Komoditas Teh Hitam TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Teh Hitam

Bagi masyarakat Indonesia, teh sebenarnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari kita meminum teh, baik di rumah, di rumah makan, bahkan juga di pinggir jalan atau lapangan olahraga. Minuman teh juga bisa ditemukan di mana- mana di Indonesia. Menurut Spillane 1992, tanaman teh Camellia sinensis pertama kali dikenal oleh Kaisar Shen Nung di Cina pada tahun 2737 sebelum masehi, mulai ditanam di Indonesia sejak tahun 1826. Sejak sebelum perang dunia II, teh merupakan salah satu andalan ekspor komoditas perkebunan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, komoditas teh dirasakan sangat menguntungkan penjajah, sehingga pada masa itu sampai terjadi pemaksaan untuk menanamnya. Di Indonesia teh dihasilkan oleh tiga badan usaha, yaitu perkebunan besar negara PBN, perkebunan besar swasta PBS, dan perkebunan rakyat PR. Potensi paling besar dalam berproduksi dimiliki oleh perkebunan besar negara karena perkebunan ini memiliki teknik budidaya dan fasilitas pengolahan yang lebih baik dari perkebunan swasta dan perkebunan rakyat Spillane, 1992. Perkebunan besar negara tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara PTPN yang berstatus BUMN. Produksi teh Indonesia dapat digolongkan fluktuatif. Pada tahun 1990, produksi teh Indonesia tercatat sekitar 156 ribu ton. Kemudian sempat turun pada tahun 1991, kemudian naik kembali pada tahun 1992. Pada tahun 1998, ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar jatuh, mencapai di atas Rp 10000 per dollar Amerika Serikat, produksi teh pun meningkat menjadi 167 ribu ton. Akan tetapi, produksinya kemudian turun kembali pada tahun 1999. Pada tahun 2001 produksi teh Indonesia kembali mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati pada Lampiran 4. Dibandingkan keseluruhan produksi dunia yang mencapai sekitar 3 juta ton pada tahun 2002, produksi teh Indonesia terbilang relatif kecil, hanya sekitar lima persen. Akan tetapi, di sisi ekspor, teh Indonesia yang kemudian diekspor kuantitasnya besar, yaitu sekitar 100 ribu ton dari 1391900 ton jumlah teh ekspor yang beredar dari berbagai negara. Ekspor teh Indonesia pada tahun 2001 menduduki peringkat kelima setelah Sri Lanka, Kenya, RRC, dan India 1 . Hal ini dikarenakan sebagian besar produksi teh Indonesia dihasilkan untuk kepentingan ekspor, terhitung sekitar 65 persen produksi teh Indonesia dibawa ke pasar internasional bahkan menurut Suryana dan Oktaviani 1994 pada tahun 1992 persentase jumlah produk yang diekspor mencapai 82.3 persen. Dari sini dapat terlihat bahwa dalam perdagangan internasional Indonesia tercatat sebagai produsen dan pengekspor komoditi teh yang patut diperhitungkan. Menurut Siswoputranto 1976 dalam perdagangan teh dibedakan menjadi Black Tea teh hitam dan Green Tea teh hijau. Dua produk ini berbeda mutu, rasa, rupa, pasar dan cara pengolahannya. Teh hitam dihasilkan melalui proses ‘fermentasi’ sebelum pengeringan sedangkan teh hijau tidak. Jenis teh hitam adalah jenis yang paling banyak diproduksi di Indonesia sehingga banyak dari kita di Indonesia mungkin hanya mengenal jenis ini saja. Saat ini jenis teh hijau juga 1 Pasar Ekspor Teh Indonesia Digerogoti oleh Pesaing Baru, Kompas 24 oktober 2003 telah banyak diketahui orang, namun di pasaran jenis teh ini tidaklah banyak. Di kalangan sementara pihak ada kepercayaan teh hijau khasiatnya lebih tinggi ketimbang teh hitam. Akan tetapi, mantan Ketua Asosiasi Teh Indonesia ATI Rachmat Badrudin maupun Ketua ATI Insyaf Kamil berpendapat sebenarnya khasiat teh hitam dan teh hijau relatif sama, hanya karena produksi teh hijau ini di dunia memang lebih sedikit, sekitar 20 sampai 30 persen, maka sering kali dianggap teh hijau lebih unggul ketimbang teh hitam 2 . Di pasar global, pangsa pasar perdagangan teh dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu 1 Kelompok Pasar-1 yang meliputi pasar teh Polandia, Hongaria, Amerika Serikat dan Kanada 2 Kelompok Pasar-2 terdiri dari pasar Eropa Barat, Australia, Jepang, negara-negara Eropa Timur secara umum, Turki, negara-negara Amerika Utara dan Amerika Selatan secara umum, 3 Kelompok Pasar-3 meliputi pasar teh negara Pakistan, Afghanistan, Mesir, Malaysia, dan Singapura, 4 Kelompok Pasar-4 meliputi pasar teh negara Iran dan negara-negara Timur Tengah secara umum, dan 5 Kelompok Pasar-5 yang meliputi pasar teh negara- negara Irak, Siria, dan Federasi Rusia. Kebiasaan masyarakat kita minum teh jika diakumulasikan dalam setahun ternyata masih relatif rendah dibandingkan kebiasaan masyarakat Jepang, India, Inggris, atau Sri Lanka dalam mengonsumsi teh. Dalam setahun, orang Indonesia mengonsumsi teh sekitar 250-300 gram saja, atau dalam sehari teh yang kita minum rata-rata berasal kurang dari satu gram bubuk teh, sehingga dapat dimaklumi jika dikatakan bahwa apresiasi konsumen terhadap teh sebagai minuman masih rendah inferior 2 . 2 Kompas, maret 2002. Teh, temukan khasiatnya.

2.2. Penelitian Terdahulu