45
Hasil  penelitian  Syauta  1997:  58  tentang  faktor-faktor  yang  berhubungan dengan  motorisasi  penangkapan  ikan  laut  di  Kecamatan  Salahutu,  menunjukkan
bahwa  jumlah  tanggungan  keluarga  berhubungan  secara  nyata  dengan kemampuan  nelayan  dalam  mengaplikasikan  motorisasi  penangkapan  ikan  laut.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga merupakan variabel yang berhubungan
dengan kemandirian
nelayan dalam
menjalankan usaha
penangkapan ikan.
2.5.5. Pengaruh Sifat Perintis pada Kemandirian Nelayan
Seseorang  yang  berjiwa  perintis  memiliki  tekad  yang  kuat.  Littauer  1996: 26  memasukan  orang  yang  berjiwa  perintis  ke  dalam  kelompok  orang  yang
memiliki  kepribadian  koleris  yang  kuat.  Orang  dengan  kepribadian  seperti  ini, antara  lain  memiliki  karakter  yang  berbakat  jadi  pemimpin,  dinamis  dan  aktif,
sangat  memerlukan  perubahan,  berkemauan  kuat  dan  tegas,  tidak  mudah  patah semangat,  bebas  dan  mandiri,  serta  dapat  menjalankan  apa  saja.  Dalam
melakukan  suatu  pekerjaan,  orang  koleris  kuat  selalu  berorientasi  pada  target, mencari  pemecahan  praktis,  bergerak  cepat  untuk  bertindak,  dan  menekankan
pada hasil. Karakter  tersebut  di  atas  merupakan  karakter  dan  watak  kewirausahaan
sebagaimana  dikemukakan  oleh  Meredith,  et  al.  2005:  5-6  yang  antara  lain menunjuk  pada  adanya  percaya  diri,  ketidaktergantungan,  berorientasi  tugas  dan
hasil,  kemampuan  mengambil  resiko,  suka  pada  tantangan,  bertingkah  laku sebagai pemimpin, dan berorientasi pada masa depan.
Pada  masyarakat  nelayan,  karakter  yang  mengandung  sifat-sifat  perintis seperti disebutkan di atas, dapat ditelusuri dari simbol heroisme hidup masyarakat
nelayan,  seperti  pada  masyarakat  nelayan  di  Lamalera.  Oleona  dan  Bataona 2001:  135-135  menulis  bahwa  bagi  masyarakat  nelayan  Lamalera,  perahu  layar
Tena Laja merupakan sumberdaya untuk memperjuangkan hidup di laut. Dengan perahu  layar  mereka  berjuang  tak  mengenal  lelah  dan  gentar,  menerjang  ombak
dan  badai  mengarungi  samudera  luas.  Sifat-sifat  ini,  merupakan  sifat  perintis nelayan  dalam  usahanya  melakukan  penangkapan  ikan  dengan  semangat  yang
begitu  tinggi,  seolah  tanpa  mengenal  lelah.  Nelayan  yang  memiliki  sifat  perintis senantiasa akan mencoba setiap hal baru, baik daerah-daerah penangkapan baru,
manajemen usaha, maupun sarana tangkap yang digunakan.
46
Ringkasan
Faktor  umur,  pendidikan  formal,  pengalaman  berusaha,  jumlah  anggota keluarga  dan  sifat  perintis  berpengaruh  pada  kemandirian  nelayan  ikan  demersal.
Bertambahnya umur yang disertai dengan konsistensi nelayan dalam menjalankan usahanya  sangat  berkaitan  erat  dengan  bertambahnya  pengalaman  yang  dapat
mempengaruhi kemandirian nelayan. Pendidikan  formal  dapat  meningkatkan  kemampuan  seseorang  dalam
menjalankan  suatu  usaha.  Kemampuan  dimaksud  antara  lain  adalah  kemampuan konseptual,  kemampuan  memimpin,  kemampuan  mengelola,  kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi, yang kesemuanya berpengaruh pada kemandirian seseorang  termasuk  nelayan  dalam  menjalankan  usaha  penangkapan  ikan
demersal. Jumlah  anggota  keluarga  mempengaruhi  kemandirian  nelayan  pada  dua
sisi.  Di  satu  sisi  anggota  keluarga  berpengaruh  pada  penyediaan  tenaga  kerja keluarga,  tetapi  di  sisi  lain  merupakan  tanggungjawab  yang  harus  dipenuhi
kebutuhannya  oleh  kepala  keluarga.  Sedangkan  sifat  perntis  berpengaruh  pada kemandirian  nelayan  untuk  menerjang  tantangan  dan  melakukan  terobosan-
terobosan  baru  seperti  daerah-daerah  penangkapan  baru,  manajemen  usaha  dan sarana tangkap yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan demersal.
47
III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Setiap  individu  nelayan  memiliki  kemampuan  yang  berbeda  untuk mengembangkan  kemandiriannya  dalam  menjalankan  usaha  penangkapan  ikan
demersal.  Perbedaan  ini  disebabkan  antara  lain  oleh  perbedaan  umur,  tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis yang
melekat  pada  masing-masing  individu  nelayan.  Identifikasi  kemandirian  nelayan dalam  hal  ini  dilakukan  pada  empat  komponen  yakni  kemandirian  intelektual,
kemandirian emosional, kemandirian ekonomi dan kemandirian sosial. Nelayan  yang  mandiri  secara  intelektual  ditunjukkan  dengan  kemampuan
menggunakan  daya  pikirnya  secara  mandiri  dan  bebas  dari  pengaruh  otoritas maupun  pembentukan  opini  pihak  lain.  Pada  nelayan  ikan  demersal,  kemandirian
seperti ini dapat diketahui antara lain dari kemampuannya merencanakan kegiatan penangkapan, kemampuan menentukan dan mengidentifikasi daerah penangkapan
fishing  ground  yang  dapat  memberi  hasil  yang  berlimpah,  kemampuan  dalam menentukan  cara  berproduksi,  kemampuan  mengambil  keputusan  dalam
memecahkan  masalah,  dan  kemampuan  memasarkan  hasil  usahanya.  Nelayan yang  mandiri  secara  intelektual  selalu  berupaya  mendapatkan  informasi  dan  atau
data yang dapat mendukung kemampuan intelektualnya tersebut. Kemandirian  nelayan  secara  emosional  ditunjukkan  dengan  kemampuan
mengembangkan  dirinya  sendiri  yang  didasarkan  pada  keberanian  melepaskan ketergantungan  dari  kendali  berbagai  pihak.  Nelayan  yang  mandiri  secara
emosional  adalah  nelayan  yang  dapat  melepas  ketergantungannya  pada  otoritas keluarga  dan  ikatan  patron-klien,  dapat  menyikapi  ritual  kepercayaan  lokal,
mengatasi  sikap  fatalistik  dan  dapat  mengembangkan  kerjasama  dalam pemanfaatan laut.
Kemandirian  nelayan  secara  ekonomi  ditunjukkan  dengan  kemampuannya untuk  menyediakan  dan  meningkatkan  semua  kebutuhan  yang  diperlukan  pada
usaha  penangkapan  ikan  demersal  seperti  aset  usaha,  biaya  operasional, melakukan diversifikasi usaha, pendapatan dan tabungan
Pada  masyarakat  patriarkhal,  umumnya  otoritas  keluarga  dipegang  oleh laki-laki  tertua.  Keputusan  pemegang  otoritas  berlaku  untuk  semua  anggota
keluarga  dan  harus  dipatuhi.  Nelayan  yang  mandiri  adalah  nelayan  yang  mampu melepas ketergantungannya pada kendali otoritas keluarga.