51
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Populasi dan Sampel
Populasi  penelitian  adalah  semua  nelayan  yang  seluruh  atau  sebagian besar  aktivitasnya  melakukan  usaha  penangkapan  ikan  demersal  di  Kecamatan
Wangi-Wangi  Selatan.  Terdapat  5  lima  desa  yang  penduduknya  menjadikan usaha  penangkapan  ikan  sebagai  pekerjaan  utama,  yakni:  Desa  Mola  Selatan,
Desa  Mola  Samaturu,  Desa  Mola  Bahari,  Desa  Mola  Nelayan  Bhakti,  dan  Desa Mola Utara. Jumlah populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel    1    Populasi  dan  sampel  penelitian  pada  lima  desa  di  Kecamatan  Wangi-
Wangi Selatan No
Nama Desa Populasi orang
Sampel orang 1
Desa Mola Selatan 55
13 2
Desa Mola Samaturu 60
14 3
Desa Mola Bahari 67
16 4
Desa Mola Nelayan Bhakti 72
17 5
Desa Mola Utara 70
16 Jumlah
324 76
Sumber: Registrasi Desa, Tahun 2007 Sampel  penelitian  adalah  sebagian  dari  nelayan  yang  berada  di  lima  desa
tersebut. Hasil pengambilan sampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh 76 orang nelayan  yang  menjadi  responden  dalam  penelitian  ini.  Pengambilan  sampel
dilakukan  secara  acak  sederhana  simple  random  sampling  setelah  menentukan proporsi  jumlah  sampel  pada  masing-masing  desa.  Secara  rinci,  sebanyak  13
orang dari keseluruhan sampel penelitian terdapat di Desa Mola Selatan, 14 orang di  Desa  Mola  Samaturu,  16  orang  di  Desa  Mola  Bahari,  17  orang  di  Desa  Mola
Nelayan Bhakti, dan 16 orang di Desa Mola Utara.
4.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian korelasional dengan mempelajari pengaruh dari umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan
sifat perintis sebagai peubah X pada kemandirian nelayan sebagai peubah Y dalam usaha penangkapan ikan demersal.
52
4.3. Data dan Instrumentasi 4.3.1. Data
Data yang dihimpun terdiri dari data primer dan data sekunder, menyangkut umur,  pendidikan  formal,  pengalaman  berusaha,  jumlah  anggota  keluarga,  sifat
perintis  dan kemandirian  nelayan  dalam  usaha  penangkapan  ikan  demersal.  Data tersebut adalah:
a.   Umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga, dan sifat  perintis  yang  diduga  berpengaruh  pada  kemandirian  nelayan  ikan
demersal. 1  Umur yaitu satuan usia yang dihitung berdasarkan jumlah tahun sejak lahir
hingga  penelitian  ini  dilakukan.  Berdasarkan  hal  tersebut,  tingkat  umur dibagi  dalam  tiga  kategori  yaitu  kelompok  umur:  1  muda  =  20-33  tahun,
2 sedang = 34-43 tahun, dan  3 tua = 44-63 tahun. 2  Pendidikan formal adalah lamanya nelayan mengikuti proses belajar melalui
bangku sekolah yang dihitung dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi,  dikategorikan  menjadi:  1  rendah  =  0-4  tahun,  2  sedang  =  5-8
tahun, dan 3 tinggi = 9-2 tahun. 3  Pengalaman berusaha ikan demersal adalah lamanya nelayan menjalankan
usaha  penangkapan  ikan  demersal  yang  dinyatakan  dalam  tahun. Berdasarkan  hal  ini,  pengalaman  nelayan  dibagi dalam tiga kategori  yakni:
1 kurang = 1-17 tahun, 2 cukup = 18 - 34 tahun, dan 3 berpengalaman = 35 - 53 tahun.
4  Jumlah  anggota  keluarga  adalah  banyaknya  angota  keluarga  yang ditanggung  sebagian  atau  seluruh  kehidupannya  oleh  nelayan.  Jumlah
anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yakni: 1 sedikit = 0-2 orang, 2 cukup = 3 - 5 orang, dan 3 banyak = 6 - 8 orang
5  Sifat perintis nelayan adalah sifat yang melekat pada nelayan untuk merintis hal  baru  yang  berkaitan  dengan  usahanya  untuk  melakukan  penangkapan
ikan demersal dalam setiap bulannya. Sifat perintis ini dihitung berdasarkan intensitas nelayan dalam mencari hal baru, dikategorikan menjadi: 1 tidak
merintis = 0 kali, 2 kurang = 1–2 kali,  dan 3 banyak = 3– 4 kali. b.   Kompetensi  nelayan  adalah  perilaku  terukur  yang  dimiliki  oleh  nelayan  untuk
menjalankan  usaha  penangkapan  ikan  demersal  secara  efektif  mencakup pengetahuan  dan  kecakapan  pribadi  untuk  mencapai  kinerja  pada  bidang
53
tugasnya  dengan  penuh  tanggungjawab.  Kompetensi  yang  diukur  dalam penelitian  ini  lebih  difokuskan  pada  kesadaran  kognitif  dalam  menjalankan
usaha penangkapan ikan demersal pada bidang kompetensi berikut: 1  Aspek  perencanaan,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan  dalam:
a  memilih  dan  menetapkan  jenis  ikan  demersal  yang  bernilai  ekonomi tinggi  untuk  ditangkap  seperti  kerapu,  sunu,  baronang,  b  memilih  untuk
tidak  menjual  hasil  produksinya  kepada  tengkulak,  c  memilih  pasar  yang memiliki kemudahan  akses  transportasi,  d  melakukan kalkulasi keuangan
dan menabung sebagian pendapatannya. 2  Aspek  permodalan,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan  dalam:
a  memahami  peruntukkan  modal  usaha  secara  tepat,  b  menentukan sumber  modal  yang  baik,    c  memahami  cara  memperoleh  modal  usaha,
d mengetahui proses memperoleh pinjaman modal dari bank 3  Penentuan daerah penangkapan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan
dalam:  a  mengidentifikasi  habitat  ikan  demersal  pada  ekosistem  karang, b  mengidentifikasi  habitat  ikan  demersal  pada  ekosistem  lamun,
c  penggunaan  triangulasi  visual  pada  ekosistem  laut  dalam,  dan d  mengidentifikasi alur pergerakan ikan melalui pasang surut air laut
4  Penentuan  waktu  menangkap,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan dalam:  a  menentukan  waktu  penangkapan  berdasarkan  musim  bulan,
b  menentukan  waktu  penangkapan  berdasarkan  temperatur  air  laut, c  menentukan  waktu  penangkapan  pada  siang  hari,  dan  d  menentukan
waktu penangkapan pada malam hari. 5  Aspek  teknologi  penangkapan,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan
dalam:  a  memilih  alat  tangkap  yang  sesuai  untuk  ekosistem  karang, b  memilih  alat  tangkap  yang  sesuai  untuk  ekosistem  lamun,  c  memilih
alat  tangkap  yang  sesuai  untuk  ekosistem  laut  dalam,  d  memilih  alat tangkap yang efektif dan efisien untuk menangkap ikan dalam jumlah besar.
6  Aspek  pengambilan  keputusan  dalam  memecahkan  masalah,  ditunjukkan dengan:  a  kemampuan  mengidentifikasi  masalah  dan  mengetahui  faktor
penghambat  dan  pendukung  pemecahannya,  b kemampuan mengumpul- kan informasi untuk mendukung keputusannya,  c sikap percaya diri, yakin
dan optimis terhadap keputusan yang diambilnya, d sikap konsisten dalam menjalankan keputusannya
54
7  Pengendalian  usaha,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan  dalam: a  menyesuaikan  intensitas  kegiatan  penangkapan  dengan  hambatan-
hambatan  alam  seperti  ombak  keras,  b  menggunakan  jenis  alat  tangkap yang  sesuai  untuk  cuaca  yang  tidak  bersahabat,  c  mengendalikan  harga
jual, d menyisihkan hasil penjualan untuk modal usaha berikutnya 8  Aspek  pemasaran,  ditunjukkan  dengan  kemampuan  nelayan  dalam:
a  menjual  langsung  hasil  produksi  ke  konsumen,  b  menentukan  bentuk produk  yang  menguntungkan  hidup,  segar  atau  olahan,  c  menentukan
harga  jual  berdasarkan  kualitas  produk,  d  menentukan  waktu  yang  tepat untuk menjual hasil produksi.
Komponen  kompetensi  yang  harus  dimiliki  oleh  nelayan  sebagaimana disebutkan  di  atas,  diklasifikasi  menjadi:    1  kurang  kompeten,  skor  =  0
–10,
2 cukup kompeten, skor =
11–21,
dan  3 kompeten, skor =
22-32
. c.  Kemandirian  nelayan  adalah  sikap  individu  nelayan  yang  mengutamakan
kemampuannya  sendiri  untuk  mengatasi  berbagai  masalah  yang  berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal tanpa harus tergantung pada pihak
lain.    Kemandirian  ini  diukur  dari  banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  oleh nelayan dengan kategori: Kurang skor 181-197, sedang skor 198-214, tinggi
skor  215-233.  Kemandirian  dalam  penelitian  ini  dielaborasi  dari  4  empat unsur  yakni:  kemandirian  intelektual,  kemandirian  emosional,  kemandirian
ekonomi  dan  kemandirian  sosial.  Data  dari  keempat  unsur  tersebut  adalah sebagai berikut:
1  Merencanakan  usaha  penangkapan,  merupakan  unsur  kemandirian intelektual yang diukur dari kemampuan nelayan dalam menggunakan akal
dan daya pikirnya untuk melakukan perencanaan usaha penangkapan ikan demersal. Perencanaan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan
oleh nelayan untuk merencanakan usaha, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup  mandiri  perlu  sedikit  bantuan,
3 mandiri tidak perlu bantuan. 2  Menentukan  daerah  penangkapan,  merupakan  unsur  kemandirian
intelektual  yang  diukur  dari  kemampuan  nelayan  dalam  memilih  dan menentukan  daerah  penangkapan  yang  dianggapnya  dapat  memberikan
hasil produksi yang optimal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang  dibutuhkan  oleh  nelayan,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri
perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
55
3  Menentukan  cara  berproduksi,  merupakan  unsur  kemandirian  intelektual yang  menunjuk  pada  kemampuan  nelayan  untuk  menentukan  cara
berproduksi atau cara menangkap ikan demersal yang dianggapnya sangat menguntungkan.  Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya  bantuan  yang
dibutuhkan  oleh  nelayan,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak
perlu bantuan. 4  Mengambil  keputusan  dalam  memecahkan  masalah  merupakan  unsur
kemandirian  intelektual  yang  menunjuk  pada  kemampuan  nelayan  untuk mengidentifikasi  dan  menyeleksi  seperangkat tindakan  untuk  memecahkan
masalah  yang  dihadapinya  dalam  usaha  penangkapan  ikan  demersal. Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  oleh
nelayan,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
5  Mengambil keputusan pemasaran merupakan unsur kemandirian intelektual yang  menunjuk  pada kemampuan  nelayan  untuk  memilih  dan  menentukan
alternatif  pemasaran  yang  menguntungkan  bagi  hasil  produksinya. Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  oleh
nelayan,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
6  Melepas  ketergantungan  dari  otoritas  keluarga,  merupakan  unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk
melepaskan  ketergantungan  dari  otoritas  keluarga  dalam  segala  aspek yang  berkaitan  dengan  usaha  penangkapan  ikan  demersal,  diukur  dari
banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup  mandiri  perlu  sedikit  bantuan,
3 mandiri tidak perlu bantuan. 7  Melepas  ketergantungan  dari  ikatan  patron-klien,  merupakan  unsur
kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk melepaskan ketergantungan pada ikatan pola hubungan patron-klien dalam
menjalankan  usaha  penangkapan  ikan  demersal,  diukur  dari  banyaknya bantuan  yang  dibutuhkan  yan  dikategarikan  menjadi:  1  kurang  mandiri
perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
56
8  Menyikapi  ritual  kepercayaan  lokal,  merupakan  unsur  kemandirian emosional  yang  menunjuk  kepada  kemampuan  nelayan  untuk  menyikapi
berbagai  ritual  kepercayaan  lokal.  Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya bantuan  yang  dibutuhkan  oleh  nelayan  untuk  menyikapi  ritual  tersebut,
dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
9  Mengatasi  sikap  fatalistik,  merupakan  unsur  kemandirian  emosional  yang menunjuk  kepada  kemampuan  nelayan  untuk  mengatasi  sikap  fatalistik
dalam  menjalankan  usaha  penangkapan  ikan  demersal,  Kemampuan  ini diukur  dari  banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  oleh  nelayan  untuk
menyikapi  sikap  fatalistik  tersebut,  dikategorikan  menjadi:  1  kurang mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup  mandiri  perlu  sedikit  bantuan,
3 mandiri tidak perlu bantuan. 10  Mengembangkan
kerjasama pemanfaatan
laut merupakan
unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk
menyikapi  berbagai  kemungkinan  konflik  dan  mengembangkannya  dalam bentuk kerjasama, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan dengan
kategori: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
11 Nilai  aset  merupakan  unsur  kemandirian  ekonomi  berupa  nilai  kekayaan yang  dimiliki  dan  digunakan  oleh  nelayan  untuk  menjalankan  usaha
penangkapan ikan demersal. Aset yang dihitung adalah fixed asset berupa nilai  dari  sarana  tangkap  maupun  sarana  budidaya,  rumah  beserta
perabotnya,  tanah,  dan  lain-lain,  dikategorikan  menjadi:  1  rendah  = Rp.1.525.000–Rp.38.876.000, 2 sedang = Rp. 38.877.000–Rp. 76.227.000
dan 3 tinggi = Rp. 76.228.000–Rp. 113.579.000. 12 Biaya  operasional  merupakan  unsur  kemandirian  ekonomi  yang  menunjuk
jumlah biaya yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan ikan  demersal,  baik  yang  sifatnya  langsung  digunakan  setiap  kali
melakukan  penangkapan  maupun  tidak  langsung  yang  disiapkan  untuk mengatasi  kerusakan  sarana  tangkap.  Kebutuhan  biaya  operasional  ini
dihitung  dalam  satuan  Rupiahbulan,  dikategorikan  menjadi:  1  sedikit  = Rp.55.000–Rp.321.000, 2cukup=Rp.322.000–Rp.588.000, dan 3 banyak
= Rp. 589.000 – Rp. 858.000
57
13 Diversifikasi  usaha  merupakan  unsur  kemandirian  eknomi  yang  dilakukan oleh  nelayan  dengan  jalan  mengkombinasikan  pekerjaannya  untuk
menghadapi  resiko  ketidakpastian  dalam  usaha  penangkapan  ikan demersal.  Kemampuan  nelayan  dalam  menjalankan  diversifikasi  usaha
diukur  dari  ada  tidaknya  jenis  usaha  lain  yang  dilakukan,  dikategorikan menjadi: 1 tidak ada = 0 jenis, 2 sedikit = 1 jenis, dan 3 banyak = 2-3
jenis. 14 Pendapatan  merupakan  unsur  kemandirian  ekonomi  yang  menunjuk  pada
besarnya  penghasilan  atau  nilai  rupiah  yang  diperoleh  nelayan  dalam menjalankan  usaha  penangkapan  ikan  demersal  setiap  bulannya.
Pendapatan  nelayan  dibagi  dalam  kategori:  1  rendah  =  Rp.  177.500  – Rp.  423.000,  2  sedang  =  Rp.  424.000  –  Rp.  669.000,  dan    3  tinggi  =
Rp. 670.000 – Rp. 920.000 15 Jumlah  tabungan  merupakan  unsur  kemandirian  ekonomi  yang  menunjuk
pada  banyaknya  nilai  simpanan  nelayan  yang  berbentuk  uang  tunai, simpanan bank, atau dibelikan barang berharga seperti emas, dikategorikan
menjadi: 1 sedikit = Rp.300.000–Rp.9.231.000, 2 sedang = Rp.9.232.000 – Rp.18.123.000, dan 3 banyak = Rp.18.124.000–Rp.27.100.000.
16 Menjaga  independensi,  merupakan  unsur  kemandirian  sosial  yang menunjuk  pada  kemampuan  nelayan  untuk  tetap  independen  dan  tidak
konformis  secara  kaku  pada  tatanan  kelembagaan  sosial  dalam  kelompok maupun  lingkungannya.  Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya  bantuan
yang  dibutuhkan  untuk  menjaga  independensi  sosial  yang  dibagi  dalam kategori: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu
sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 17 Membina  hubungan  dengan  sesama  kelompok  nelayan,  merupakan  unsur
kemandirian  sosial  yang  menunjuk  pada  kemampuan  responden  untuk melakukan  hubungan  sosial  dengan  sesama  nelayan,  diukur  dari
banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  untuk  membina  hubungan  tersebut, dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup
mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 18 Membina  hubungan  dengan  kelompok  di  luar  nelayan,  merupakan  unsur
kemandirian  sosial  yang  menunjuk  pada  kemampuan  responden  untuk melakukan  hubungan  dengan  kelompok  di  luar  nelayan,  diukur  dari
58
banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  untuk  membina  hubungan  tersebut, dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup
mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 19 Membina  hubungan  dengan  kelompok  pemimpin,  merupakan  unsur
kemandirian  sosial  yang  menunjuk  pada  kemampuan  responden  untuk melakukan  hubungan  dengan  kelompok  pemimpin,  baik  pemimpin  formal
maupun  dengan  pemimpin  nonformal.  Kemampuan  ini  diukur  dari banyaknya  bantuan  yang  dibutuhkan  untuk  membina  hubungan  tersebut,
dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
20 Mengembangkan  strategi  adaptasi,  merupakan  unsur  kemandirian  sosial yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk melakukan adaptasi pada
lingkungan  sosialnya  dalam  mengantisipasi  setiap  keadaan  yang  tidak menguntungkan. Strategi ini antara lain dilakukan dengan memobilisasi istri
dan  anak  untuk  ikut  mencari  nafkah,  mengembangkan  jaringan  sosial melalui  pola  hubungan  tolong  menolong  atau  pinjam-meminjam  dengan
kerabat,  tetangga,  dan  teman.  Kemampuan  ini  diukur  dari  banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi adaptasi tersebut,
dikategorikan  menjadi:  1  kurang  mandiri  perlu  cukup  bantuan,  2  cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.
4.3.1. Instrumentasi
Instrumen  yang  digunakan  berupa  kuesioner  yang  berisi  seperangkat pertanyaan  yang  dijabarkan  dari  variabel-variabel  penelitian.  Agar  data  yang
diperoleh  dapat  dipertanggungjawabkan  secara  ilmiah,  instrumen  penelitian  diuji terlebih dahulu baik validitas maupun reliabilitasnya.
4.3.1.1. Validitas instrumen
Validitas atau disebut pula kesahihan, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan  apa  yang  seharusnya  diukur  Sastroasmoro  dan  Ismael,  2003;  60.
Menurut Singarimbun dan Effendi 1995: 122, validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.  Validitas yang diuji dalam
penelitian  ini  adalah  validitas  konstruk  construct  validity,  yaitu  dengan mendasarkan  pada  konsep  dan  definisi  operasional.  Untuk  memenuhi  syarat
kesahihan  validitas  instrumen  penelitian  ini,  maka  upaya  yang  dilakukan  adalah:
59
1  konsultasi  dengan  dosen  pembimbing  dalam  penyusunan  instrumen, 2  konsultasi  dengan  beberapa  ahli  yang  menguasai  aspek  sosial  ekonomi
perikanan  tangkap,  3  melakukan  uji  coba  instrumen  sebelum  digunakan  dalam pengumpulan data.
4.3.1.2. Reliabilitas Instrumen
Suatu pengukuran dikatakan reliable, andal, memiliki ketepatan atau presisi, apabila  memberikan  nilai  yang  sama  ataupun  hampir  sama  jika  pemeriksaan
dilakukan  berulang-ulang  Sastroasmoro  dan  Ismael,  2003;  55.  Reliabilitas instrumen  ini  diperlukan  untuk  mendapatkan  data  yang  sesuai  dengan  tujuan
pengukuran.  Sebelum  pengumpulan  data  dan  pelaksanaan  penelitian,  maka terlebih  dahulu  dilakukan  uji  reliabilitas  instrumen  pada  20  dua  puluh  orang
nelayan  ikan  demersal  yang  berada  di  wilayah  administrasi  Desa  Mola  Utara. Koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach-alpha:
k                    Vi α
=                       1  - k  -  1                 Vt
Keterangan: α
=    koefisien reliabilitas alat ukur k    =    banyaknya butir pertanyaan
Vi  =    varians butir pertanyaan Vt  =    varians total
Penghitungan  nilai  koefisien  reliabilitas  instrumen  dilakukan  dengan memanfaatkan  perangkat  lunak  program  komputer  SPSS  Statistical  Package  for
the  Social  Sciences.    Jika  nilai  koefisien  reliabilitas  berada  pada  nilai  0,6  –  1, maka  instrumen  penelitian  ini  dikatakan  reliable  atau  signifikan  Marzuki  dan
Burhan, 2000: 309.
4.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan  data  dilakukan  pada  bulan  Juli  2008  sampai  dengan  bulan September  2008.  Data  yang  dikumpulkan  adalah  data  primer  dan  data  sekunder.
Data  primer  dikumpulkan  dengan  cara  wawancara  dan  pengisian  kuisioner  yang telah  disiapkan.  Wawancara  dengan  nelayan  yang  menjadi  responden  dalam
penelitian ini dilakukan pada lima desa terpilih yakni Desa Mola Selatan, Desa Mola Samaturu,  Desa  Mola  Bahari,  Desa  Mola  Nelayan  Bhakti  dan  Desa  Mola  Utara.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor pemerintah seperti kantor desa dan instansi terkait.
60
4.5. Analisis Data