42
Nelayan yang mandiri secara emosional adalah nelayan yang mampu mengendalikan ketegangan emosinya dan dapat menyesuaikan diri pada masalah-
masalah yang dihadapinya tanpa harus bergantung pada otoritas keluarga, otoritas pemodal, maupun pada ritual kepercayaan. Lebih spesisik kemandirian emosional
ini dapat dielaborasi dari kemampuan nelayan dalam melepas ketergantungan dari otoritas keluarga, melepas ketergantungan dari ikatan Patron-klien, menyikapi ritual
kepercayaan lokal, mengatasi sikap fatalistik dan mengembangkan kerjasama dalam pemanfaatan laut.
Nelayan yang mandiri secara ekonomi adalah nelayan yang mampu menopang kesejahteraannya dengan menyimpan surplus sumberdaya yang
dihasilakannnya dan menata ekonomi kehidupannya agar tidak rentan terhadap goncangan. Kemandirian ekonomi ini dielaborasi dari nilai aset yang dimiliki, biaya
operasional, diversifikasi usaha, pendapatan dan jumlah taungan. Nelayan yang mandiri secara sosial adalah nelayan yang mampu
menyesuaikan diri dan tidak konformis terhadap setiap gagasan dalam masyarakat atau kelompoknya, tetapi harus selektif dan dapat menjaga independensi, dapat
membina hubungan dengan sesama kelompok nelayan, kelompok bukan nelayan, dan kelompok pemimpin serta dapat mengembangkan strategi adaptasi untuk
mendukung cita-citanya.
2.5. Pengaruh Umur, Pendidikan Formal, Pengalaman, Jumlah Anggota Keluarga dan Sifat Perintis pada Kemandirian Nelayan
2.5.1. Pengaruh Umur pada Kemandirian Nelayan
Bakir dan Manning 1984 mengemukakan bahwa umur produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 tahun. Namun
umur kronologis di mana seseorang memulai karir sebagai wirausaha itu bervariasi, sebagaimana dikemukakan oleh Ronstandt dalam Riyanti, 2003 bahwa
kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara umur 25 sampai 30 tahun. Sedangkan Staw 1991 sendiri mengungkapkan bahwa umumnya pria memulai
usaha sendiri ketika berumur 30 tahun dan wanita pada umur 35 tahun. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan umur antara lain ditunjukkan
oleh Syauta 1997 dan Riyanti 2003. Syauta meneliti umur sebagai salah satu variabel yang berhubungan dengan aplikasi motorisasi pada penangkapan ikan,
sedangkan Riyanti memfokuskan penelitiannya pada aspek kewirausahaan dalam sudut pandang psikologi kepribadian.
43
Berdasarkan hasil penelitiannya, Syauta 1997: 52 menyimpulkan bahwa umur berhubungan nyata dengan kemampuan nelayan mengaplikasikan usaha
penangkapan melalui motorisasi. Selain itu, umur juga berhubungan nyata dengan pengalaman berusaha, besarnya keluarga, interaksi dengan sumber informasi,
keikutsertaan dalam kursus dan dukungan pembinaan nelayan. Riyanti 2003: 176 menyimpulkan bahwa variabel umur memiliki pengaruh
yang bermakna pada keberhasilan usaha. Umur merupakan variabel yang terbukti memiliki konsistensi dalam mempengaruhi keberhasilan usaha. Umur yang
berpengaruh terhadap keberhasilan usaha tidak hanya terkait dengan umur kronologis semata, melainkan juga dengan umur atau lama mengelola usaha.
Bertambahnya umur seseorang dalam menjalankan suatu usaha semakin berhasil pula dalam mengelola usaha.
2.5.2. Pengaruh Pendidikan Formal pada Kemandirian Nelayan
Pendidikan formal memainkan peranan penting pada saat wirausahawan mencoba mengatasi masalah-masalah dan mengoreksi penyimpangan dalam
suatu praktek usaha. Meskipun pendidikan formal bukan syarat untuk memulai usaha baru, namun pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal akan
memberi dasar yang baik, apalagi pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola Riyanti, 2003: 41.
Variabel pendidikan boleh jadi bukan merupakan variabel penentu keberhasilan usaha, karena kemungkinan disebabkan tidak adanya keterkaitan
antara ilmu yang diperoleh di bangku sekolah dengan pengetahuan yang diperlukan dalam mengelola usaha, atau karena ilmu yang diperoleh hanya sebatas
teori tanpa praktek dalam dunia kerja Riyanti, 2003: 177. Namun demikian, pendidikan formal merupakan salah satu aspek penting yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang dalam berwirausaha. Suryana 2006: 5-6 menulis tentang beberapa kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha antara lain adalah kemampuan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, kemampuan memimpin dan
mengelola, serta kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Kemampuan- kemampuan seperti ini cenderung dimiliki oleh orang yang berpendidikan, sehingga
cenderung lebih mandiri terutama pada aspek manajemen usaha atau yang berhubungan dengan kelembagaan usaha.
44
Keterkaitan antara pendidikan formal dengan kemandirian mengelola usaha perikanan tangkap, dapat dipahami lebih jauh dari tulisan Pollnac 1988:
264 bahwa karakteristik tingkat pendidikan resmi yang secara relatif rendah pada banyak masyarakat penangkap ikan di negara sedang berkembang mempunyai
pengaruh negatif, khususnya dalam hal pengelolaan koperasi. Oleh karena banyak nelayan yang buta huruf, terasa sulit melatih mereka maupun mendapatkan
pengelola dan akuntan yang bermutu di antara mereka. Pollnac mengambil contoh di Balize di mana standar pendidikan yang cukup tinggi pada masyarakat
penangkap ikan sangat mendukung keberhasilan koperasi.
2.5.3. Pengaruh Pengalaman pada Kemandirian Nelayan