atas dasar biaya pendaratan landed cost yang terdiri dari nilai cost insurance and freight
ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.
3.4.5. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut
juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara. a. Upah dan Gaji
Mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga
yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha
Merupakan balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak
penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Penghitungan surplus usaha adalah nilai tambah bruto
dikurangi dengan upah atau gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. c. Penyusutan
Merupakan penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan
nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto
Pajak tak langsung netto merupakan selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung terdiri dari pajak impor, pajak ekspor, bea masuk,
pajak pertambahan nilai, cukai dan pajak penjualan atas barang mewah dan lainnya. Konsep pajak tak langsung berkebalikan dari subsidi, oleh karena itu
pengaruh pajak tak langsung akan negatif terhadap perekonomian. e. Subsidi
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan kepada produsen. Subsidi pada dasarnya adalah tambahan pendapatan bagi produsen. Oleh karena itu subsidi
disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Sejarah Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Sejak zaman kerajaan Hindu di Indonesia, proses memintal benang dan seni batik sudah dikenal sebagai suatu kerajinan. Pertumbuhan industri tekstil di
Indonesia terbagi atas beberapa periode, yaitu: periode kerajinan tekstil di Indonesia, periode industri tekstil kecil dan rumah tangga, periode perkembangan
dan konsolidasi, dan periode pembangunan lima tahun PELITA. Pada periode kerajinan tekstil di Indonesia ada tiga tahap, yaitu periode
sampai abad 17, pada periode ini telah dikenal seni batik dan memintal benang, hanya saja hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Pada periode sampai abad 19 telah
dilakukan perdagangan terutama di kota-kota pantai seperti Banten. Saat itu tekstil yang masuk berupa kain sutra dari Cina dan kain kapas dari India. Sedangkan
kerajinan tekstil tidak berkembang saat itu. Periode yang terakhir adalah periode awal abad 20, saat itu keadaan tekstil hasil kerajinan sudah terdesak dengan tekstil
impor dari luar negeri. Alat Tenun Bukan Mesin ATBM mencapai masa jayanya pada periode
industri tekstil kecil dan rumah tangga Departemen Perindustrian, 1982. Krisis dunia pada tahun 1929 telah menurunkan ekonomi Indonesia yang saat itu sangat
bergantung pada komoditi pertanian. Untuk mengurangi pengangguran maka pemerintah merangsang pertumbuhan industri kecil dalam bidang tekstil, kulit,
dan keramik dengan mendirikan tempat pendidikan kejuruan di Bandung serta mendirikan pabrik kecil. Untuk mendukung hal tersebut maka diciptakanlah