44
Keterkaitan  antara  pendidikan  formal  dengan  kemandirian  mengelola usaha  perikanan  tangkap,  dapat  dipahami  lebih  jauh  dari  tulisan  Pollnac  1988:
264 bahwa karakteristik tingkat pendidikan resmi yang secara relatif rendah pada banyak  masyarakat  penangkap  ikan  di  negara  sedang  berkembang  mempunyai
pengaruh negatif, khususnya dalam hal pengelolaan koperasi. Oleh karena banyak nelayan  yang  buta  huruf,  terasa  sulit  melatih  mereka  maupun  mendapatkan
pengelola dan akuntan yang bermutu di antara mereka. Pollnac mengambil contoh di  Balize  di  mana  standar  pendidikan  yang  cukup  tinggi  pada  masyarakat
penangkap ikan sangat mendukung keberhasilan koperasi.
2.5.3. Pengaruh Pengalaman pada Kemandirian Nelayan
Pengalaman  bukan  hanya  sering  menjadi  prasyarat  untuk  melamar  kerja, tetapi juga prasyarat untuk kelancaran usaha mandiri. Kalau hal ini disadari, maka
suatu  kesempatan  kerja  biasanya  tidak  disia-siakan  walaupun  upah  atau  gajinya rendah.  Pengalaman  dalam  kegiatan  sosial  dan  ekonomi  merupakan  modal  yang
sangat berharga Soesarsono, 2002: 116. Pengalaman  tampaknya  merupakan  modal  yang  sangat  berharga  bagi
nelayan.  Nelayan  yang  berpengalaman  akan  mampu  menggerakkan  segala  daya upaya  mereka,  termasuk  penyesuaian  teknik  penangkapan.  Masyarakat  nelayan
yang  masih  tradisional,  mengenali  fenomena  laut  melalui  pengalaman  dan pengetahuan  dari  nenek  moyang  mereka  Sastrawidjaja  dan  Manadiyanto,  2002:
31.  Dengan  demikian,  nelayan  yang  bepengalaman  dalam  melakukan  usaha penangkapan  ikan  akan  cenderung  dapat  menyesuaikan  diri  dan  dapat
menjalankan usahanya secara mandiri.
2.5.4. Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Pada Kemandirian Nelayan
Fenomena  kehidupan  nelayan  tidak  dapat  dilepaskan  dari  peranan keluarga.  Di  satu  sisi  anggota keluarga  berfungsi  sebagai  penyedia  utama  tenaga
kerja, tetapi  di  sisi  lain, anggota keluarga merupakan  bagian tanggungjawab  yang harus  dipenuhi  kebutuhannya  oleh  kepala  keluarga  Sastrawidjaja  dan
Manadiyanto,  2002:  36.    Hal  ini  tentu  akan  mempengaruhi  kemandirian  nelayan dalam  melakukan  usaha  penangkapan  ikan  demersal.  Biasanya,  nelayan  yang
mandiri selalu mengatur pekerjaan bagi anggota keluarganya.
45
Hasil  penelitian  Syauta  1997:  58  tentang  faktor-faktor  yang  berhubungan dengan  motorisasi  penangkapan  ikan  laut  di  Kecamatan  Salahutu,  menunjukkan
bahwa  jumlah  tanggungan  keluarga  berhubungan  secara  nyata  dengan kemampuan  nelayan  dalam  mengaplikasikan  motorisasi  penangkapan  ikan  laut.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga merupakan variabel yang berhubungan
dengan kemandirian
nelayan dalam
menjalankan usaha
penangkapan ikan.
2.5.5. Pengaruh Sifat Perintis pada Kemandirian Nelayan