balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukamawa 2005 menunjukkan bahwa ada pengaruh ventilasi terhadap kejadian ISPA pada anak Balita, hal ini disebabkan
karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab ISPA pada balita yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar.
Ventilasi juga dapat meyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi
akan menjadi media yang baikuntuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA. Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Suripto 2003
yang menemukan tidak ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian pneumonia pada balita.
5.5.4. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Pencahayaan dengan Kejadian ISPA pada Balita
Pada umumnya sinar matahari masuk ke dalam rumah responden namun luas ventilasi kurang memadai sehingga cahaya yang masuk tidak memenuhi syarat
kesehatan. Kondisi pencahayaan yang kurang disebabkan karena kurangnya ventilasi yang ada pada rumah responden seperti jendela, pintu dan lubang angin sehingga
sinar matahari tidak dapat masuk. Selain itu padatnya perumahan dimana antara rumah yang satu dengan yang lain saling berdempetan. Dan ada beberapa rumah yang
memiliki jendela namun tidak pernah dibuka yang sehubungan dengan keamanan rumah dari kekhawatiran dengan adanya pencurian. Menurut Notoatmodjo 2007
ukuran minimal cahaya masuk kedalam rumah adalah dengan 60 lux meter atau luas ventilasi 15-20 dari luas lantai.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,000 p0,05.
Dalam hal ini sistem pencahayaan masih dijumpai 10 rumah yang tidak dilengkapi jendela. Rumah yang memiliki jendelapun hanya sebagian kecil yang membukanya
setiap pagi hari. Begitu pula dalam hal sinar matahari, ventilasi dan penerangan ruangan, terdapat 30 rumah yang tidak masuk sinar matahari langsung. Ketiadaan
jendela atau fungsi jendela, gelap dan lembab dapat mengganggu sistem penghawaan dan penggantian udara segar dalam rumah. Apalagi bila keadaan rumah tersebut tidak
dimasuki sinar matahari secara langsung, dapat menjadi tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri dalam udara ruangan untukwaktu yang lama.
Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang memiliki rumah dengan cahaya yang kurang maka akan meningkatkan angka perkembangbiakan bakteri
karena bakteri ini akan bertahan hidup dalam waktu yang lama tanpa sinar atau cahaya matahari. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Karim 2012 yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat terhadap kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Marissa Kota Gorontalo. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayitno 2008 di Rembang yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita.
Pencahayaan langsung dalam ruangan dapat mengurangi terjadinya penularan bakteri, karena sinar ultraviolet sinar matahari dapat membunuh bakteri ini secara
Universitas Sumatera Utara
langsung dan cepat. Dalam hal ini luas ventilasi sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam rumah karena semakin luas ventilasi maka semakin
banyak cahaya yang masuk Supriyadi, 2003. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan dan
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuknya cahaya. Lokasi penempatan jendela juga harus
diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai dan bukan menyinari dinding. Maka sebaiknya pembuatan jendela harus di tengah-tengah tinggi
dinding. Dan jika memungkinkan sebaiknya menggunakan beberapa atap rumah dengan kaca terutama untuk ruangan yang tidak ada ventilasi sama sekali sehingga
ruangan tidak menjadi gelap Notoatmodjo, 2007.
5.5.5. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita