langsung dan cepat. Dalam hal ini luas ventilasi sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam rumah karena semakin luas ventilasi maka semakin
banyak cahaya yang masuk Supriyadi, 2003. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan dan
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuknya cahaya. Lokasi penempatan jendela juga harus
diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai dan bukan menyinari dinding. Maka sebaiknya pembuatan jendela harus di tengah-tengah tinggi
dinding. Dan jika memungkinkan sebaiknya menggunakan beberapa atap rumah dengan kaca terutama untuk ruangan yang tidak ada ventilasi sama sekali sehingga
ruangan tidak menjadi gelap Notoatmodjo, 2007.
5.5.5. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa lantai rumah responden dominan terbuat dari bahan yang kedap air dan secara statistik
menunjukkan tidak ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,279 p0,05. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
lantai rumah responden sudah baik atau dominan terbuat dari bahan yang kedap air yaitu 62,4 dan menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 32,1 dan sebagian
kecil rumah dengan lantai tanah dalam keadaan baik atau padat sehingga tidak memungkinkan bakteri berkembang biak di lantai.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah 2002 di Desa Pagar Bengkulu yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA. Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, mengatakan bahwa kejadian
ISPA pada balita lebih banyak terjadi pada responden yang lantai rumahnya tidak memenuhi syarat kesehatan 38,7, yang menyatakan ada hubungan jenis lantai
dengan kejadian ISPA.
5.5.6. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Jenis Bahan Bakar dengan Kejadian ISPA pada Balita
Bahan bakar untuk memasak adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak, terdiri dari kompor gaselpiji, dan kompor minyak tanah dan kayu.
Pencemaran dalam ruang merupakan perubahan kondisi ruangan yang disebabkan masuknya atau dimasukinya oleh suatu zatbahan ke dalam ruangan akibat aktivitas
manusia pencemaran dalam ruangan bias berasal dari penggunaan bahan bakar untuk memasak. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru, sehingga mempermudah timbulnya gangguan pada saluran pernafasan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis bahan bakar yang digunakan responden dominan kompor dan kayu bakar dan secara statistik
menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis bahan bakar dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,332 p0,05.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih 2012 di Kecamatan Bergas Semarang yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara jenis bahan bakar dengan kejadian ISPA. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chahaya dan Nurmaini 2005 di Deli
Serdang, bahan bakar mempunyai pengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Kejadian ISPA pada balita yang tinggal pada rumah yang menggunakan bahan bakar
kayu lebih tinggi dari pada balita yang tinggal pada rumah yang menggunakan bahan bakar gas elpiji. Hal ini kemungkinan karena ibu rumah tangga pada saat memasak di
dapur menggendong anaknya, atau anak bermain disekitar dapur sehingga asap bahan bakar tersebut terhirup oleh balita. Pemaparan yang terjadi dalam rumah juga
tergantung lamanya orang berada di dapur atau ruang lainnya yang telah terpapar bahan pencemar.
5.6. Variabel yang Berpengaruh terhadap Kejadian ISPA