Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Ventilasi terhadap Kejadian ISPA pada Balita

tinggi merupakan sarana yang baik untuk pertumbuhan mikrorganisme. Bakteri dapat bertahan hidup beberapa jam bahkan berminggu-minggu lamanya pada tempat yang lembab dan gelap tanpa sinar matahari. Rumah yang lembab dan basah disebabkan banyak air yang terserap di dinding tembok dan matahari pagi sukar masuk dalam rumah yang memudahkan anak-anak terserang ISPA. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heri 2005 di Kecamatan Klirong Kebumen yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita.

5.5.3. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Ventilasi terhadap Kejadian ISPA pada Balita

Ventilasi adalah tempat proses masuknya udara segar ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan. Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah. Ventilasi yang kurang baik dapat membahayakan kesehatan khususnya saluran pernafasan. Ventilasi yang buruk dapat meningkatkan paparan Krieger dan Higgins, 2002. Luas ventilasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas ventilasi yang meliputi luas lubang angin, luas jendela dan pintu yang terbuka dibagi dengan luas lantai. Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang dilakukan dapat diketahui rumah responden yang ventilasinya memenuhi syarat kesehatan yaitu 57,6. Dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 42,4 sehingga menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ventilasidengan kejadian ISPA dengan nilai p = 0,000 p0,05. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar rumah responden hanya memiliki jendela dan pintu di depan rumah sehingga ventilasi yang berfungsi sebagai pertukaran udara dalam rumah menjadi berkurang. Ada beberapa rumah yang memiliki jendela tetapi tidak pernah dibuka karena menyangkut keamanan rumah. Ventilasi rumah berfungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, ventilasi rumah yang baik adalah ≥10 dari luas lantai. ISPA erat kaitannya dengan ventilasi karena ventilasi rumah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu ≥10 dari luas lantai memungkinkan adanya pergantian udara agar tetap terjaga sirkulasinya, sehingga dapat mengurangi kemungkinan penularan penyakit pada orang lain seiring dengan menurunnya konsentrasi bakteri yang ada di dalam rumah. Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan mikroorganisme selalu dalam konsentrasi tinggi sehingga kondisi ini akan memperbesar kemungkinan penularan kepada orang lain. Rumah yang jendelanya kecil menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik, akibatnya asap dapur terkumpul dalam rumah. Bayi dan anak yang sering menghisap asap lebih mudah terserang ISPA. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chahaya dan Nurmaini 2005 di Deli Serdang, ventilasi ruangan mempunyai pengaruh terhadap kejadian ISPA pada Universitas Sumatera Utara balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukamawa 2005 menunjukkan bahwa ada pengaruh ventilasi terhadap kejadian ISPA pada anak Balita, hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab ISPA pada balita yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi juga dapat meyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baikuntuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA. Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Suripto 2003 yang menemukan tidak ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada balita.

5.5.4. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Pencahayaan dengan Kejadian ISPA pada Balita

Dokumen yang terkait

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

2 115 78

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013

5 74 107

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kota Medan & Kabupaten Deli Serdang

0 33 3

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.

1 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PERILAKU Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Ka

0 2 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi - Pengaruh Perilaku Ibu dan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 201

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Definisi ISPA - HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK BALITA DAN PERILAKU PENCEGAHAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS SUMBANG II KECAMAT

0 0 20