Identifikasi yang dilakukan telah memberikan hasil bahwa semua persamaan dalam model penelitian ini adalah over identified. Maka estimasi
parameter persamaan struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap 2SLS.
4.4. Pengujian
4.4.1 Uji Autokorelasi
Dalam penelitian yang menggunakan deret waktu sering terdapat masalah autokorelasi, oleh karena itu digunakan uji durbin watson. Jika dalam perhitungan
diperoleh hasil mendekati nilai dua, maka dapat disimpulkan bahwa pada masing- masing persamaan tidak terdapat masalah autokorelasi. Kemudian karena dalam
model persamaan simultan yang digunakan mengandung va riabel lag endogen Lagged endogenous variables, maka untuk menguji autokorelasi digunakan pula
statistik Durbin h. Jika nilai koefisien Durbin h lebih kecil dibandingkan dengan t-tabel n-k,
α , maka dalam model tersebut dinyatakan tidak terdapat
autokorelasi.
4.4.2. Elastisitas
Elastisitas merupakan ukuran kuantitatif untuk melihat kepekaan dejarat suatu fungsi terhadap perubahan variabel yang mempengaruhinya. Untuk
persamaan linear misalnya Y = a + bX, nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang dapat dirumuskan sebagai berikut:
E
s
= b
i
x
y
E
l
= E
s
1-a
Dimana: E
s
: Elastisitas jangka pendek b
i
: koefisien regresi dari variabel penjelas x
i
x
: Rata-rata variabel penjelas ke- i
y : Rata-rata variabel endogen ke- i
E
l
: Elastisitas jangka panjang a
: Koefisien variabel lag endogen
4.4.3. Validasi Model
Untuk melihat keeratan dan keragaman antara nilai estimasi dengan nilai aktual variabel endogen diperlukan validasi model. Kriteria statistik yang
digunakan untuk validasi nilai estimasi model antara lain adalah Root Mean Square Error
RMSE dan Root Mean Square Percent Error RMSPE . Untuk melihat seberapa jauh penyimpangan data hasil estimasi dengan nilai aktualnya
serta U-Theil untuk mengevaluasi kemampuan model dalam analisis simulasi biasanya hal ini dilakukan sebelum dilakukannya simulasi. Semakin kecil nilai
RMSE, RMSPE, dan U maka hasil estimasi model tersebut akan semakin baik Pyndick, 1991.
20000 40000
60000 80000
100000 120000
140000 160000
180000
1979 1980
1981 1982
1983 1984
1985 1986
1987 1988
1989 1990
1991 1992
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003
TAHUN TON 000
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sebaran Data dalam Grafik
5.1.1. Produksi dan Produktivitas Teh Hitam Indonesia
Produksi teh hitam Indonesia dari tahun ke tahun selama kurun waktu 1979 sampai 2003 terus mengalami fluktuasi dengan kecendrungan meningkat.
Pada saat terjadi gejolak politik dan ekonomi pada tahun 1997 produksi teh hitam Indonesia menurun. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada masa ini terjadi situasi
yang kurang kondusif bagi kegiatan produksi. Tingkat keamanan yang rawan juga situasi politik yang tidak menentu membuat produsen berhati- hati. Namun pada
tahun 1998, ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar jatuh, mencapai di atas Rp 10000 per dollar Amerika Serikat, produksi teh pun meningkat seperti terlihat
pada Gambar 2. Angka-angka tersebut masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan- lahan pertanian milik petani ya ng belum dimanfaatkan
secara intensif.
Sumber : Departemen Pertanian 2003 diolah
Gambar 2. Grafik Perkembangan Produksi Teh Hitam Indonesia