan dengan kode etik setiap organisasi, tidak terkecuali organisasi advokat, selalu memiliki kode etik yang dibuat sedemikian baiknya dan dijadikan
sebagai landasan bertindak dan berperilaku bagi mereka dalam menjalankan profesi tersebut. Pada dasarnya kode etik itu akan dijadikan sebagai hukum dasar
dalam setiap organisasi dan oleh karenanya akan berfungsi sebagai pembebanan
28
Kelik Pramudy dan Ananto Widiatmoko, Op.Cit., hlm.97.
29
Ibid, hlm.98.
kewajiban kepada setiap anggotanya dan sekaligus pemberian perlindungan hukum.
30
Kode etik yang berlakukan oleh organisasi advokat sekarang ini merupakan bagian tak terpisahkan dari UU Advokat. Kode etik advokat
dimaksudkan untuk mengatur dan memberi kualitas kepada pelaksana profesi, untuk menjaga kehormatan dan nama baik organisasi profesi, serta untuk
melindungi publik yang memerlukan jasa-jasa baik profesional. Kode etik merupakan mekanisme pendisiplinan, pembinaan, dan pengontrolan etos kerja
anggota-anggota organisasi profesi.
31
D. Fungsi Kode Etik Profesi Advokat