3.3. Krisis Ekonomi
Sebelum kita mencari apakah krisis ekonomi yang telah menimpa berpengaruh baik atau buruk, maka kita harus melihat faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan krisis tersebut dapat melanda Indonesia. Menurut Ismail sebagaimana dikutip dalam Triono 2004, depresiasi rupiah terhadap dolar AS
dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi. Secara ekonomi, deprsiasi rupiah ditimbulkan oleh terus naiknya defisit neraca transaksi
berjalan Indonesia dari 1.5 tahun 1993 menjadi 3.9 tahun 1997. Defisit transaksi berjalan mencerminkan ekspor lebih kecil daripada impor dan atau aliran
pendapatan yang masuk lebih kecil daripada aliran pendapatan yang keluar. Dengan kata lain kebutuhan dolar sebagai alat pembayaran luar negeri lebih besar
daripada yang diterima. Selain itu, depresiasi rupiah terhadap dolar juga diakibatkan oleh besarnya
hutang luar negeri sektor swasta yang ditaksir sudah mencapai 65 milyar dolar AS. Besarnya hutang sektor swasta tersebut menyebabkan kebutuhan terhadap
dolar AS menjadi sangat tinggi dalam waktu yang hampir bersamaan ketika hutang-hutang tersebut jatuh tempo. Pada bulan Maret 1998, diperkirakan hutang
sektor swasta yang jatuh tempo mencapai 9.1 milyar dolar AS. Tingginya permintaan dolar dalam waktu yang bersamaan inilah yang memicu naiknya nilai
penawaran dolar AS terhadap rupiah. Faktor non ekonomi, yang turut berperan besar terhadap terjadinya
depresiasi rupiah antara lain adalah akibat adanya spekulasi dalam transaksi perdagangan valuta asing valas. Para spekulan selalu memanfaatkan saat-saat
kritis ketika ada tanda-tanda peningkatan permintaan akan mata uang tertentu
dolar AS mengalami peningkatan, maka para spekulan tersebut dapat melakukan tindakan aksi borong dolar terlebih dahulu, sehingga tingkat penawaran mata uang
tersebut mengalami penurunan. Turunnya tingkat penawaran mata uang tersebut ditambah dengan tingginya tingkat penawaran bersamaan dengan jatuh temponya
pembayaran hutang yang hampir bersamaan jelas akan menyebabkan melambungnya nilai mata uang tersebut. Pada saat inilah para spekulan mulai
melepas sedikit demi sedikit mata uang yang telah diborongnya demi meraup keuntungan yang besar dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sebagai contoh
George Soros yang dituding PM Malaysia Mahathir Muhammad sebagai biang kekisruhan ekonomi kawasan ASEAN, pernah meraup keuntungan sebesar 1.2
miyar dolar AS dalam waktu yang relatif singkat dari hasil kerja spekulasinya, yaitu setelah melakukan aksi memborong pundsterling pada tahun 1982.
Pada saat krisis ekonomi ini sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat. Mengapa demikian ? momentum depresiasi rupiah akan menurunkan
biaya produksi dengan catatan tidak ada ketergantungan besar pada komponen impor. Namun tidaklah adil bila saat ini hanya memikirkan kepentingan eksportir
saja. Karena jika rupiah berlanjut menguat, maka secara keseluruhan rakyat banyak akan menikmatinya. Tekanan inflasi, beban utang bank, perusahaan, dan
negara juga akan lebih ringan. Setelah kita melihat faktor yang menyebabkan krisis ekonomi, kita juga
akan melihat bahwa pada masa tersebut terjadi instabilitas politik dan keamanan yang menyebabkan terhambatnya kegiatan ekonomi, insvestor dan para importir
luar negeri lebih banyak menunggu keadaan membaik dan stabil. Pada masa tersebut tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan secara
tajam. Oleh karena itu permasalahan krisis merupakan permasalahan yang kompleks walaupun sebagian orang masih mengidentikanya dengan depresiasi
rupiah terhadap dollar Amerika. Namun dalam peneliian ini krisis ekonomi diaplikasikan dalam bentuk kualitatif sehingga dilepaskan dari unsur niai tukar
yang bersifat kuantitatif. Hal ini juga dilakukan untuk bisa membedakan mana masa krisis dan mana masa sebelum krisis.
BAB IV METODE PENELITIAN