2.2. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian tentang masalah teh hitam sebelumnya telah banyak dilakukan. Pada penelitian-penelitian terdahulu komoditas ini telah dikupas
dalam berbagai aspek baik itu aspek teknis, manajemen, kelayakan, bahkan juga aspek ekspor komoditas teh hitam itu sendiri. Pada penulisan ini akan diungkap
beberapa hasil penelitian terdahulu yang akan menunjang dan menjadi bahan masukan bagi penelitian ini. Selain itu juga penelitian ini juga bisa menjadi
pembanding dan acuan bahwa penelitian yang akan dilakukan nantinya memiliki keunikan yang berbeda dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya baik
itu dari sisi produk, tematik, maupun alat analisis yang digunakan yang nantinya. Suryana dan Oktaviani 1994 telah me lakukan penelitian tentang
komoditas teh ini. Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai kajian usahatani, pemasaran, dan ekspor teh. Penelitian tersebut menggunakan data yang
diambil dari tahun 1972 sampai dengan 1992, didalamnya diungkapkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh Indonesia adalah
luas areal, harga teh di Jakarta, dan dummy kebijakan pemerintah berupa devaluasi.
Pada kurun waktu 1972 hingga 1992 produksi Indonesia mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 3.11 persen per tahun, angka
tersebut jauh lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan produksi teh dunia yang hanya mencapai 0.62 persen per tahun. Peningkatan produksi ini
dikarenakan oleh adanya peningkatan produktivitas dari produsen-produsen lokal. Seiring dengan peningkatan produksi, volume ekspor juga mengalami
peningkatan bahkan laju pertumbuhannya melebihi pertumbungan produksinya yaitu 6.5 persen per tahun.
Penelitian tentang komoditas teh juga dilakukan oleh Irawati 1996. Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor teh hitam Indonesia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa komoditas teh Indonesia mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Hal ini
ditunjukan dengan perkembangan volume ekspor sampai dengan tahun tersebut yang memiliki kecendrungan yang meningkat. Selain itu Irawati juga
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia secara nyata waktu itu adalah harga ekspor, harga domestik, dan nilai tukar.
Hal serupa juga dikemukakan Sihombing 1997 pada penelitiannya yang menganalisis permintaan dan penawaran teh hitam Indonesia di pasar domestik
dan internasional. Pada penelitiannya ini disebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia secara nyata, yaitu harga ekspor,
harga domestik, dan nilai tukar. Dalam jangka pendek maupun panjang harga teh dipasar domestik tidak responsif terhadap harga ekspor, nilai tukar dan penawaran
domestik. Harga ekapor teh itu sendiri lebih responsif terhadap perubahan harga teh dunia baik dalam jangka pendek maupun panjang. Namun karena penelitian-
penelitian tersebut dilakukan pada waktu sebelum terjadi krisis maka terdapat kemungkinan terjadi banyak perubahan. Oleh karena itu diperlukan kembali
analisis tentang hal tersebut pada masa sekarang agar komoditas ini tetap dapat menjaga pamornya di mata dunia dan juga tetap menghasilkan banyak devisa bagi
negeri ini.
Penelitian yang menganalisis kelayakan komoditas teh hitam dalam memasuki bursa berjangka komoditi pernah dilakukan oleh Ardiansyah 2002
menceritakan bahwa jika dilihat dari kesiapan teh hitam dalam memasuki Bursa Perdagangan Berjangka Komoditi maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya
dua varietas grade teh hitam saja yang dapat memasuki pasar tersebut yaitu BOP I mutu khusus dan PF II mutu II. Hal ini didasari oleh standar yang jelas kedua
varietas tersebut, serta Carrying Charges yang lebih rendah dari harga barjangkanya. Dari hasil perhitungannya diperoleh rasio mark-up untuk varietas
BOP I dan PF II masing- masing adalah 14.37 dan 13.77 , ini lebih besar dari Carrying Charges
yang besarnya 10.74 . Hal ini disebabkan singkatnya masa penyimpanan yang bisa silakukan komoditas tersebut.
Pada tahun 1998, 1999, 2000, dan 2001 komposisi varietas ini yang memasuki pasar di KPB berubah ubah yaitu dari 47.23 dan 32.55 menjadi
49.26 dan 30.52 kemudian 50.23 dan 33.08 dan tahun berikutnya menjadi 50.20 dan 33.18 dan terakhir 50.27 dan 33.11. Dari
perbandingan harga selama lima tahun yang sama juga terlihat fluktuasi harga yang besar terjadi pada tahun 1998 dengan titik titik harga terendah terjadi rata-
rata pada bulan mei sampai dengan juli. Dari kesimpulan tersebut diberikan saran untuk melakukan hedging lindung nilai di Bursa Perdagangan Berjangka
Komoditi, namun sebelumnya di gunakan suatu sistem yang tepat untuk melakukan penyimpanan hasil panen. Hal ini diperlukan ketika perdagangan
meunjukan harga pasar terendah yaitu sekitar bulan mei sampai juli. Penelitian lainnya tentang teh hitam ini kemudian dilakukan oleh Iriana
dan Nuraeni 2004. fokus penelitian kali ini adalah mengenai strategi
pengembengan bisnis teh. Penelitiannya dilakukan pada perusahaan tebesar penyumbang produksi teh nasional yaitu PTPN VIII tapi ditempat yang berbeda,
tentunya hal ini bisa dijadikan cerminan dari kegiatan produksi nasional yang terjadi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelemahan
yang ada pada perusahaan yang juga mungkin terjadi pada skala nasional ini adalah peralatan atau teknologi yang digunakan tergolong tua dan ketinggalan
jaman kemudian kurang gencar mengadakan promosi. Selain itu terdapat juga ancaman yang terjadi dari bermunculannya pesaing dari negara lain, kelangkaan
pupuk dan juga sistem pemasaran yang dinilai masih lemah. Dari hasil ini Iriana dan Nuraeni mengemukakan strategi yang bisa
dilakukan dalam keadaan seperti ini, yaitu memperbaiki kualitas bahan baku dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan manajemen pemetikan,
menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pelanggan, kemudian meningkatkan pangsa pasar dengan cara penetrasi pasar yang didukung oleh
sistem promosi yang baik. Penelitian Ardiansyah, Iriana dan Nuraeni ini jelas berbeda tematik atau fokus penelitiannya dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis. Namun akan menjadi penunjang bagi hasil yang ingin dicapai nanti. Nugroho 2004 dalam penelitiannya yang menganalisis prilaku dinamik
ekspor teh hitam Indonesia yang juga merupakan studi kasus di PTPN VIII, disebutkan bahwa selama tahun 1999 sampai dengan 2002 produksi dan volume
ekspor teh hitam PTPN VIII mempunyai trend yang menurun dengan tingkat penurunan perbulannya masing- masing yaitu 12.5 dan 12.75 persen. Berbeda
dengan produksi dan volume ekspor, harga ekspor teh hitam PTPN VIII mengalami fluktuasi. Pada awalnya harga ekspor mengalami kecenrungan yang
meningkat sampai pada pertengahan tahun 2001 kemudian setelah itu turun kembali yang diduga dikarenakan menguatnya nilai tukar rupiah. Pada penelitian
tersebut untuk menegetahui faktor –faktor yang mempengaruhi ekspor dinggunakan metode ECM error correction model hasil yang dicapai pada
umumnya relatif sama dengan penelitian terdahulu namun sedikit terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini harga domestik dinyatakan tidak berpengaruh
pada perkembangan volume ekspor teh hitam di PTPN VIII. Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah pada alat analisis dan cakupannya. Penelitian tersebut hanya meneliti produk dari PTPN VIII sedangkan penulis meneliti cakupan yang
lebih luas dengan menggunakan data nasional dan melakukan pendugaan menggunakan model persamaan simultan dengan metode kuadrat dua tahap
2SLS. Berdasarkan studi terdahulu tersebut, secara umum terlihat bahwa faktor
dominan yang menyebabkan berfluktuasinya volume ekspor komoditi teh hitam adalah harga domestik, harga ekspor, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika. Hasil- hasil penelitian terdahulu tersebut akan digunakan sebagai dasar bagi penelitian akan akan dilakukan. Hal ini bisa menjadikan bahan perbandingan
dari penggunaan model yang dilakukan dalam penelitian-penelitian ini. Perbedaan arah dan fokus penelitian serta perbedaan alat analisis pada penelitian ini dengan
penelitian terdahulu menjadi ciri tersendiri dari penelitian ini. Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah keragaman hasil penelitian dan layak menjadi
bahan masukan bagi para akademisi serta pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan industri teh Indonesia.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS