25
Ringkasan
Kemandirian merupakan perilaku yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah tanpa harus tergantung pada pihak lain,
termasuk dalam membina kemungkinan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Unsur-unsur kemandirian yang dielaborasi dalam penelitian ini
adalah: a Kemandirian intelektual, penekanannya terletak pada pentingnya kemampuan pikir seseorang dan terlepas dari pembentukan opini pihak lain.
Seseorang yang mandiri secara intelektual, perlu mendapatkan data dan informasi relevan yang mendasari opini dan kemampuan pikirnya tersebut, b Kemandirian
emosional, penekanannya
terletak pada
kemampuan seseorang
untuk mengembangkan dirinya sendiri dan berani melepaskan ketergantungan dari
berbagai pihak yang ada di lingkungannya, c Kemandirian ekonomi, lebih menekankan pada kemampuan suatu entitas untuk menopang kesejahteraannya.
Unsur-unsur kemandirian ekonomi terletak pada kemampuan suatu entitas untuk menyimpan surplus sumberdaya yang dihasilkan dan menata ekonomi kehidupan
agar tidak rentan terhadap goncangan, d Kemandirian sosial, lebih menekankan pada kemampuan seseorang untuk tidak konformis pada setiap gagasan yang
ditetapkan oleh komunitasnya. Orang yang mandiri secara sosial mendasarkan diri pada keyakinan sendiri dalam membina hubungan sosial dan dapat bergaul
dengan lingkungan sosialnya secara akrab sebagai salah satu strategi adaptasi.
2.4. Kemandirian Nelayan pada Usaha Penangkapan Ikan Demersal :
2.4.1. Kemandirian Intelektual
2.4.1.1. Merencanakan Usaha Penangkapan Iqbal dan Simanjuntak 2004 mengemukakan bahwa perencanaan usaha
adalah suatu set rangkaian dari rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup: pengelolaan usaha,
produk atau jasa yang dijual, pasar dan pemasaran, serta proyeksi keuangan. Rencana usaha dibuat dengan tujuan yang berbeda-beda, umumnya dimaksudkan
untuk: mendirikan sebuah usaha baru; mendapatkan tambahan modal dari investor atau lembaga keuangan; dan menjadi alat manajemen bagi usaha yang sudah
26
berjalan. Rencana usaha yang baik harus mudah dibaca dan dipahami, isi dan urutannya logis, realistis untuk dicapai, merupakan prospektif ke depan, singkat
dan jelas sesuai dengan keperluan usaha yang akan dijalankan. Umumnya, perencanaan usaha mencakup tiga hal pokok, yakni
perencanaan modal usaha, perencanaan produksi, dan perencanaan pemasaran hasil. Effendi dan Oktariza 2006: 96 menulis bahwa sebelum memulai usaha,
seorang pengusaha perikanan harus menyusun perencanaan modal, baik dari modal sendiri maupun dari modal luar. Sedangkan perencanaan produksi disusun
untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan produksi sehingga bisa berlangsung sesuai dengan yang dikehendaki. Selanjutnya perencanaan pemasaran dibutuhkan
karena menyangkut aspek teknis, sistem dan strategi pemasaran. Ketiga komponen tersebut merupakan aspek-aspek perencanaan yang harus dikuasai
oleh nelayan yang mandiri. 2.4.1.2. Menentukan Daerah Penangkapan
Kebanyakan komunitas nelayan, individu jarang memiliki daerah penangkapan ikan khusus seperti yang terjadi pada usaha pertanian. Hak-hak
komunal sering ditemukan, tetapi juga sering terjadi pembatasan daerah penangkapan seperti yang banyak terjadi pada taman nasional. Pollnac 1988: 247
menulis bahwa apabila tidak ada pengakuan resmi atas hak-hak pengakuan laut, maka daerah-daerah penangkapan ikan seringkali merupakan rahasia. Pollnac
mencontohkan bahwa di Arembe, Brazilia, nelayan memandang laut sebagai suatu sumberdaya yang terbuka untuk umum open acces, tetapi tempat-tempat
penangkapan ikan yang bagus harus dirahasiakan. Lokasi penangkapan ikan dibuat dengan menggunakan triangulasi visual, dan pengetahuan tentang ikan
diwariskan dari ayah ke putranya, dari generasi ke generasi. Kesulitan dalam mempertahankan batas-batas, karena nelayan berprinsip “siapa yang datang
duluan, akan dapat duluan” first-come, first-serve. Penggunaan triangulasi visual sebagaimana disebutkan di atas didasakan
pada sifat-sifat yang dimiliki oleh ikan demersal. Rivai et al. 1983 menulis tentang sifat-sifat yang dimiliki ikan demersal antara lain adalah aktifitasnya rendah dan
gerak perpindahannya tidak jauh, mempunyai gerombolan yang relatif kecil bila dibandingkan dengan ikan pelagis, pertumbuhannya lambat tetapi perkembang-
biakannya stabil, demikian pula dengan daerah dan musim pemijahannya.
27
Berdasarkan hal tersebut, maka nelayan dapat menentukan sendiri daerah penangkapan sesuai dengan pengalamannya selama berinteraksi dengan
ekosistem di mana ikan-ikan demersal itu berada. Nelayan akan menggunakan tanda-tanda atau triangulasi visual dalam menentukan daerah tangkapan yang
dianggapnya akan memberi hasil yang lebih banyak. 2.4.1.3. Menentukan Cara Berproduksi
Produksi production merupakan transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang dan jasa yang merujuk pada
keseluruhan aktifitas yang terlibat dalam memproduksi barang dan jasa, dari meminjam untuk membangun atau melakukan ekspansi fasilitas produksi,
menyewa tenaga kerja, membeli bahan mentah, menjalankan pengendalian mutu, akuntasi biaya, dan lain-lain Salvatore, 2001: 240-241. Untuk memproduksi
dibutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi, seperti manusia tenaga kerja, modal uang atau modal seperti mesin,
sumber daya alam SDA, dan skill teknologi Hubungan antara faktor-faktor produksi input dengan hasil produksi output disebut dengan fungsi produksi. Bila
faktor produksi tidak ada, maka tidak ada produksi Putong, 2003: 100. Produksi yang diperoleh dalam perikanan tangkap meliputi penangkapan
ikan dan proses penanganan atau pengolahannya sebelum dijual. Penangkapan ikan sangat terkait dengan alat tangkap dan teknik penangkapan, sedangkan
proses penanganan ikan hasil tangkapan mencakup proses pengeringan, pengasinan dan perebusan, dan pendinginan.
Jika ditinjau dari segi prinsip teknik penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Indonesia akan terlihat bahwa telah banyak pemanfaatan tingkah laku
ikan untuk tujuan penangkapan ikan. Tingkah laku dimaksud antara lain adalah arah ikan berenang, penggunaan lampu dengan tujuan untuk menarik ikan,
penggunaan rumpon, sifat ikan besar yang senantiasa memangsa ikan kecil, dan pemanfaatan warna cahaya Sudirman dan Mallawa, 2004: 4.
Salah satu ciri penting dari produksi perikanan adalah berlangsung musiman seasonal production yang kadang-kadang, bahkan sering terjadi panen
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Produksi musiman ini terjadi karena pengaruh cuaca dan ikim yang antara lain berdampak pada perubahan harga dan
pengalihan usaha pada usaha alternatif Hanafiah dan Saefuddin,1983: 82-84.
28
2.4.1.4. Mengambil Keputusan dalam Memecahkan Masalah Dasar pengambilan keputusan sangat tergantung dari permasalahan yang
dihadapi dan tergantung juga pada individu yang membuat keputusan tersebut. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan atau intuisi semata-mata, dan
dapat pula diambil berdasarkan rasio. Mungkin suatu keputusan harus dipecahkan secara intuisi, dan mungkin lebih tepat jika keputusan tersebut didasarkan pada
rasio Syamsi, 2000: 16. Wiriadiharja 1987: 176-177 menulis tentang adanya konsep pengambilan
keputusan secara tradisional dan praktis. Pengambilan keputusan seperti ini dimaksudkan sebagai tindakan untuk “memutuskan sendiri” yang didasarkan atas
sifat, hakekat dan situasi masalahnya. Permasalahan dalam masyarakat semakin lama semakin kompleks, sehingga ada individu yang menghendaki semua
informasi untuk membuat “keputusan yang bermutu”, dan ada pula yang karena kompleksnya situasi, malahan membagi-bagi pendapatnya kepada kelompok.
Berdasarkan hal tersebut, maka nelayan mandiri adalah nelayan yang mampu mengambil keputusan untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya tanpa harus bergantung kepada pihak lain. Adapun interaksinya dengan pihak lain dijadikan sebagai bagian untuk memperoleh informasi yang
dapat mendukung keputusan yang akan diambilnya. 2.4.1.5. Mengambil Keputusan Pemasaran
Sistem tata niaga atau pemasaran hasil laut yang menguntungkan bagi semua pihak dapat dilakukan dengan mengakomodir kepentingan dari masing-
masing pihak yang terlibat. Penetapan harga dan sistem tata niaga yang lain hendaklah mencitrakan rasa keadilan bersama antarpelaku usaha perikanan. Untuk
itu, hendaknya nelayan dapat mengambil peran sebagai pemasar. Kehadiran mereka jelas akan memberikan sumbangan tersendiri dalam pengambilan
kebijakan pasar sehingga kebijakan yang diambil dapat memenuhi rasa keadilan bersama. Semakin dominan peran nelayan di pasar, kebijakan akan banyak
berpihak pada nelayan Wijaya, 2007. Ada beberapa golongan pedagang perantara yang terlibat dalam
pemasaran hasil perikanan rakyat. Mereka itu adalah: 1 tengkulak desa, yang aktif membeli ikan dari nelayan dengan mendatangi unit-unit usaha di mana produsen
menjual ikannya, 2 pedagang pengumpul di pasar lokal, yang membeli ikan
29
terutama dari tengkulak desa dan kadang-kdang dari produsen di pasar lokal, 3 pedagang besar grosir, yang aktif di pasar-pasar pusat kota dan menerima
kiriman terutama dari pedagang pengumpul pasar lokal, 4 agen, yang aktif membeli ikan di unit-unit usaha perikanan atau di pasar-pasar lokal atas perintah
dan untuk pedagang besar eksportir, dan 5 eksportir, yang hanya ditemukan dalam perdagangan hasil perikanan bernilai ekspor Hanafiah dan Saefuddin, 1983:
173-174. Pengambilan keputusan untuk memasarkan produk ikan berbeda antara
nelayan tradisional dengan nelayan kapal motor. Pada nelayan tradisional, lazimnya proses pelelangan dilakukan di tepi pantai pada tahap pertama. Pada
saat ini biasanya pedagang pengumpul sudah menunggu untuk melakukan tawar menawar dan harga ikan dapat berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sedangkan pada nelayan dengan kapal motor, biasanya yang berfungsi sebagai tauke adalah pemilik kapal dan akan membawa langsung hasil produksi ke tempat
pelelangan Mulyadi, 2005: 84-185. Dengan demikian, maka nelayan yang mandiri adalah nelayan yang dapat mengambil keputusan sendiri untuk memasarkan hasil
produksinya.
2.4.2. Kemandirian Emosional