BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Namorambe merupakan salah satu Kecamatan yang secara geografis terletak pada posisi 20º 50’ Lintang Utara dan 98º 50’ Bujur Timur, dengan luas wilayah
62 km
2
, yang terdiri dari 36 desa 65 dusun RW dan 83 RT, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor Kota Medan Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sibiru-Biru dan Kecamatan Delitua
Di Kecamatan Namorambe ada terdapat galian C, salah satunya di desa Namorambe yang menjadi tempat penelitian. Hasil galian tersebut dibawa oleh truk
besar setiap hari selama 24 jam, dan rata-rata rumah masyarakat berada dipinggir jalan sehingga debu dari truk besar tersebut beterbangan di udara sepanjang jalan. Di
Kecamatan Namorambe juga terdapat banyak pabrik, salah satunya pabrik kapur dan pabrik spring bed yang berada di desa Jati Kesuma tempat lokasi penelitian juga.
Limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke udara yang mengakibatkan polusi udara di lingkungan sekitar dan dapat memengaruhi kesehatan masyarakat di tempat
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari variabel atau besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.
4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Tingkat Pendidikan Ibu di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
No. Karakteristik Responden
Jumlah n Persentase
1. Umur Responden
20 – 29 29
34,1 30 – 39
51 60
40 – 49 5
5,9
Total 85
100 2.
Tingkat Pendidikan
1. Tidak tamat SD
2 2,4
2. Tamat SDsederajat
15 17,6
3. Tamat SLTPsederajat
29 34,1
4. Tamat SLTAsederajat
36 42,4
5. Tamat D-3PT
3 3,5
Total 85
100
Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi umurresponden tertinggi pada kelompok umur 30 - 39 tahun yaitu sebanyak 51 orang
60 dan yang terendah pada kelompok umur 40 - 49 tahun yaitu sebanyak 5 orang 5,9. Umur ibu termasuk orang memiliki pengalaman dalam mengetahui tentang
ISPA karena tidak tergolong pada usia muda. Berdasarkan tingkat pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
proporsi tingkat pendidikan responden tertinggi adalah SLTA yaitu sebanyak 36 orang 42,4, 29 orang 34,1 tamat SLTP, 15 orang 17,6 tamat SD, dan
terendah adalah tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 2 orang 2,4. Oleh sebab itu diperkirakan sebagian responden belum memahami tentang penyakit ISPA.
4.2.2. Distribusi Mengenai Pengetahuan Ibu
Perilaku ibu berdasarkan pengetahuan. Hasil penelitian dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Mengenai Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
No. Pertanyaan
Jumlah 1
2 3
4
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan ISPA ?
a. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut selama 14
hari b.
Penyakit infeksi saluran pernafasan 40
45 47,1
52,9
2. Menurut anda apa penyebab penyakit ISPA ?
a. Mikroorganisme dan debu
b. Cacing
47 38
55,3 44,7
3. Menurut anda bagaimana tanda-tanda penyakit ISPA ?
a. Nafas tak teratur, gelisah, sakit kepala
b. Buang air besar 3 kali
51 34
60 40
4. Menurut anda apakahISPA dapat menular apabila:
a. Tidur sekamar dengan penderita ISPA b. Tidak tidur sekamar dengan penderita ISPA
29 56
34,1 65,9
5. Menurut anda penularan ISPA dapat terjadi melalui :
a. Udara
b. Pakaian
42 43
49,4 51,6
6. Apakah ISPA dapat menyerang orang dengan keadaan?
a. Daya tahan tubuh yang lemah
b. Daya tahan tubuh yang kuat
44 41
51,8 48,2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Lanjutan 1
2 3
4
7. Menurut anda bagaimanakah lantai rumah yang baik ?
a. Kedap air, terbuat dari bahan yang cukup keras,
rata dan mudah dibersihkan b.
Terbuat dari bahan tanah 33
52 38,8
61,2 8.
Luas ruangan tidur 8 m² cukup untuk berapa orang ? a.
2 orang dewasa b.
3 orang dewasa 57
28 67
33 9.
Menurut anda apakah syarat ventilasi yang baik ? a.
10 dari luas lantai b.
Hanya di ruang kamar dan depan saja 56
29 76,5
23,5 10.
Udara yang bagaimana masuk ke ruangan rumah ? a.
Harus bersih tidak dicemari oleh asap b.
Yang penting udara bisa masuk 52
33 61,2
38,8 11.
Manfaat sinar matahari pagi terhadap ruangan rumah a.
Mematikan bakteri dan mikroorganisme lain b.
Tidak ada manfaatnya 48
37 56,7
43,3 12.
Pencahayaan alami ruangan yang memenuhi syarat ? a.
Terang, dapat menerangi seluruh dalam ruangan dan menyebar merata
b. Terang dan hanya menerangi sebahagian ruangan
saja. 43
42 50,6
49,4
13. Menurut anda berapakah suhu kamar yang baik ?
a. 18-30
C b.
18 C atau 30
C 53
32 62,4
38,6 14.
Balita dengan asupan gizi baik lebih tahan terhadap ISPA ?
a. Ya
b. Tidak
56 29
65,9 34,1
Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan ibu tentang ISPA yaitu sebanyak 45
orang 52,9 responden belum mengetahui apa yang dimaksud dengan ISPA, 38 orang 44,7 responden tidak mengetahui penyebab ISPA, dan 34 orang 40
responden tidak mengetahui tanda-tanda penyakit ISPA. Hal ini berarti masih banyak ibu yang berpengetahuan rendah sehingga kurang memahami mengenai penyebab dan
Universitas Sumatera Utara
gejala ISPA. Mengenai penularan ISPA yaitu sebanyak 43 responden 51,6 tidak mengetahui mengenai penularan ISPA, 41 orang 48,2 responden tidak mengetahui
ISPA dapat menyerang orang dengan keadaan daya tahan tubuh lemah. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan tentang ISPA.
Pengetahuan responden tentang kondisi fisik rumah yaitu sebanyak 57 orang 67 responden sudah mengetahui 8m² untuk dua orang, sebagian besar ibu
berpendapat bahwa rumah yang sehat tidak terlalu padat penghuninya, sehingga terasa aman di dalam rumah. Dan 56 orang 76,5 sudah mengetahui syarat
ventilasi yang baik, mereka berpendapat bahwa dengan ventilasi yang cukup maka ada pertukaran udara dalam rumah sehingga tidak pengap dan gerah. Mengenai
pengetahuan ibu tentang pencahayaan bahwa 42 orang 49,4 responden tidak mengetahui pencahayaan alami yang memenuhi syarat kesehatan, ibu berpendapat
bila sudah terang dan cahaya masuk ke dalam rumah sudah baik. Selanjutnya pengetahuan ibu tentang suhu yang baik yaitu 53 orang 62,4 responden
mengetahui syarat suhu yang baik dimana responden mengetahui suhu seharusnya tidak terlalu panas dan dingin.
Berdasarkan jawaban responden pada tabel 4.2. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden di Kecamatan Namorambe dapat dilihat
pada tabel 4.3. berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Ibu di Kecamatan Namorambe Tahun 2013 Perilaku Ibu
Jumlah Persentase
Pengetahuan
Baik 32
37,6 Sedang
18 21,2
Buruk 35
41,2
Total 85
100
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan buruk yaitu sebanyak 35 orang 41,2 dan yang terendah pada ibu memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 18 orang 21,2.
4.2.3. Distribusi Mengenai Sikap Ibu
Perilaku ibu berdasarkan sikap. Hasil penelitian dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Mengenai Sikap Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
No. Pertanyaan
Setuju Tidak setuju
n n
1 2
3 4
1. Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi
saluran pernafasan akut selama 14 hari. 47
55,3 38
44,7 2.
Penyebab penyakit ISPA adalah mikroorganisme dan debu.
52 61,2
33 38,8
3. Tanda-tanda penyakit ISPA adalah nafas tak
teratur, gelisah dan sakit kepala. 48
56,5 37
43,5 4.
Dengan menutup muluthidung saat batuk bersin menghindari penularan ISPA
39 49,5
46 54,1
5. Luas ventilasi yang baik adalah 10 dari
luas lantai. 49
57,6 36
42,4 6.
Pencahayaan sinar matahari harus masuk ke dalam ruangan dan menyebar rata.
47 55,3
38 44,7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Lanjutan 1
2 3
4
7. Luas ruangan tidurkamar 4m
2
untuk satu orang dalam keluarga.
54 63,5
31 36,5
8. Suhu kamar yang baik adalah 18-30
C. 36
42,4 49
57,6 9.
Lantai rumah yang baik adalah yang kedap air.
53 62,3
32 37,7
10. ISPA dapat ditularkan apabila tidur sekamar
dengan penderita. 45
52,9 40
47,1 11.
Bahan bakar yang baik tidak membuat lingkungan dalam rumah menjadi tercemar.
38 44,7
47 55,3
12. ASI dapat melindungi balita dari ISPA.
48 56,7
37 43,3
13. Imunisasi lengkap dapat melindungi bayi
dari ISPA. 49
57,6 36
42,4 14.
Asupan gizi yang cukup pada balita menyebabkan lebih tahan terhadap ISPA.
51 60
34 40
15. Daya tahan tubuh yang lemah bisa
menyebabkan balita mudah terserang ISPA 52
61,2 33
38,8 Berdasarkan tabel di atas, sikap responden tentang ISPA yaitu 47 orang
55,3 setuju bahwa Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan selama 14 hari. Respon menyatakan ISPA dapat terjadi lama dan dari pengalaman
yang didapat. Sikap ibu setuju sebanyak 52 orang 61,2 penyebab ISPA adalah mikroorganisme dan debu, mereka bersikap setuju bahwa kuman dan bakteri di tubuh
menjadi penyebab balita sakit. Mengenai sikap ibu tentang tanda-tanda penyakit ISPA yaitu sebanyak 48 orang 56,5 setuju tanda-tanda penyakit ISPA adalah
nafas tak teratur, gelisah, dan sakit kepala. Sikap setuju ibu menunujukkan respon yang didapat dari pengalaman dan informasi lainnya mengenai tanda-tanda ISPA.
Selanjutnya sikap responden tentang kondisi fisik rumah dapat dilihat bahwa 49 orang 57,6 setuju ventilasi yang baik 10 dari luas lantai, sikap ibu ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa setuju dengan adanya ventilasi yang cukup maka suasana dalam rumah memiliki pertukaran udara yang baik. Sikap responden 47 orang setuju
55,3 responden setuju pencahayaan sinar matahari harus masuk ke dalam ruangan dan menyebar rata, 54 orang 63,5 setuju luas rungan kamar 4 m
2
untuk satu orang, dan 49 orang 57,6 tidak setuju suhu kamar yang baik 18 - 30
C. Sikap ibu pada kondisi fisik rumah dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang
didapat sehingga ibu memberi respon terhadap kondisi fisik rumah. Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.4. di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap responden di Kecamatan Namorambe dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini:
Tabel 4.5. Distribusi Sikap Ibu di Kecamatan Namorambe Tahun 2013 Perilaku Ibu
Jumlah Persentase
Sikap
Baik 36
42,4 Sedang
17 20
Buruk 32
37,6
Total 85
100
Berdasarkan Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki sikap baik yaitu sebanyak 36 orang 37,6 dan yang terendah pada ibu memiliki
sikap sedang yaitu sebanyak 17 orang 20.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Distribusi Mengenai Tindakan Ibu
Perilaku ibu berdasarkan tindakan. Hasil penelitian dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Mengenai Tindakan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
No. Pertanyaan
Jumlah 1
2 3
4
1. Kemanakah anggota keluarga yang sakit ISPA dibawa?
a. Puskesmas atau Instansi Kesehatan
b. Ke dukun kampung
44 41
51,8 48,2
2. Jika anggota keluarga sakit, anjuran apa yang anda
berikan ? a.
Makan obat teratur b.
Makan obat kalau ada waktu 56
29 65,9
34,1 3.
Apa yang anda lakukan untuk menghindarkan penularan ISPA ?
a. Menutup muluthidung saat batukbersin
b. Mengisolasi diri
46 39
54,1 45,9
4. Apa yang anda lakukan untuk menghambat jumlah
kuman ISPA di dalam kamar tidur ? a.
Setiap hari membuka jendela kamar tidur b.
Kadang-kadang membuka jendela kamar tidur 37
48 43,5
56,5 5.
Apakah bahan bakar yang anda gunakan untuk memasak ?
a. Gas
b. Kayu bakar atau kompor
36 49
42,4 57,6
6. Apakah yang anda lakukan untuk menghindari
penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain ?
a. Menyediakan luas ruangan 4 m
2
untuk 1 orang. b.
Menyediakan luas ruangan 8 m
2
untuk 3 orang. 53
32 62,4
37,6 7.
Bagaimana cara menjaga agar sirkulasi udara dalam rumah tetap baik ?
a. Membuat ventilasi dengan luas ventilasi 10 dari
luas lantai. b.
Membuat ventilasi tetapi kurang dari 10 luas lantai.
48 37
56,5 43,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Lanjutan 1
2 3
4
8. Bagaimanakah cara mencegah perkembangbiakan
mikroorganisme ISPA pada lantai rumah ? a.
Diplesterubinkeramikpapan b.
Lantai terbuat dari tanah 53
42 62,4
37,6 9.
Apa yang anda lakukan untuk mengupayakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah ?
a. Membuka jendela tiap hari
b. Tidak pernah membuka jendela
36 49
42,4 57,6
10. Jika balita menderita ISPA, apakah anda sekamar
dengannya ? a.
Ya b.
Tidak 31
54 36,5
63,5 11.
Apabila ada anggota keluarga merokok, apakah merokok di luar rumah ?
a. Ya
b. Tidak
55 30
64,7 35,3
12. Apakah anda memberi ASI Eksklusif kepada bayi
anda ? a.
Ya b.
Tidak 48
37 56,5
43,5 13.
Kapan anda mulai memberikan ASI pada bayi ? a.
Segera setelah dilahirkan b.
1 hari setelah dilahirkan 51
34 60
40 14.
Apakah dalam satu bulan terakhir balita anda menderita ISPA ?
a. Ya
b. Tidak
31 54
36,5 63,5
15. Apakah anda memberi makanan yang bergizi setiap
hari kepada balita? a.
Ya b.
Tidak 57
28 67,1
32,9 Berdasarkan tabel di atas tindakan responden tentang ISPA dapat dilihat
bahwa 56 orang 65,9 memberi obat secara teratur bila menderia ISPA, tindakan ibu dilakukan agar balita cepat sembuh dan tidak memperparah penyakitnya.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan ibu untuk menghambat jumlah mikroorganisme yaitu 37 orang 43,5 yang setiap hari membuka jendela dan sebanyak 48 orang 56,5 kadang-kadang
membuka jendela, sehingga mikroorganisme dapat bertahan lama yang dapat menyebabkan ISPA.
Mengenai tindakan responden tentang kondisi fisik rumah dapat dilihat bahwa penggunaan bahan bakar yaitu sebanyak 49 orang 57,6 mengunakan kayu bakar
atau kompor, karena cukup ekonomis biaya dengan menggunakan kayu atau kompor. Ibu memiliki ventilasi 10 dari luas lantai yaitu sebanyak 48 orang 56,5, 53
orang 62,4 jenis lantai kedap air dan 36 orang 42,4 mengupayakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Tindakan ibu ini dipengaruhi oleh pengetahuan
dan informasi lainnya. Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.6. di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tindakan responden di Kecamatan Namorambe dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini :
Tabel 4.7. Distribusi Tindakan Ibu di Kecamatan Namorambe Tahun 2013 No.
Perilaku Ibu Jumlah
Persentase 1.
Tindakan
Baik 37
43,5 Sedang
29 34,1
Buruk 19
22,4
Total 85
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 37 orang 43,5 dan yang terendah pada ibu memiliki
tindakan buruk yaitu sebanyak 19 orang 22,4.
4.2.5. Distribusi Responden Mengenai Kondisi Fisik Rumah
Kondisi fisik rumah responden mengenai kepadatan penghuni, kelembaban, suhu, ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, dan jenis bahan bakar. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.8. di bawah ini:
Tabel 4.8. Distribusi Kondisi Fisik Rumah Mengenai Kepadatan Penghuni, Kelembaban, Suhu, Ventilasi, Pencahayaan, Jenis Lantai, dan Jenis
Bahan Bakar di Kecamatan Namorambe Tahun 2013 No
Variabel Jumlah
n Persentase
1 2
3 4
1. Kepadatan Penghuni
1. 8 m
2
per 2 orang 52
61,2 2.
8 m
2
per 3 orang 33
38,8
Total 85
100
2. Kelembaban
1. 40 – 70
58 68,2
2. 40 atau 70
27 31,8
Total 85
100
3. Suhu
1. 18
C – 30 C
85 100
2. 18
C atau 30 C
-
Total 85
100
4. Ventilasi
1. Ventilasi 10 dari luas lantai
49 57,6
2. Ventilasi 10 dan 10 dari luas lantai
36 42,4
Total 85
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Lanjutan 1
2 3
4
5. Pencahayaan
1. 60 lux
45 52,9
2. 60 lux
40 47,1
Total 85
100
6. Jenis Lantai Rumah
1. Dominan terbuat dari bahan yang kedap air
53 62,4
2. Dominan terbuat dari bahan yang tidak kedap air
32 37,6
Total 85
100
7. Jenis Bahan Bakar
1. Gas
36 42,4
2. Kompor dan kayu bakar
49 57,6
Total 85
100
Berdasarkan Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa kepadatan hunian rumah responden mayoritas baik atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 52 orang
61,2, kelembaban dalam rumah responden mayoritas baik atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 58 orang 68,2, suhu dalam rumah responden mayoritas
baik atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 85 orang 100, ventilasi rumah responden mayoritas baik atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 49
orang 57,6, pencahayaan rumah responden mayoritas baik atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 45 orang 52,9, lantai rumah responden mayoritas baik
atau memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 53 orang 62,4, dan jenis bahan bakar responden mayoritas tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu
sebanyak 49 orang 57,6,
Universitas Sumatera Utara
4.2.6. Distribusi Kejadian ISPA
Berdasarkan hasil pemeriksaan balita, maka dapat disimpulkan bahwa kejadian ISPA di Kecamatan Namorambe dapat dilihat pada Tabel 4.9. di bawah ini:
Tabel 4.9. Distribusi Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe Tahun2013
Kejadian Penyakit ISPA Jumlah n
Persentase
Sakit 31
36,5 Tidak Sakit
54 63,5
Total 85
100
Berdasarkan Tabel 4.9. di atas diketahui bahwa balita menderita ISPA yaitu sebanyak 31 orang 36,5 dan tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 54 orang
63,5.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu perilaku ibu dan kondisi fisik rumah dengan variabel dependen
yaitu kejadian ISPA pada balita serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat
ini adalah uji chisquare dengan derajat kepercayaan 95 α = 0,05.
4.3.1. Analisis Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel
dapat dilihat pada Tabel 4.10. di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Hubungan Perilaku Ibu Berdasarkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dengan Kejadian ISPA di Kecamatan Namorambe
Tahun 2013
Perilaku Ibu Kejadian ISPA
P Value
Sakit Tidak Sakit
Total n
n n
Pengetahuan
Baik 13
40,6 19
59,4 32
100 Sedang
6 33,3
12 66,7
18 100
0,824 Buruk
12 34,3
23 65,7
35 100
Sikap
Baik 7
19,4 29
80,6 36
100 Sedang
6 35,5
11 64,5
17 100
0,007 Buruk
18 56,3
14 43,7
29 100
Tindakan
Baik 8
21,6 29
78,4 37
100 Sedang
17 58,6
12 41,4
29 100
0,007 Buruk
6 31,6
13 68,4
19 100
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas pada variabel pengetahuan ibu dapat diketahui bahwa dari 32 responden yang memiliki pengetahuan baik mayoritas tidak sakit ISPA
pada balita atau tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 19 orang 59,4 dibandingkan dengan balita yang sakit atau menderita ISPA yaitu sebanyak 13 orang 40,6.
Sedangkan 35 responden yang memiliki pengetahuan buruk mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 23 orang 65,7 dibandingkan
dengan balita yang sakit atau menderita ISPA yaitu sebanyak 12 orang 34,3. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,824 p0,05, artinya
Universitas Sumatera Utara
tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013.
Berdasarkan variabel sikap ibu dapat diketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki sikap baik mayoritas tidak sakit pada balita atau tidak menderita ISPA yaitu
sebanyak 29 orang 80,6 dibandingkan dengan balita yang sakit atau menderita ISPA yaitu hanya 7 orang 19,4. Sedangkan 29 responden yang memiliki sikap
buruk mayoritas sakit ISPA pada balita atau menderita ISPA yaitu sebanyak 18 orang 56,3 dibandingkan dengan balita yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA yaitu
sebanyak 14 orang 43,7. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,007 p0,05, artinya ada hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Berdasarkan variabel tindakan ibu dapat diketahui bahwa dari 37 responden
yang memiliki tindakan baik mayoritas tidak sakit pada balita atau tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 29 orang 78,4 dibandingkan dengan balita yang sakit atau
menderita ISPA yaitu hanya 8 orang 21,6. Sedangkan 19 responden yang memiliki tindakan buruk sakit ISPA pada balita atau menderita ISPA yaitu sebanyak
6 orang 31,6 dan dengan balita yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 13 orang 68,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai
p = 0,007 p0,05, artinya ada hubungan tindakan ibu dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA
Berdasarkan hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan rumah yang terdiri dari kepadatan penghuni, kelembaban, ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, dan jenis
bahan bakar dengan kejadian ISPA pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.11. di bawah ini:
Tabel 4.11. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Berdasarkan Kepadatan Penghuni, Kelembaban, Ventilasi, Pencahayaan, Jenis Lantai, dan Jenis Bahan Bakar
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
Sanitasi Lingkungan Rumah
Kejadian ISPA p
Value Sakit
Tidak Sakit Total
n n
n 1
2 3
4 5
Kepadatan Penghuni
Memenuhi syarat 14
26,9 38
73,1 52
100 0,022
Tidak memenuhi syarat 17
51,5 16
48,5 33
100
Kelembaban
Memenuhi syarat 10
17,2 48
82,8 58
100 0,000
Tidak memenuhi syarat 21
77,8 6
22,2 27
100
Ventilasi
Memenuhi syarat 8
16,3 41
83,7 49
100 0,000
Tidak memenuhi syarat 23
63,9 13
36,1 36
100
Pencahayaan
Memenuhi syarat 7
15,6 38
84,4 45
100 0,000
Tidak memenuhi syarat 24
60 16
40 40
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Lanjutan 1
2 3
4 5
Jenis Lantai
Memenuhi syarat 17
32,1 36
67,9 53
100 0,279
Tidak memenuhi syarat 14
43,8 18
56,2 32
100
Jenis Bahan Bakar
Memenuhi syarat 11
30,6 25
69,4 36
100 0,332
Tidak memenuhi syarat 20
40,8 29
59,2 49
100 Berdasarkan Tabel 4.11. di atas pada variabel kepadatan penghuni dapat
diketahui bahwa dari 52 responden yang memiliki kepadatan penghuni memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 38
orang 73,1 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 14 orang 26,9. Sedangkan 33 responden yang memiliki
kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat mayoritas responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 17 orang 51,5 dibandingkan dengan
responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 16 orang 48,5.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,022 p0,05, artinya ada hubungan kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA pada balita di
Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel kelembaban dapat diketahui bahwa dari 58 responden yang memiliki
kelembaban memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 48 orang 82,8 dibandingkan dengan responden yang sakit
atau menderita ISPA pada balita yaitu hanya 10 orang 17,2. Sedangkan 27
Universitas Sumatera Utara
responden yang memiliki kelembaban tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 21 orang 77,8 dibandingkan dengan
responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA yaitu sebanyak 6 orang 22,2.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel ventilasi dapat diketahui bahwa dari 49 responden yang memiliki
ventilasi memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 41 orang 83,7 dibandingkan dengan responden yang sakit
atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 8 orang 16,3. Sedangkan 36 responden yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau
menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 23 orang 63,9 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 13
orang 36,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05,
artinya ada hubungan yang signifikan ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013.
Variabel pencahayaan dapat diketahui bahwa dari 45 responden yang memiliki pencahayaan memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita
ISPA pada balita yaitu sebanyak 38 orang 84,4 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu hanya 7 orang 15,6. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
40 responden yang memiliki pencahayaan tidak memenuhi syarat mayoritas sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 24 orang 60 dibandingkan dengan
responden yang tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 16 orang 40.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Namorambe Tahun 2013. Variabel lantai rumah dapat diketahui bahwa dari 36 responden yang memiliki
lantai rumah memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 36 orang 67,9 dibandingkan dengan responden yang sakit
atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 17 orang 32,1. Sedangkan 32 responden yang memiliki lantai rumah yang tidak memenuhi syarat mayoritas tidak
sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 18 orang 56,2 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA yaitu sebanyak 14
orang 43,8. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,279 p0,05,
artinya tidak ada hubungan lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013.
Variabel jenis bahan bakar dapat diketahui bahwa dari 36 responden yang menggunakan bahan bakar memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak
menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 25 orang 69,1 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 11 orang
Universitas Sumatera Utara
30,6. Sedangkan 49 responden yang menggunakan bahan yang tidak memenuhi syarat mayoritas tidak sakit atau tidak menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 29
orang 59,2 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita ISPA pada balita yaitu sebanyak 20 orang 40,8.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,332 p0,05, artinya tidak ada hubungan jenis bahan bakar dengan kejadian ISPA pada balita di
Kecamatan Namorambe Tahun 2013.
4.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen perilaku ibu dan kondisi fisik rumah kepadatan penghuni, kelembaban, suhu,
ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, dan jenis bahan bakar yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kejadian penyakit ISPA. Uji yang digunakan dalam
analisis multivariat ini adalah uji regresi logistic berganda yaitu untuk mencari pengaruh terhadap kejadian penyakit ISPA pada balita. Pada penelitian ini, variabel
yang akan dimasukkan ke dalam model analisis regresi logistik adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p0,25 yaitu sikap, tindakan, kepadatan
hunian, kelembaban, ventilasi, dan pencahayaan. Variabel yang mempunyai nilai p0,25 akan dikeluarkan dari model secara berurutan atau bertahap dimulai dari p
value terbesar. Hasil dari analisis multivariate dengan uji logistik regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.12. di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Pengaruh Perilaku Ibu dan Kondisi Fisik Rumah terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
Variabel
B P
value Exp B
95 CI
Sikap 0,180
0,692 1,198
0,490 - 2,928
Tindakan 1,287
0,035 3,622
1,092 - 12,008 Kepadatan Penghuni
0,195 0,823
0,823 0,135 -
5,025 Kelembaban
3,251 0,002
4,039 0,050 - 12,308
Ventilasi 1,175
0,107 0,309
0,074 - 1,288
Pencahayaan 0,930
0,076 0,395
0,031 - 5,087
Constant -5,764
0,000 0,000
Berdasarkan Tabel 4.12. di atas dapat diketahui bahwa ada 2 dua variabel yang dikeluarkan dari analisis uji regresi logistik karena mempunyai nilai p0,25
yaitu sikap dan kepadatan penghuni. Dan ada 4 empat variabel yang masuk ke dalam kandidat model yaitu variabel tindakan, kelembaban, ventilasi, dan
pencahayaan untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe dapat dilihat pada Tabel 4.13. di bawah ini:
Tabel 4.13. Pengaruh Tindakan, Kelembaban, Ventilasi, dan Pencahayaan, terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe
Tahun 2013
Variabel
B P
value Exp B
95 CI
Tindakan 1,319
0,024 3,741
1,186 - 11,801 Kelembaban
3,103 0,002
4,045 1,009 - 12,305
Ventilasi -1,118
0,115 0,327
0,081 - 1,312
Pencahayaan -1,004
0,293 0,366
0,056 - 2,377
Constant -5,614
0,000 0,000
Berdasarkan Tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa variabel ventilasi dan pencahayaan akan dikeluarkan dari model karena memiliki nilai p0,05, oleh karena
itu variabel yang masuk kedalam kandidat model selanjutnya adalah variabel tindakan dan kelembaban dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Pengaruh Tindakan dan Kelembaban terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Namorambe Tahun 2013
Variabel
B P
value Exp B
95 CI
Tindakan 1,113
0,041 3,044
0,995 - 9,310 Kelembaban
2,074 0,001
4,017 0,002 - 10,116
Constant -4,731
0,000 0,000
Berdasarkan Tabel 4.14. di atas dapat diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel tindakan dan kelembaban terhadap kejadian ISPA pada balita. Semakin besar
nilai Exp B maka semakin kuat pengaruh variabel terhadap kejadian ISPA. Dari kedua variabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan
memengaruhi kejadian ISPA pada balita adalah kelembaban dengan nilai koefisien Exp B tertinggi yaitu 4,017 Model persamaan regresi logistik yang diperoleh
adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
atau Y = -4,731 + 1,113X
1
+ 2,074X
2
Keterangan : Y = Variabel dependen kejadian ISPA
X
1
= Tindakan X
2
= Kelembaban Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika tindakan
X
1
dan kelembaban X
2
, ditingkatkan ke arah yang lebih baik, maka hal ini akan menyebabkan penurunan angka kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Namorambe
Tahun 2013. Dapat dihitung ramalan probalilitas risiko responden untuk menderita ISPA pada balita dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Universitas Sumatera Utara
y = -4,731 + 1,113 tindakan + 2,074 kelembaban = -4,731 + 1,113 1 + 2,0741
y = -1,544 Dengan nilai probalilitasnya adalah :
p = 11+e
-y
= 1 1+2,7
--1,544
= 0,18 Dengan demikian, probabilitas balita untuk menderita ISPA adalah 18. Artinya
semakin buruk tindakan dan semakin buruk kelembaban maka angka kejadian ISPA akan meningkat sebesar 18.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Pendidikan