gas dan air bersih sebesar Rp 70,75 juta 0,25 persen, sektor pertanian sebesar Rp 50,70 juta 0,18 persen, dan sektor pertambangan sebesar Rp 34,02 juta 0,12
persen.
5.5.3. Dampak terhadap Tenaga Kerja
Dilihat dari sisi tenaga kerja, akibat adanya pertumbuhan investasi pada sektor industri pemintalan sebesar Rp 125,27 miliar akan mempengaruhi
perubahan jumlah tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebanyak 460 orang, sedangkan pertumbuhan investasi pada sektor industri tekstil, pakaian, dan
kulit akan mempengaruhi perubahan jumlah tenaga kerja diseluruh sektor perekonomian sebesar 212 orang.
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa perubahan investasi pada sektor industri pemintalan akan menyebabkan perubahan terhadap penyerapan
tenaga kerja secara langsung pada sektor pemintalan sebesar 382 orang atau sebesar 83,05 persen dari total perubahan penyerapan tenaga kerja, diikuti oleh
sektor-sektor lainnya akibat efek tidak langsung yang ditimbulkan oleh investasi tersebut adalah sektor tekstil, pakaian dan kulit sebesar 69orang atau sebesar
15,06 persen dari total perubahan tenaga kerja, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp 2 orang 0,49 persen, sektor industri lainnya sebesar 2 orang 0,40
persen, sektor bangunan sebesar 1 orang 0,24 persen, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 1 orang 0,23 persen, sektor transportasi dan
komunikasi sebesar 1 orang 0,22 persen, sektor keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan sebesar 1 orang 0,13 persen, sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 0 orang 0,08 persen, sektor pertanian sebesar 0 orang 0,06 persen, dan sektor pertambangan sebesar 0 orang 0,04 persen.
Tabel 5.12. Dampak Pertumbuhan Investasi Sektor Industri TPT terhadap Perubahan Tenaga Kerja
Dampak Investasi pada Industri Pemintalan
Dampak Investasi pada Industri Tekstil, Pakaian
dan Kulit No
Sektor Tenaga Kerja
Orang Persen Tenaga
Kerja Orang
Persen 1 Pertanian
0,27 0,06 0,38 0,18
2 Pertambangan 0,16 0,04
0,26 0,12 3 Industri
Pemintalan 381,99 83,05
3,15 1,49 4
Industri tekstil, pakaian dan kulit 69,28
15,06 193,52
91,42 5 Industri
lainnya 1,84 0,40
1,70 0,80 6
Listrik, gas dan air bersih 0,39
0,08 0,53
0,25 7 Bangunan
1,10 0,24 1,41 0,66
8 Perdagangan, restoran dan hotel
1,05 0,23
2,32 1,09
9 Transportasi dan komunikasi
1,01 0,22
1,79 0,85
10 Keuangan,usaha bangunan dan
jasa perusahaan 0,61 0,13
1,32 0,62 11 Jasa-jasa
2,25 0,49 5,32
2,51
Total 459,96 100,00
211,69 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 diolah
Tabel 5.12 juga memperlihatkan pertumbuhan investasi sektor industri tekstil, pakaian dan kulit sebesar Rp 125,27 miliar akan mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja secara langsung terhadap sektor itu sendiri sebesar 194 orang. Selain itu juga akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara tidak
langsung terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya, hal tersebut dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa-jasa sebesar 5 orang atau 2,51
persen dari total peningkatan pendapatan, sektor industri pemintalan sebesar 3 orang 1,49 persen, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 2 orang 1,09
persen, sektor transportasi dan komunikasi sebesar 2 orang 0,85 persen, sektor industri lainnya sebesar 2 orang 0,80 persen, sektor bangunan sebesar 1 orang
0,66 persen, sektor keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan sebesar 1
orang 0,62 persen, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1 orang 0,25 persen, sektor pertanian sebesar 0 orang 0,18 persen, dan sektor pertambangan
sebesar 0 orang 0,12 persen. Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa sektor-sektor yang
mengalami perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja akibat adanya pertumbuhan investasi sektor industri pemintalan dari yang paling besar sampai
yang paling kecil dampaknya adalah sektor industri pemintalan itu sendiri, sektor tekstil, pakaian dan kulit, sektor jasa-jasa, sektor industri lainnya, sektor
bangunan, sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor transportasi dan komunikasi, sektor keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan, sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor pertanian, dan sektor pertambangan. Dilihat dari sisi pertumbuhan investasi sektor industri tekstil, pakaian dan
kulit, sektor yang berpengaruh terhadap perubahan investasi di sektor industri tersebut dari yang paling besar dampaknya adalah sektor industri tekstil, pakaian
dan kulit itu sendiri, sektor jasa-jasa, sektor industri pemintalan, sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor transportasi dan komunikasi, sektor
industri lainnya, sektor bangunan, sektor keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pertanian, dan sektor
pertambangan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis pertumbuhan investasi sektor industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT terhadap perekonomian Indonesia,
maka dapat disimpulkan : 1. Hasil analisis keterkaitan menujukkan bahwa industri TPT industri pemintalan
dan industri tekstil, pakaian dan kulit memiliki nilai keterkaitan ke depan yang relatif rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya, yang berarti output industri
TPT banyak digunakan untuk konsumsi langsung. Sedangkan untuk keterkaitan ke belakang, industri TPT memiliki nilai yang cukup besar dibandingkan nilai
keterkaitan ke depannya, yang berarti bahwa industri TPT merupakan sektor yang penting bagi pengembangan sektor-sektor penyedia input industri
tersebut. 2. Analisis dampak penyebaran memperlihatkan bahwa industri pemintalan
maupun industri tekstil, pakaian dan kulit lebih mampu menarik sektor hulunya yang dapat dilihat dari nilai koefisien penyebarannya yang lebih dari satu yaitu
masing-masing sebesar 1,20 dan 1,23 dibandingkan mendorong sektor hilirnya yang memilki nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu yaitu masing-
masing sebesar 0,85 dan 0,77. 3.
Hasil analisis multiplier menunjukkan bahwa sektor industri TPT industri pemintalan dan industri tekstil, pakaian dan kulit memiliki nilai multiplier
tenaga kerja tipe I maupun tipe II terbesar dibandingkan sektor lainnya. Untuk nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II, industri pemintalan memiliki nilai