sedangkan untuk multiplier tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief tertutup lampiran 4 yang memasukkan rumah tangga sebagai variabel
endogenous . Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa nilai multiplier tipe II akan selalu
lebih besar dari multiplier tipe I, hal tersebut dikarenakan pada multiplier tipe II sudah memperhitungkan konsumsi rumah tangga.
Tabel 5.9. Nilai Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Tipe I dan II pada Sektor Perekonomian Indonesia, Tahun 2003
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan
Multiplier Tenaga
Kerja No
Sektor Tipe I
Tipe II Tipe I
Tipe II Tipe I
Tipe II 1 Pertanian
1,4527 2,0312 1,3806 1,8644 1,1997 1,3565 2 Pertambangan
1,3239 1,5170 1,4565 1,7692 2,2790 3,6687 3 Industri
Pemintalan 2,4088 2,8567 3,8343 5,0730 12,6509 17,8720
4 Industri tekstil,
pakaian dan kulit 2,4641
2,9624 2,2767
2,7909 23,4541
34,9381 5 Industri
lainnya 2,2362 3,4094 2,6225 4,3737 5,1124 8,8015 6
Listrik, gas dan air bersih
2,2343 2,5502 3,0994 3,8460 6,6691 10,3687 7 Bangunan
2,3692 3,2764 2,1002 2,9334 3,2010 5,0710 8 Perdagangan,
restoran dan hotel
1,8106 2,5883 1,7496 2,4666 1,6446 2,3125 9 Transportasi
dan komunikasi
2,1450 2,7781 2,4907 3,3396 2,2391 3,1063 10 Keuangan,usaha
bangunan dan jasa prshaan
1,6534 2,3346 1,4492 1,8478 4,4634 9,1789 11 Jasa-jasa
1,9530 2,7180 1,5107 1,8626 1,6003 2,0992
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 diolah
5.4.1. Multiplier Output
Nilai multiplier output tipe I dan tipe II dapat dilihat pada Tabel 5.9. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai multiplier tipe I terbesar adalah industri tekstil,
pakaian dan kulit yaitu 2,46 artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor industri tekstil, pakaian dan kulit sebesar Rp 1 juta maka output di seluruh
sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 2,46 juta. Untuk multiplier tipe
II, industri tekstil, pakaian dan kulit memiliki nilai sebesar 2,96 yang berarti jika terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor industri
tekstil, pakaian dan kulit sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan output diseluruh sektor perekonomian sebesar Rp 2,96 juta. Sedangkan untuk sektor
industri pemintalan memiliki nilai multiplier output tipe I dan tipe II masing- masing sebesar 2,41 dan 2,86.
5.4.2. Multiplier Pendapatan
Tabel 5.9 juga memperlihatkan multiplier pendapatan, untuk nilai tipe I dan II terbesar adalah sektor industri pemintalan yaitu masing-masing sebesar
3,83 dan 5,07. Maksud dari multiplier pendapatan tipe I adalah jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta di sektor industri pemintalan,
maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan diseluruh sektor perekonomian sebesar Rp 3,83 juta, sedangkan untuk tipe II adalah jika terjadi
peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja pada sektor industri pemintalan sebesar Rp 1 juta akibat adanya peningkatan permintaan akhir, maka akan
meningkatkan pendapatan seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 5,07 juta. Untuk industri tekstil, pakaian dan kulit memilki nilai multiplier tipe I dan tipe II
masing-masing sebesar 2,28 dan 2,79. 5.4.3
Multiplier Tenaga Kerja
Hasil analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, menunjukkan bahwa sektor industri tekstil, pakaian dan kulit memiliki nilai yang paling besar
yaitu masing-masing sebesar 23,45 dan 34,94. Nilai pada tipe I ini berarti jika
terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor industri tekstil, pakaian dan kulit sebesar Rp 1 juta, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga
kerja diseluruh sektor perekonomian sebesar 23 orang, sedangkan untuk nilai pada tipe II artinya adalah adanya peningkatan konsumsi rumah tangga yang bekerja
pada sektor industri tekstil, pakaian dan kulit sebesar satu orang menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 35
orang. Untuk industri pemintalan sendiri memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan II masing-masing sebesar 12,65 dan 17,87 yang merupakan nilai
terbesar kedua setelah industri tekstil, pakaian dan kulit. Hasil dari analisis multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat
disimpulkan bahwa industri TPT yang terdiri dari industri pemintalan dan industri tekstil, pakaian dan kulit memiliki peran yang cukup besar dalam peningkatan
output, pendapatan dan tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Terutama dampaknya terhadap tenaga kerja, baik industri pemintalan
maupun industr tekstil, pakaian dan kulit memperlihatkan nilai yang paling besar diantara sektor-sektor lainnya, hal tersebut menunjukkan bahwa industri TPT
merupakan industri yang padat karya.
5.5 . Analisis Pertumbuhan Investasi Sektor Industri Tekstil dan Produk