Pengantar Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengantar

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2008 dengan tujuan untuk: 1 menganalisis pengaruh umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis pada kompetensi nelayan ikan demersal, 2 menganalisis pengaruh faktor kompetensi pada kemandirian nelayan ikan demersal, 3 menganalisis pengaruh umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota dan sifat perintis pada kemandirian nelayan, dan 4 menganalisis pengaruh umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis, dan kompetensi pada kemandirian nelayan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Sebanyak 76 orang nelayan ikan demersal yang menjadi sampel diperoleh secara simple random sampling. Data dari 76 orang nelayan tersebut digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Sebelum menyajikan hasil dan pembahasan penelitian, terlebih dahulu diuraikan gambaran umum willayah penelitian. 5.2. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 5.2.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kecamatan Wangi-Wangi Selatan terletak di bagian tenggara pulau Sulawesi dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wangi-Wangi, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda. Lebih jelasnya letak Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: + ,+ + ,+ Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 62

5.2.2. Iklim

Sebagaimana wilayah administrasi lain di Kabupaten Wakatoi, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan adalah daerah yang beriklim tropis dengan tiga musim yaitu: 1. Musim hujan antara bulan November-April 2. Musim kemarau antara bulan Juli-Oktober 3. Musim pancaroba antara Mei-Juni Curah hujan rata-rata Kabupaten Wakatobi selama 10 tahun terakhir adalah 1.740,8 mm per tahun dengan curah hujan bulanan berkisar antara 9,1 – 234,7 mm per bulan BPS. Wakatobi, 2007: 2

5.2.3. Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Wangi-Wangi Selatan tahun 2006 adalah 24.839 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 12.152 jiwa dan perempuan 12.687 jiwa. Penyebaran penduduk terutama terkonsentrasi pada desakelurahan yang dekat dengan pusat kota. Lokasi sampel penelitian termasuk desa-desa yang dekat dengan pusat kota.

5.2.3. Perikanan

Kegiatan perikanan di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan adalah perikanan tangkap pada jenis ikan demersal dan ikan pelagis. Jenis alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang, jaring angkat, pancing, bubu, dan lain-lain. Jenis perahu atau kapal yang digunakan adalah perahu tanpa motor koli-koli, motor tempel, dan kapal motor. 5.3. Hasil 5.3.1. Distribusi Nelayan Menurut Umur, Pendidikan Formal, Pengalaman, Jumlah Tanggungan, dan Sifat Perintis 5.3.1.1. Distribusi Nelayan Menurut Kelompok Umur Umur nelayan dihitung sejak lahir hingga ke ulang tahun terdekat saat penelitian ini dilakukan dan dinyatakan dalam tahun. Umur nelayan dibagi dalam tiga kategori, yakni: 1 muda, 2 sedang, dan 3 tua. Kategori umur muda berkisar antara 20 sampai 33 tahun, kategori sedang berkisar antara 34 sampai 43 tahun, dan kategori tua berkisar antara 44 sampai 63 tahun. 63 Hasil penelitian mengenai distribusi umur nelayan penangkap ikan demersal menurut kelompok umur ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Distribusi nelayan menurut kelompok umur Umur Jumlah Persentase Muda 20 - 33 tahun 39 51,32 Sedang 34 - 43 tahun 22 28,95 Tua 44 - 63 tahun 15 19,73 Total 76 100,00 Keterangan: Minimum = 20 tahun, maksimum = 63 tahun, rata-rata = 36 tahun Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 76 orang responden, lebih dari separuh berumur muda, hampir sepertiga berumur sedang, dan selebihnya berada pada kategori umur tua. Tabel 2 mengungkapkan bahwa mayoritas nelayan yang menjalankan usaha penangkapan ikan demersal yang menjadi responden berada pada kategori umur muda. 5.3.1.2. Distribusi Nelayan Menurut Pendidikan Formal Pendidikan formal yang diamati dihitung dari lamanya nelayan mengikuti pendidikan formal berdasarkan jenjangnya. Pendidikan formal responden dibagi menjadi tiga kategori, yakni: 1 rendah, 2 sedang, dan 3 tinggi. Hasil penelitian tentang distribusi nelayan menurut pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Distribusi nelayan menurut pendidikan formal Pendidikan formal Jumlah Persentase Rendah 0 - 4 tahun 12 15,79 Sedang 5 - 8 tahun 53 69,74 Tinggi 9 -12 tahun 11 14,47 Total 76 100,00 Keterangan : Minimum = 0 tahun, maksimum = 12 tahun, rata-rata = 6 tahun Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga nelayan ikan demersal yang menjadi responden penelitian berada pada kategori pendidikan sedang dengan kisaran antara 5–8 tahun. Meskipun masih terdapat nelayan dengan tingkat pendidikan 0 tahun, namun rata-rata tingkat pendidikan responden secara keseluruhannya adalah 6 tahun atau setara dengan tamat Sekolah Dasar SD. 64 5.3.1.3. Distribusi Nelayan Menurut Pengalaman Berusaha Pengalaman nelayan dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak pertama kali menjalankan usaha penangkapan hingga penelitian ini dilakukan. Pengalaman nelayan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni : 1 kurang berpengalaman, 2 cukup berpengalaman, dan 3 berpengalaman. Hasil penelitian tentang distribusi pengalaman nelayan dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Distribusi nelayan menurut pengalaman berusaha Pengalaman Jumlah Persentase Kurang 1 - 17 tahun 39 51,32 Cukup 18 - 34 tahun 29 38,16 Berpengalaman 35 - 53 tahun 8 10,52 Total 76 100,00 Keterangan :Minimum = 1 tahun, maksimum = 53 tahun, rata-rata = 20 tahun Tabel 4 menunjukkan kisaran pengalaman yang sangat variatif dari pengalaman minimum satu tahun hingga maksimum 53 tahun. Berdasarkan kisaran ini, lebih dari separuh responden memiliki pengalaman antara 1 hingga 17 tahun dan berada dalam kategori kurang berpengalaman. Namun demikian, rata-rata pengalaman responden secara keseluruhan adalah 20 tahun yang berada pada kategori cukup berpengalaman. 5.3.1.4. Distribusi Nelayan Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh keperluan hidupnya oleh responden. Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori, yakni: 1 sedikit, 2 cukup, dan 3 banyak. Kategori sedikit berkisar antara 0 hingga 2 orang, kategori sedang berkisar antara 3 hingga 4 orang, dan kategori banyak berkisar antara 5 hingga 8 orang. Hasil penelitian tentang distribusi nelayan menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: 65 Tabel 5 Distribusi nelayan menurut jumlah anggota keluarga Anggota keluarga Jumlah Persentase Sedikit 0 - 2 orang 22 28,95 Cukup 3 - 5 orang 38 50,00 Banyak 6 - 8 orang 16 21,05 Total 76 100,00 Keterangan : Minimum = 0 orang, maksimum = 8 orang, rata-rata = 4 orang Tabel 5 menunjukkan bahwa responden memiliki anggota keluarga yang berkisar antara 0 orang tidak memiliki tanggungan hingga 8 orang. Kisaran ini menunjukkan bahwa setengah responden memiliki jumlah anggota antara 3 sampai 5 orang yang masuk dalam kategori cukup, hampir sepertiganya memiliki anggota keluarga hingga 2 orang dan masuk dalam kategori sedikit, dan hampir seperempat lainnya masuk dalam kategori banyak dengan jumlah anggota 6 hingga 8 orang. Rata-rata anggota keluarga untuk keseluruhan responden penelitian adalah 4 orang. Tabel 5 mengungkapkan bahwa mayoritas nelayan yang menjadi responden memiliki anggota keluarga yang cukup. 5.3.1.5. Distribusi Nelayan Menurut Sifat Perintis Kemampuan nelayan dalam merintis berbagai hal baru diukur dari intensitas nelayan untuk mencari hal baru tersebut dalam setiap bulannya. Hal baru yang dimaksud adalah segala aspek yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal seperti lokasi atau daerah penangkapan baru, cara berproduksi, menyangkut penggunaan alat tangkap baru, dan manajemen usaha terutama pada aspek penataan keuangan usaha dan jaringan pemasaran. Sifat perintis nelayan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni: 1 tidak merintis, 2 kurang, dan 4 banyak. Kategori tidak merintis 0 kali diberikan kepada nelayan yang sama sekali tidak merintis hal baru, kategori kurang berkisar antara 1-2 kali, dan kategori banyak berkisar antara 3-4 kali sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6 Distribusi nelayan menurut sifat perintis Sifat merintis Jumlah Persentase Tidak merintis 0 kali 3 3,95 Kurang 1-2 kali 60 78,95 Banyak 3-4 kali 13 17,10 Total 76 100,00 Keterangan :Minimum = 0 kali, maksimum = 4 kali, rata-rata = 2 kali 66 Tabel 6 menunjukkan kisaran sifat perintis nelayan dari kategori tidak merintis 0 kali hingga kategori banyak 3-4 kali dengan rata-rata 2 kali merintis setiap bulannya. Kisaran ini menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga responden berada pada kategori kurang dalam hal merintis usaha.

5.3.2. Kompetensi Nelayan

Kompetensi nelayan yang diukur adalah kemampuan pada bidang kognitif dan kecakapan pribadi dalam menyikapi dan menjalankan usaha penangkapan ikan demersal menyangkut: 1 aspek perencanaan, 2 aspek permodalan, 3 penentuan daerah penangkapan, 4 penentuan waktu menangkap, 5 aspek teknologi penangkapan, 6 aspek pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah, 7 pengendalian usaha, dan 8 aspek pemasaran. Hasil penelitian tentang kompetensi nelayan pada berbagai aspek usaha penangkapan ikan demersal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 7 Tingkat kompetensi nelayan pada 8 aspek usaha Jumlah responden menurut tingkat kompetensi KK CK K Kompetensi yang diukur 1 2 3 Total Aspek Perencanaan -. . . 00.00 1 Aspek permodalan 2. 1. . 00.00 1 Penentuan daerah penangkapan . .0 . 00.00 1 Penentuan waktu menangkap .2 .1 . 2 00.00 1 Aspek teknologi penangkapan 2. 1 -. . 1 1 00.00 1 Aspek pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah .- - 1. 2. 1 00.00 1 Pengendalian usaha -.2 -. . 00.00 1 Aspek pemasaran . -. . 00.00 1 Rata-rata 22,86 55,76 21,38 100,00 Keterangan: KK = Kurang Kompeten Skor 0 – 10 CK = Cukup Kompeten Skor 11 – 21 K = Kompeten Skor 22 – 32 67 Tabel 7 menunjukkan kompetensi nelayan pada delapan aspek usaha penangkapan ikan demersal. 5.3.2.1. Aspek Perencanaan Usaha Aspek perencanaan yang dimaksud adalah kemampuan pada bidang kognitif dan kecakapan pribadi dalam menyikapi dan menjalankan usaha penangkapan ikan demersal untuk: a memilih dan menetapkan jenis ikan demersal yang bernilai ekonomi tinggi untuk ditangkap, b memilih untuk tidak menjual hasil produksinya kepada tengkulak, c memilih pasar yang memiliki kemudahan akses transportasi, d melakukan kalkulasi keuangan dan menabung sebagian pendapatannya. Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden berada dalam kategori cukup kompeten dalam perencanaan usaha penangkapan ikan demersal. Semua unsur kompetensi perencanaan yang diukur, hanya terdapat 18,42 responden yang masuk dalam kategori kurang kompeten dan 26,32 lainnya sudah berada dalam kategori kompeten. 5.3.2.2. Aspek Permodalan Aspek permodalan yang dimaksud adalah kemampuan pada bidang kognitif dan kecakapan nelayan dalam menyikapi aspek permodalan pada: a peruntukkan modal usaha secara tepat, b menentukan sumber modal yang baik, c cara memperoleh modal usaha, dan d proses memperoleh pinjaman modal dari bank. Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir dua per tiga responden berada pada kategori kurang kompeten dalam memahami aspek permodalan, kurang dari sepertiga lainnya sudah berada dalam kategori cukup kompeten, dan hanya 13,16 dari total responden yang berada dalam kategori kompeten. 5.3.2.3. Penentuan Daerah Penangkapan Penentuan daerah penangkapan yang dimaksud adalah kemampuan nelayan dalam hal: a mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem karang, b mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem lamun, c penggunaan triangulasi visual pada ekosistem laut dalam, dan d mengidentifikasi alur pergerakan ikan melalui pasang surutnya air. 68 Tabel 7 menunjukkan bahwa sebaran kompetensi nelayan dalam penentuan daerah penangkapan berada pada kategori cukup kompeten dan kompeten, dan hanya satu responden yang masuk dalam kategori kurang kompeten. Sebaran tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden berada pada kategori kompeten dalam penentuan daerah penangkapan. 5.3.2. 4. Penentuan Waktu Menangkap Penentuan waktu menangkap diukur dari kemampuan nelayan dalam: a menentukan waktu penangkapan berdasarkan musim bulan, b menentukan waktu penangkapan berdasarkan temperatur air laut, c menentukan waktu penangkapan pada siang hari, dan d menentukan waktu penangkapan pada malam hari. Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berada pada kategori kompeten, hampir setengah lainnya berada pada kategori kompeten, dan hanya tiga responden yang berada pada kategori kurang kompeten. Tabel 7 mengungkapkan bahwa sebagian besar responden sudah kompeten dalam hal penentuan waktu menangkap ikan demersal. 5.3.2.5. Aspek Teknologi Penangkapan Aspek teknologi penangkapan yang dimaksud adalah kemampuan nelayan untuk menentukan teknologi penangkapan ikan demersal dalam hal: a alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem karang, b alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem lamun, c alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem laut dalam, d alat tangkap yang efektif dan efisien untuk menangkap ikan dalam jumlah besar. Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 76 responden, lebih dua per tiga berada dalam kategori cukup kompeten, kurang dari sepertiga lainnya berada dalam kategori kompeten, dan sisanya berada dalam kategori kurang kompeten dalam hal teknologi penangkapan. Tabel 7 mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga nelayan ikan demersal yang menjadi responden sudah cukup kompeten dalam memahami aspek teknologi penangkapan. 69 5.3.2.6. Aspek Pengambilan Keputusan untuk Memecahkan Masalah Aspek pengambilan keputusan yang dimaksud adalah kemampuan nelayan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam hal a mengidentifikasi masalah dan mengetahui faktor penghambat dan pendukung pemecahannya, b mengumpulkan informasi untuk mendukung keputusannya, c percaya diri, yakin dan optimis terhadap keputusan yang diambilnya, dan d sikap konsisten dalam menjalankan keputusannya. Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 76 responden, lebih dua per tiga berada dalam kategori cukup kompeten, kurang sepertiga lainnya berada dalam kategori kurang kompeten, dan sisanya berada pada kategori kompeten dalam hal pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah. Tabel ini mengungkapkan bahwa sebagian besar nelayan ikan demersal yang menjadi responden berada pada kategori cukup kompeten dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah. 5.3.2.7. Aspek Pengendalian Usaha Pengendalian usaha yang dimaksud adalah kemampuan nelayan dalam memahami situasi yang tidak menguntungkan usahanya kemudian mengambil langkah-langkah penyesuaian dalam hal: a intensitas kegiatan penangkapan dengan hambatan-hambatan alam seperti ombak keras, b penggunaan jenis alat tangkap yang sesuai untuk cuaca yang tidak bersahabat, c pengendalian harga jual, dan d menyisihkan hasil penjualan untuk modal usaha berikutnya. Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 76 responden, lebih dua per tiga berada dalam kategori cukup kompeten, kurang sepertiga lainnya berada dalam kategori kurang kompeten, dan sisanya sudah berada dalam kategori kompeten dalam hal pengendalian usaha. Tabel 7 mengungkapkan bahwa sebagian besar nelayan ikan demersal yang menjadi responden sudah cukup kompeten dalam memahami pengendalian usaha. 5.3.2.8. Aspek pemasaran Aspek pemasaran yang dimaksud adalah kemampuan nelayan dalam memahami aspek pemasaran yang menguntungkan bagi hasil produksinya, yakni dalam hal: a menjual langsung hasil produksi ke konsumen, b menentukan bentuk produk yang menguntungkan hidup, segar atau olahan, c menentukan harga jual berdasarkan kualitas produk, d menentukan waktu yang tepat untuk menjual hasil produksi. 70 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 76 responden, lebih dari dua pertiga berada dalam kategori cukup kompeten, hampir sepertiga lainnya berada dalam kategori kurang kompeten, dan sisanya berada dalam kategori kompeten dalam memahami aspek pemasaran hasil. Tabel 7 mengungkapkan bahwa mayoritas nelayan yang menjadi responden penelitian sudah cukup kompeten dalam memahami aspek pemasaran

5.3.3. Kemandirian Nelayan

Pengukuran kemandirian nelayan dilakukan dalam tiga kategori, yakni 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, dan 3 mandiri tidak perlu bantuan. Kemandirian ini diukur dari empat komponen, yakni: kemandirian intelektual, kemandirian emosional, kemandirian ekonomi, dan kemandirian sosial. Hasil penelitian tentang distribusi nelayan menurut tingkat kemandirian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Distribusi nelayan menurut tingkat kemandirian Tingkat Kemandirian Jumlah Persentase Kurang skor 181-197 18 23,68 Sedang skor 198-214 36 47,37 Tinggi skor 215-233 22 28,95 Total 76 100,00 Keterangan : Skor minimum = 181, skor maksimum = 233 Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga nelayan yang menjadi responden berada dalam tingkat kemandirian dengan kategori sedang, kurang dari sepertiga lainnya berada dalam kategori tinggi, dan sisanya berada dalam kategori kurang. Tabel 8 mengungkapkan bahwa secara umum, tingkat kemandirian nelayan yang menjadi responden berada dalam kategori sedang. 71

5.3.4. Hipotesis

5.3.4.1. Hipotesis 1 Hipotesis 1 menyatakan bahwa faktor umur X 1 , pendidikan formal X 2 , pengalaman X 3 , jumlah anggota keluarga X 4 dan sifat perintis nelayan X 5 berpengaruh pada kompetensi nelayan Y 1 ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Hipotesis ini diuji melalui regresi berganda dengan metode enter, stepwise, remove, backward, dan forward sehingga nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah bebas dapat diketahui sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kompetensi nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 18,304 14,579 0,000 Umur X 1 -0,105 -0,656 0,514 3,292 Pendidikan formal X 2 0,345 3,876 0,000 1,013 Pengalaman X 3 0,506 3,377 0,001 2,868 Jumlah anggota keluarga X 4 0,154 1,524 0,132 1,299 Sifat perintis X 5 0,313 3,499 0,001 1,026 F 11,586 0,000 R 0,673 Adjusted R 2 0,414 Keterangan: Peubah tak bebas: Kompetensi Y 1 Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y 1 pada α 0,01 Tabel 9 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kompetensi nelayan yang ditunjukkan oleh signifikansi nilai F = 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis 1 diterima. Tabel 9 juga menunjukkan nilai VIF Variance inflation factor yang cenderung besar sehingga perlu dianalisis dengan metode stepwise, backward, dan forward. Santosa 2005: 240 menulis bahwa nilai VIF yang lebih besar dari satu VIF 1 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan Garson 2008: 9 menulis bahwa jika VIF lebih besar dari empat VIF4 berarti terdapat gejala multikolinearitas, dan Wulder 2007:1 menyatakan bahwa kisaran nilai VIF adalah satu sampai tak terhingga, di mana semakin besar nilai VIF maka semakin 72 terindikasi adanya gejala multikolinearitas. Berdasarkan hal ini, maka model regresi yang paling baik diperoleh dari persamaan dengan nilai VIF yang paling kecil dan mendekati satu atau sama dengan satu. Hasil analisis diketahui bahwa nilai VIF yang paling kecil dan mendekati angka satu untuk beberapa peubah prediktor signifikan ditunjukkan oleh Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Nilai koefisien regresi dan signifikansi peubah berpengaruh pada kompetensi nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 18,394 21,922 0,000 Pendidikan formal X 2 0,331 3,734 0,000 1,002 Pengalaman X 3 0,462 5,182 0,000 1,012 Sifat perintis X 5 0,308 3,457 0,001 1,014 F 18,451 0,000 R 0,659 Adjusted R 2 0,411 Keterangan: Peubah tak bebas: Kompetensi Y 1 Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y 1 pada α 0,01 Tabel 10 menunjukkan nilai konstanta sebesar 18,394 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,331 untuk pendidikan formal X 2 , 0,462 untuk pengalaman X 3 dan 0,308 untuk sifat perintis X 5 , sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y 1 = 18,394 + 0,331 X 2 + 0,462 X 3 + 0,308X 5 5.3.4.2. Hipotesis 2 Hipotesis 2 menyatakan bahwa kompetensi nelayan Y 1 yang terdiri dari kompetensi perencanaan usaha Y 1.1 , permodalan Y 1.2 , penentuan daerah penangkapan Y1. 3 , penentuan waktu menangkap Y 1.4 , teknologi penangkapan Y 1.5 , pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah Y 1.6 , pengendalian usaha Y 1.7 , dan pemasaran hasil Y 1.8 berpengaruh pada kemandirian Y 2 nelayan ikan demersal. Hasil pengujian hipotesis melalui regresi berganda dengan metode enter, stepwise, backward, dan forward diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 11 berikut ini. 73 Tabel 11 Nilai koefisien regresi dan signifikansi kompetensi pada kemandirian nelayan Faktor Kompetensi Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 137,787 13,817 0,000 Perencanaan Usaha Y 1.1 0,100 1,023 0,310 1,584 Permodalan Y 1.2 0,400 3,972 0,000 1,673 Penentuan Daerah Penangkapan Y 1.3 0,369 4,035 0,000 1,377 Penentuan Waktu Menangkap Y 1.4 0,038 0,441 0,661 1,251 Teknologi Penangkapan Y 1.5 -0,034 -0,384 0,702 1,260 Pengambilan Keputusan Y 1.6 0,156 1,894 0,063 1,124 Pengendalian Usaha Y 1.7 0,068 0,774 0,442 1,259 Pemasaran Hasil Y 1.8 0,034 0,383 0,703 1,336 F 12,262 0,000 R 0,771 Adjusted R 2 0,546 Keterangan: Peubah tak bebas : Kemandirian Y 2 Peubah tak bebas 1 Y 1 signifikan pada peubah tak bebas 2 Y 2 pada α 0,01 Tabel 11 menunjukkan bahwa faktor kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan dengan nilai signifikansi F = 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis 2 diterima. Model regresi yang paling baik diperoleh dari uji regresi metode stepwise, backward, dan forward. Metode ini menunjukkan model regresi yang memiliki nilai VIF yang lebih kecil di mana peubah-peubah bebasnya menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hasil uji diperoleh nilai konstanta dan nilai koefisien regresi dari masing-masing peubah berpengaruh sebagaimana Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Nilai koefisien regresi dan signifikansi peubah kompetensi yang berpengaruh pada kemandirian nelayan Faktor Kompetensi Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 153,896 23,777 0,000 Permodalan Y 1.2 0,461 5,316 0,000 1,014 Penentuan daerah penangkapan Y 1.3 0,418 4,821 0,000 1,014 F 44,760 0,000 R 0,742 Adjusted R 2 0,539 Keterangan: Peubah tak bebas 2: Kemandirian Y 2 Peubah tak bebas 1 Y 1 signifikan pada peubah tak bebas 2 Y 2 pada α 0,01 74 Tabel 12 menunjukkan nilai konstanta sebesar 153,896 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,461 untuk permodalan Y 1.2 dan 0,418 untuk penentuan daerah penangkapan, sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y 2 = 153,896 + 0,461Y 1.2 + 0,418 Y 1.3 5.3.4.3. Hipotesis 3 Hipotesis 3 menyatakan bahwa faktor umur X 1 , pendidikan formal X 2 , pengalaman X 3 , jumlah anggota keluarga X 4 dan sifat perintis nelayan X 5 berpengaruh pada kemandirian nelayan Y 2 ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan regresi berganda, dapat diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 13 berikut. Tabel 13 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kemandirian nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 186,515 31,385 0,000 Umur X 1 -0,091 -0,549 0,585 3,292 Pendidikan formal X 2 0,121 1,321 0,191 1,013 Pengalaman X 3 0,506 3,279 0,002 2,868 Jumlah anggota keluarga X 4 0,029 0,278 0,782 1,299 Sifat perintis X 5 0,415 4,495 0,000 1,026 F 10,116 0,000 R 0,648 Adjusted R 2 0,378 Keterangan: Peubah tak bebas : Kemandirian Y 2 Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y 2 pada α 0,01 Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kemandirian nelayan yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi F = 0,000. Nilai VIF pada Tabel 13 relatif besar dan terdapat kecenderungan gangguan multikolinearitas sehingga perlu dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward. Hasil analisis menunjukkan adanya nilai VIF yang lebih kecil dan memberi makna tidak 75 terdapat gejala multikolinearitas atau gejala korelasi yang signifikan diantara peubah-peubah bebas. Hasil uji dengan metode tersebut juga menunjukkan adanya perubahan nilai konstanta dan nilai koefisien regresi dari masing-masing peubah berpengaruh sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 14 berikut. Tabel 14 Nilai koefisien regresi dan signifikansi pengalaman dan sifat perintis sebagai peubah berpengaruh pada kemandirian nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 187,946 63,643 0,000 Pengalaman X 3 0,439 4,826 0,000 1,002 Sifat perintis X 5 0,413 4,541 0,000 1,002 F 24,619 0,000 R 0,635 Adjusted R 2 0,386 Keterangan: Peubah tak bebas: Kemandiriani Y 2 Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y 2 pada α 0,01 Tabel 14 menunjukkan nilai konstanta sebesar 187,946 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,439 untuk pengalaman X 3 dan 0,413 untuk sifat perintis X 5 , sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut. Y 2 = 187,946 + 0,439X 3 + 0,413 X 5 5.3.4.4. Hipotesis 4 Hipotesis 4 menyatakan bahwa faktor umur X 1 , pendidikan formal X 2 , pengalaman X 3 , jumlah anggota keluarga X 4 , sifat perintis X 5 , dan kompetensi X 6 berpengaruh pada kemandirian nelayan Y ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode enter pada regresi berganda, dapat diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 15 berikut 76 Tabel 15 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, sifat perintis, dan kompetensi pada kemandirian nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 142,591 13,738 0,000 Umur X 1 -0,036 -0,250 0,804 3,326 Pendidikan formal X 2 -0,059 -0,676 0,502 1,230 Pengalaman X 3 0,242 1,670 0,100 3,351 Jumlah anggota keluarga X 4 -0,051 -0,557 0,579 1,344 Sifat perintis X 5 0,251 2,891 0,005 1,206 Kompetensi X 6 0,522 4,885 0,000 1,830 F 15,172 0,000 R 0,754 Adjusted R 2 0,531 Keterangan: Peubah tak bebas: Kemandirian Y Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y pada α 0,01 Tabel 15 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan, di mana nilai signifikansi F = 0,000. Tabel 15 juga menunjukkan adanya dua peubah prediktor yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yakni sifat perintis dan kompetensi nelayan. Namun nilai VIF dari dua peubah pada tabel tersebut menunjukkan angka yang relatif besar, sehingga pengujian model dilakukan dengan metode stepwise,backward, dan forward. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat tiga peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan dengan nilai VIF yang relatif lebih kecil sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 16 berikut. Tabel 16 Nilai koefisien regresi dan signifikansi pengalaman, sifat perintis dan kompetensi sebagai peubah berpengaruh pada kemandirian nelayan Peubah bebas Koefisien regresi t Sig. VIF Konstanta 142,138 15,319 0,000 Pengalaman X 3 0,216 2,410 0,019 1,324 Sifat perintis X 5 0,270 3,243 0,002 1,140 Kompetensi X 6 0,487 5,134 0,000 1,484 F 30,923 0,000 R 0,750 Adjusted R 2 0,545 Keterangan: Peubah tak bebas: Kemandiriani Y Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y pada α 0,01 Peubah bebas X signifikan pada peubah tak bebas Y pada α 0,05 77 Tabel 16 menunjukkan nilai konstanta sebesar 142,138 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,216 untuk pengalaman X 3 , 0,270 untuk sifat perintis X 5 , dan 0,487 untuk kompetensi X 6 , sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut. Y = 142,138 +0,216X 3 + 0,270 X 5 + 0,487 X 6

5.4. Pembahasan

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan program SPSS versi 11,5 for Windows. Metode pemilihan variabel anggota regresi yang dilakukan selain metode enter yang merupakan metode standar, juga digunakan metode lain meliputi stepwise, remove, backward, dan forward atau dengan meregresikan kembali peubah-peubah yang berpengaruh secara nyata untuk selanjutnya dimasukan ke dalam model persamaan regresi. Hasil hasil analisis untuk hipotesis 1 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 9 diperoleh nilai F sebesar 11,586 dengan nilai signifikasi = 0,000 dan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adjusted R 2 sebesar 0,414. Nilai signifikansi F = 0,000 maka hipotesis 1 diterima, artinya terdapat hubungan linier atau pengaruh yang signifikan dari umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kompetensi nelayan. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai adjusted R 2 sebesar 0,414 41,40 dan selebihnya disebabkan oleh pengaruh peubah lain yang tidak diamati . Tabel 9 juga menunjukkan adanya tiga peubah yang berpengaruh pada kompetensi nelayan, yakni pendidikan formal X 2 , pengalaman X 3 dan sifat perintis X 5 . Setelah diregresikan kembali melalui metode stepwise, backward, dan forward, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 10, maka diperoleh nilai sebesar 18,394 untuk konstanta, 0,331 untuk pendidikan formal, 0,462 untuk pengalaman, dan 0,308 untuk sifat perintis. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adjusted R 2 dari peubah-peubah tersebut adalah 0,411. Nilai konstanta sebesar 18,394 memberi makna bahwa tanpa adanya pengaruh peubah pendidikan formal, pengalaman dan sifat perintis, maka kompetensi nelayan dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal adalah sebesar 18,394. Angka ini berada pada interval skor antara 11-21 atau berada pada kategori cukup kompeten. Adanya faktor pendidikan formal dan pengalaman, maka sebanyak 21,38 responden berada pada kategori kompeten dengan skor 78 22-32 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 7. Nilai adjusted R 2 sebesar 0,411 memberi makna bahwa kompetensi nelayan yang dibentuk oleh peubah pendidikan formal, pengalaman dan sifat perintis adalah sebesar 41,10. Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,331 untuk pendidikan formal X 2 , 0,462 untuk pengalaman berusaha X 3 , dan 0,308 untuk sifat perintis memberi makna akan pentingnya peubah-peubah tersebut dalam meningkatkan kompetensi nelayan. Semakin besar nilai koefisien regresi ini, menunjukkan semakin pentingnya peubah tersebut dalam membentuk kompetensi nelayan. Pengalaman memberi pengaruh yang paling besar pada kompetensi, kemudian pendidikan formal dan sifat perintis. Hasil analisis untuk hipotesis 2 menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai signifikansi F=0,000 pada Tabel 11. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adjusted R 2 sebesar 0,546 yang berarti bahwa sebesar 54,60 kemandirian nelayan dipengaruhi oleh kompetensi nelayan itu sendiri, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kompetensi. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa dari delapan unsur kompetensi yang dianalisis, terdapat dua unsur yang berpengaruh pada kemandirian nelayan, yakni permodalan Y 1.2 dan penentuan daerah penangkapan Y 1.3 . Nilai VIF pada Tabel 11 masih relatif besar sehingga perlu dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 12. Nilai konstanta sebesar 153,896 pada Tabel 12 memberi makna bahwa tanpa kompetensi pada bidang permodalan dan penentuan daerah penangkapan maka kemandirian nelayan ikan demersal adalah sebesar 153,896. Angka ini berada di bawah skor minimum kemandirian atau berada di bawah skor kategori kurang mandiri. Adanya sub peubah kompetensi pada aspek permodalan dan penentuan daerah penangkapan yang mempengaruhi kemandirian nelayan sebesar 53,90 adjusted R 2 = 0,539 maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68, kategori sedang 47,37, dan kategori tinggi sebanyak 28,95 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8. Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,461 untuk permodalan Y 1.2 dan 0,418 untuk penentuan daerah penangkapan Y 1.3 memberi makna akan pentingnya kedua peubah ini dalam membentuk kemandirian nelayan. Meskipun hampir dua pertiga responden penelitian berada pada kategori kurang kompeten pada aspek permodalan sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 7, namun peubah ini 79 menjadi prediktor penting yang berpengaruh pada kemandirian nelayan. Artinya, nelayan yang memiliki kompetensi pada aspek permodalan berbanding lurus dengan kemandirian mereka dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal. Sedangkan pada aspek penentuan daerah penangkapan menjadi prediktor penting yang berpengaruh pada kemandirian berbanding lurus dengan tingkat kompetensi nelayan pada aspek ini sebagaimana ditunjukan oleh Tabel 7. Pada Tabel 7, lebih dari setengah responden berada pada kategori kompeten dan hampir setengahnya lagi berada pada kategori cukup kompeten. Hasil analisis untuk hipotesis 3 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F dan nilai adjusted R 2 pada Tabel 13. Nilai adjusted R 2 =0,378 berarti bahwa sebesar 37,80 kemandirian nelayan dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis nelayan, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 13 juga menunjukkan adanya dua peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yaitu faktor pengalaman dan sifat perintis nelayan. Setelah dilakukan regresi ulang pada kedua peubah tersebut, maka diperoleh nilai konstanta sebesar sebesar 187,946 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,439 untuk pengalaman X 3 dan 0,413 untuk sifat perintis X 5 . Nilai konstanta sebesar 187,946 memberi makna bahwa tanpa peubah pengalaman dan sifat perintis, maka kemandirian nelayan adalah sebesar 187,946. Angka ini berada di atas skor minimum kemandirian atau berada pada kategori kurang mandiri sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8. Adanya faktor pengalaman X 3 dan sifat perintis X 5 yang memberi pengaruh sebesar 38,60 adjusted R 2 =0,386 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 14, maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68, kategori sedang 47,37, dan kategori tinggi sebanyak 28, 95 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8. Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,439 untuk pengalaman X 3 dan 0,413 untuk sifat perintis X 5 memberi makna akan pentingnya kedua peubah ini dalam membentuk kemandirian nelayan. Nelayan yang berpengalaman dan selalu merintis daerah-daerah penangkapan baru berbanding lurus dengan tingkat kemandirian. Kedua peubah tersebut merupakan prediktor penting untuk dipertimbangkan dalam kebijakan pemberdayaan nelayan ikan demersal, khususnya bagi nelayan ikan demersal di wilayah penelitian. 80 Hasil analisis untuk hipotesis 4 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F dan nilai adjusted R 2 pada Tabel 15. Nilai adjusted R 2 =0,531 berarti bahwa sebesar 53,10 kemandirian nelayan dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis, dan kompetensi nelayan, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 15 juga menunjukkan adanya dua peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yaitu faktor sifat perintis dan kompetensi nelayan. Setelah dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward, maka ternyata terdapat tiga peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan, yaitu pengalaman, sifat perintis, dan kompetensi nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 16. Nilai konstanta pada Tabel 16 adalah 142,138, dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,216 untuk pengalaman X 3 , 0,270 untuk sifat perintis X 5 , dan 0,487 untuk kompetensi X 6 . Nilai konstanta sebesar 142,138 memberi makna bahwa tanpa peubah pengalaman, sifat perintis, dan kompetensi maka kemandirian nelayan adalah sebesar 142,138 dan berada di bawah skor minimum kemandirian. Adanya faktor pengalaman X 3 , sifat perintis X 5 dan kompetensi X 6 yang memberi pengaruh sebesar 54,50 adjusted R 2 = 0,545, maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68, kategori sedang 47,37, dan kategori tinggi sebanyak 28, 95 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8. Koefisien regresi masing-masing peubah berpengaruh sebesar 0,216 untuk pengalaman X 3 , 0,270 untuk sifat perintis X 5 , dan 0,487 untuk kompetensi memberi makna akan pentingnya ketiga peubah tersebut dalam membentuk kemandirian nelayan. Berdasarkan koefisien regresi dari ketiga peubah tersebut, maka kompetensi merupakan peubah yang paling besar memberi kontribusi pada kemandirian nelayan, kemudian pengalaman dan sifat perintis. Peubah-peubah ini merupakan prediktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kemandirian nelayan ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada kompetensi nelayan ikan demersal adalah pendidikan formal, pengalaman dan sifat perintis nelayan 2. Peubah prediktor kompetensi yang sangat berpengaruh pada kemandirian nelayan adalah aspek permodalan dan penentuan daerah penangkapan 3. Peubah prediktor yang sangat berpengaruh pada kemandirian nelayan ikan demersal adalah pengalaman dan sifat perintis nelayan 4. Secara keseluruhan, peubah prediktor yang berpengaruh pada kemandirian adalah pengalaman, sifat perintis, dan kompetensi. Dengan demikian, maka kemandirian nelayan ikan demersal merupakan fungsi dari peubah kompetensi, pengalaman, dan sifat perintis

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan kompetensi nelayan dengan memperhatikan aspek: 1 pendidikan nelayan, 2 pengalaman, dan 3 sifat perintis nelayan. 2. Penyuluh dalam memberikan bimbingan kepada nelayan, hendaknya memperhatikan materi yang berkaitan dengan aspek: 1 permodalan, dan 2 penentuan daerah penangkapan. 3. Perlu penelitian lebih lanjut pada beberapa peubah lain yang diduga berpengaruh pada kemandirian nelayan seperti pendidikan non formal, akses informasi, dan kelembagaan nelayan.