Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA

4.3.2. Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA

Berdasarkan hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan rumah yang terdiri dari kepadatan penghuni, kelembaban, ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, dan jenis bahan bakar dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.11. di bawah ini: Tabel 4.11. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Kepadatan Penghuni, Kelembaban, Ventilasi, Pencahayaan, Jenis Lantai, dan Jenis Bahan Bakar dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013 Sanitasi Lingkungan Rumah Kejadian ISPA p Value Sakit Tidak Sakit Total n n n 1 2 3 4 5 Kepadatan Penghuni Memenuhi syarat 14 26,9 38 73,1 52 100 0,022 Tidak memenuhi syarat 17 51,5 16 48,5 33 100 Kelembaban Memenuhi syarat 10 17,2 48 82,8 58 100 0,000 Tidak memenuhi syarat 21 77,8 6 22,2 27 100 Ventilasi Memenuhi syarat 8 16,3 41 83,7 49 100 0,000 Tidak memenuhi syarat 23 63,9 13 36,1 36 100 Pencahayaan Memenuhi syarat 7 15,6 38 84,4 45 100 0,000 Tidak memenuhi syarat 24 60 16 40 40 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Lanjutan 1 2 3 4 5 Jenis Lantai Memenuhi syarat 17 32,1 36 67,9 53 100 0,279 Tidak memenuhi syarat 14 43,8 18 56,2 32 100 Jenis Bahan Bakar Memenuhi syarat 11 30,6 25 69,4 36 100 0,332 Tidak memenuhi syarat 20 40,8 29 59,2 49 100 Berdasarkan Tabel 4.11. di atas pada variabel kepadatan penghuni dapat diketahui bahwa dari 52 responden yang memiliki kepadatan penghuni memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 38 orang 73,1 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 14 orang 26,9. Sedangkan 33 responden yang memiliki kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat mayoritas responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 17 orang 51,5 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 16 orang 48,5. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,022 p0,05, artinya ada hubungan kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel kelembaban dapat diketahui bahwa dari 58 responden yang memiliki kelembaban memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 48 orang 82,8 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu hanya 10 orang 17,2. Sedangkan 27 Universitas Sumatera Utara responden yang memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 21 orang 77,8 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 6 orang 22,2. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel ventilasi dapat diketahui bahwa dari 49 responden yang memiliki ventilasi memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 41 orang 83,7 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 8 orang 16,3. Sedangkan 36 responden yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 23 orang 63,9 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 13 orang 36,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel pencahayaan dapat diketahui bahwa dari 45 responden yang memiliki pencahayaan memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 38 orang 84,4 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu hanya 7 orang 15,6. Sedangkan Universitas Sumatera Utara 40 responden yang memiliki pencahayaan tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 24 orang 60 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 16 orang 40. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel lantai rumah dapat diketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki lantai rumah memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 36 orang 67,9 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 17 orang 32,1. Sedangkan 32 responden yang memiliki lantai rumah yang tidak memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 18 orang 56,2 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA yaitu sebanyak 14 orang 43,8. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,279 p0,05, artinya tidak ada hubungan lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel jenis bahan bakar dapat diketahui bahwa dari 36 responden yang menggunakan bahan bakar memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 25 orang 69,1 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 11 orang Universitas Sumatera Utara 30,6. Sedangkan 49 responden yang menggunakan bahan yang tidak memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 29 orang 59,2 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 20 orang 40,8. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,332 p0,05, artinya tidak ada hubungan jenis bahan bakar dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013.

4.4. Analisis Multivariat

Dokumen yang terkait

Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014

2 115 78

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013

5 74 107

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kota Medan & Kabupaten Deli Serdang

0 33 3

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.

1 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PERILAKU Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Ka

0 2 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi - Pengaruh Perilaku Ibu dan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 201

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Definisi ISPA - HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK BALITA DAN PERILAKU PENCEGAHAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS SUMBANG II KECAMAT

0 0 20