Populasi dan Sampel Rancangan Penelitian Pengumpulan Data

51

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua nelayan yang seluruh atau sebagian besar aktivitasnya melakukan usaha penangkapan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Terdapat 5 lima desa yang penduduknya menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama, yakni: Desa Mola Selatan, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Bahari, Desa Mola Nelayan Bhakti, dan Desa Mola Utara. Jumlah populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Populasi dan sampel penelitian pada lima desa di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan No Nama Desa Populasi orang Sampel orang 1 Desa Mola Selatan 55 13 2 Desa Mola Samaturu 60 14 3 Desa Mola Bahari 67 16 4 Desa Mola Nelayan Bhakti 72 17 5 Desa Mola Utara 70 16 Jumlah 324 76 Sumber: Registrasi Desa, Tahun 2007 Sampel penelitian adalah sebagian dari nelayan yang berada di lima desa tersebut. Hasil pengambilan sampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh 76 orang nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana simple random sampling setelah menentukan proporsi jumlah sampel pada masing-masing desa. Secara rinci, sebanyak 13 orang dari keseluruhan sampel penelitian terdapat di Desa Mola Selatan, 14 orang di Desa Mola Samaturu, 16 orang di Desa Mola Bahari, 17 orang di Desa Mola Nelayan Bhakti, dan 16 orang di Desa Mola Utara.

4.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian korelasional dengan mempelajari pengaruh dari umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis sebagai peubah X pada kemandirian nelayan sebagai peubah Y dalam usaha penangkapan ikan demersal. 52 4.3. Data dan Instrumentasi 4.3.1. Data Data yang dihimpun terdiri dari data primer dan data sekunder, menyangkut umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kemandirian nelayan dalam usaha penangkapan ikan demersal. Data tersebut adalah: a. Umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis yang diduga berpengaruh pada kemandirian nelayan ikan demersal. 1 Umur yaitu satuan usia yang dihitung berdasarkan jumlah tahun sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, tingkat umur dibagi dalam tiga kategori yaitu kelompok umur: 1 muda = 20-33 tahun, 2 sedang = 34-43 tahun, dan 3 tua = 44-63 tahun. 2 Pendidikan formal adalah lamanya nelayan mengikuti proses belajar melalui bangku sekolah yang dihitung dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dikategorikan menjadi: 1 rendah = 0-4 tahun, 2 sedang = 5-8 tahun, dan 3 tinggi = 9-2 tahun. 3 Pengalaman berusaha ikan demersal adalah lamanya nelayan menjalankan usaha penangkapan ikan demersal yang dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan hal ini, pengalaman nelayan dibagi dalam tiga kategori yakni: 1 kurang = 1-17 tahun, 2 cukup = 18 - 34 tahun, dan 3 berpengalaman = 35 - 53 tahun. 4 Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya angota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh kehidupannya oleh nelayan. Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yakni: 1 sedikit = 0-2 orang, 2 cukup = 3 - 5 orang, dan 3 banyak = 6 - 8 orang 5 Sifat perintis nelayan adalah sifat yang melekat pada nelayan untuk merintis hal baru yang berkaitan dengan usahanya untuk melakukan penangkapan ikan demersal dalam setiap bulannya. Sifat perintis ini dihitung berdasarkan intensitas nelayan dalam mencari hal baru, dikategorikan menjadi: 1 tidak merintis = 0 kali, 2 kurang = 1–2 kali, dan 3 banyak = 3– 4 kali. b. Kompetensi nelayan adalah perilaku terukur yang dimiliki oleh nelayan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan demersal secara efektif mencakup pengetahuan dan kecakapan pribadi untuk mencapai kinerja pada bidang 53 tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Kompetensi yang diukur dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kesadaran kognitif dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal pada bidang kompetensi berikut: 1 Aspek perencanaan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a memilih dan menetapkan jenis ikan demersal yang bernilai ekonomi tinggi untuk ditangkap seperti kerapu, sunu, baronang, b memilih untuk tidak menjual hasil produksinya kepada tengkulak, c memilih pasar yang memiliki kemudahan akses transportasi, d melakukan kalkulasi keuangan dan menabung sebagian pendapatannya. 2 Aspek permodalan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a memahami peruntukkan modal usaha secara tepat, b menentukan sumber modal yang baik, c memahami cara memperoleh modal usaha, d mengetahui proses memperoleh pinjaman modal dari bank 3 Penentuan daerah penangkapan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem karang, b mengidentifikasi habitat ikan demersal pada ekosistem lamun, c penggunaan triangulasi visual pada ekosistem laut dalam, dan d mengidentifikasi alur pergerakan ikan melalui pasang surut air laut 4 Penentuan waktu menangkap, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a menentukan waktu penangkapan berdasarkan musim bulan, b menentukan waktu penangkapan berdasarkan temperatur air laut, c menentukan waktu penangkapan pada siang hari, dan d menentukan waktu penangkapan pada malam hari. 5 Aspek teknologi penangkapan, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem karang, b memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem lamun, c memilih alat tangkap yang sesuai untuk ekosistem laut dalam, d memilih alat tangkap yang efektif dan efisien untuk menangkap ikan dalam jumlah besar. 6 Aspek pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah, ditunjukkan dengan: a kemampuan mengidentifikasi masalah dan mengetahui faktor penghambat dan pendukung pemecahannya, b kemampuan mengumpul- kan informasi untuk mendukung keputusannya, c sikap percaya diri, yakin dan optimis terhadap keputusan yang diambilnya, d sikap konsisten dalam menjalankan keputusannya 54 7 Pengendalian usaha, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a menyesuaikan intensitas kegiatan penangkapan dengan hambatan- hambatan alam seperti ombak keras, b menggunakan jenis alat tangkap yang sesuai untuk cuaca yang tidak bersahabat, c mengendalikan harga jual, d menyisihkan hasil penjualan untuk modal usaha berikutnya 8 Aspek pemasaran, ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam: a menjual langsung hasil produksi ke konsumen, b menentukan bentuk produk yang menguntungkan hidup, segar atau olahan, c menentukan harga jual berdasarkan kualitas produk, d menentukan waktu yang tepat untuk menjual hasil produksi. Komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh nelayan sebagaimana disebutkan di atas, diklasifikasi menjadi: 1 kurang kompeten, skor = 0 –10, 2 cukup kompeten, skor = 11–21, dan 3 kompeten, skor = 22-32 . c. Kemandirian nelayan adalah sikap individu nelayan yang mengutamakan kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal tanpa harus tergantung pada pihak lain. Kemandirian ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan dengan kategori: Kurang skor 181-197, sedang skor 198-214, tinggi skor 215-233. Kemandirian dalam penelitian ini dielaborasi dari 4 empat unsur yakni: kemandirian intelektual, kemandirian emosional, kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial. Data dari keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1 Merencanakan usaha penangkapan, merupakan unsur kemandirian intelektual yang diukur dari kemampuan nelayan dalam menggunakan akal dan daya pikirnya untuk melakukan perencanaan usaha penangkapan ikan demersal. Perencanaan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk merencanakan usaha, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 2 Menentukan daerah penangkapan, merupakan unsur kemandirian intelektual yang diukur dari kemampuan nelayan dalam memilih dan menentukan daerah penangkapan yang dianggapnya dapat memberikan hasil produksi yang optimal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 55 3 Menentukan cara berproduksi, merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk menentukan cara berproduksi atau cara menangkap ikan demersal yang dianggapnya sangat menguntungkan. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 4 Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi seperangkat tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam usaha penangkapan ikan demersal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 5 Mengambil keputusan pemasaran merupakan unsur kemandirian intelektual yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk memilih dan menentukan alternatif pemasaran yang menguntungkan bagi hasil produksinya. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 6 Melepas ketergantungan dari otoritas keluarga, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk melepaskan ketergantungan dari otoritas keluarga dalam segala aspek yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan demersal, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 7 Melepas ketergantungan dari ikatan patron-klien, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk melepaskan ketergantungan pada ikatan pola hubungan patron-klien dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan yan dikategarikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 56 8 Menyikapi ritual kepercayaan lokal, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk menyikapi berbagai ritual kepercayaan lokal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk menyikapi ritual tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 9 Mengatasi sikap fatalistik, merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk mengatasi sikap fatalistik dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal, Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk menyikapi sikap fatalistik tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 10 Mengembangkan kerjasama pemanfaatan laut merupakan unsur kemandirian emosional yang menunjuk kepada kemampuan nelayan untuk menyikapi berbagai kemungkinan konflik dan mengembangkannya dalam bentuk kerjasama, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan dengan kategori: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 11 Nilai aset merupakan unsur kemandirian ekonomi berupa nilai kekayaan yang dimiliki dan digunakan oleh nelayan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan demersal. Aset yang dihitung adalah fixed asset berupa nilai dari sarana tangkap maupun sarana budidaya, rumah beserta perabotnya, tanah, dan lain-lain, dikategorikan menjadi: 1 rendah = Rp.1.525.000–Rp.38.876.000, 2 sedang = Rp. 38.877.000–Rp. 76.227.000 dan 3 tinggi = Rp. 76.228.000–Rp. 113.579.000. 12 Biaya operasional merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk jumlah biaya yang dibutuhkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan ikan demersal, baik yang sifatnya langsung digunakan setiap kali melakukan penangkapan maupun tidak langsung yang disiapkan untuk mengatasi kerusakan sarana tangkap. Kebutuhan biaya operasional ini dihitung dalam satuan Rupiahbulan, dikategorikan menjadi: 1 sedikit = Rp.55.000–Rp.321.000, 2cukup=Rp.322.000–Rp.588.000, dan 3 banyak = Rp. 589.000 – Rp. 858.000 57 13 Diversifikasi usaha merupakan unsur kemandirian eknomi yang dilakukan oleh nelayan dengan jalan mengkombinasikan pekerjaannya untuk menghadapi resiko ketidakpastian dalam usaha penangkapan ikan demersal. Kemampuan nelayan dalam menjalankan diversifikasi usaha diukur dari ada tidaknya jenis usaha lain yang dilakukan, dikategorikan menjadi: 1 tidak ada = 0 jenis, 2 sedikit = 1 jenis, dan 3 banyak = 2-3 jenis. 14 Pendapatan merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk pada besarnya penghasilan atau nilai rupiah yang diperoleh nelayan dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal setiap bulannya. Pendapatan nelayan dibagi dalam kategori: 1 rendah = Rp. 177.500 – Rp. 423.000, 2 sedang = Rp. 424.000 – Rp. 669.000, dan 3 tinggi = Rp. 670.000 – Rp. 920.000 15 Jumlah tabungan merupakan unsur kemandirian ekonomi yang menunjuk pada banyaknya nilai simpanan nelayan yang berbentuk uang tunai, simpanan bank, atau dibelikan barang berharga seperti emas, dikategorikan menjadi: 1 sedikit = Rp.300.000–Rp.9.231.000, 2 sedang = Rp.9.232.000 – Rp.18.123.000, dan 3 banyak = Rp.18.124.000–Rp.27.100.000. 16 Menjaga independensi, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk tetap independen dan tidak konformis secara kaku pada tatanan kelembagaan sosial dalam kelompok maupun lingkungannya. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk menjaga independensi sosial yang dibagi dalam kategori: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 17 Membina hubungan dengan sesama kelompok nelayan, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama nelayan, diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 18 Membina hubungan dengan kelompok di luar nelayan, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan dengan kelompok di luar nelayan, diukur dari 58 banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 19 Membina hubungan dengan kelompok pemimpin, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan responden untuk melakukan hubungan dengan kelompok pemimpin, baik pemimpin formal maupun dengan pemimpin nonformal. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk membina hubungan tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan. 20 Mengembangkan strategi adaptasi, merupakan unsur kemandirian sosial yang menunjuk pada kemampuan nelayan untuk melakukan adaptasi pada lingkungan sosialnya dalam mengantisipasi setiap keadaan yang tidak menguntungkan. Strategi ini antara lain dilakukan dengan memobilisasi istri dan anak untuk ikut mencari nafkah, mengembangkan jaringan sosial melalui pola hubungan tolong menolong atau pinjam-meminjam dengan kerabat, tetangga, dan teman. Kemampuan ini diukur dari banyaknya bantuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi adaptasi tersebut, dikategorikan menjadi: 1 kurang mandiri perlu cukup bantuan, 2 cukup mandiri perlu sedikit bantuan, 3 mandiri tidak perlu bantuan.

4.3.1. Instrumentasi

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang berisi seperangkat pertanyaan yang dijabarkan dari variabel-variabel penelitian. Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, instrumen penelitian diuji terlebih dahulu baik validitas maupun reliabilitasnya.

4.3.1.1. Validitas instrumen

Validitas atau disebut pula kesahihan, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur Sastroasmoro dan Ismael, 2003; 60. Menurut Singarimbun dan Effendi 1995: 122, validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas konstruk construct validity, yaitu dengan mendasarkan pada konsep dan definisi operasional. Untuk memenuhi syarat kesahihan validitas instrumen penelitian ini, maka upaya yang dilakukan adalah: 59 1 konsultasi dengan dosen pembimbing dalam penyusunan instrumen, 2 konsultasi dengan beberapa ahli yang menguasai aspek sosial ekonomi perikanan tangkap, 3 melakukan uji coba instrumen sebelum digunakan dalam pengumpulan data.

4.3.1.2. Reliabilitas Instrumen

Suatu pengukuran dikatakan reliable, andal, memiliki ketepatan atau presisi, apabila memberikan nilai yang sama ataupun hampir sama jika pemeriksaan dilakukan berulang-ulang Sastroasmoro dan Ismael, 2003; 55. Reliabilitas instrumen ini diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Sebelum pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas instrumen pada 20 dua puluh orang nelayan ikan demersal yang berada di wilayah administrasi Desa Mola Utara. Koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach-alpha: k Vi α = 1 - k - 1 Vt Keterangan: α = koefisien reliabilitas alat ukur k = banyaknya butir pertanyaan Vi = varians butir pertanyaan Vt = varians total Penghitungan nilai koefisien reliabilitas instrumen dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak program komputer SPSS Statistical Package for the Social Sciences. Jika nilai koefisien reliabilitas berada pada nilai 0,6 – 1, maka instrumen penelitian ini dikatakan reliable atau signifikan Marzuki dan Burhan, 2000: 309.

4.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai dengan bulan September 2008. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner yang telah disiapkan. Wawancara dengan nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini dilakukan pada lima desa terpilih yakni Desa Mola Selatan, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Bahari, Desa Mola Nelayan Bhakti dan Desa Mola Utara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor pemerintah seperti kantor desa dan instansi terkait. 60

4.5. Analisis Data