2.1.3.2 Unsur-unsur
Lie 2010: 31 mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar bekerja berkelompok, namun ada unsur-unsur dasar
yang dimiliki, yaitu sebagai berikut. a. Saling ketergantungan positif
Kelompok kerja yang efektif akan tercapai jika tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan oleh semua anggota kelompok.
Aronson dalam Lie, 2010: 32 memberikan batasan jumlah anggota tiap kelompok tidak lebih dari empat siswa. Hal ini supaya kerja
kelompok dapat dilakukan secara efektif. Pada model ini, penilaian dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian individu dan kelompok.
Tiap siswa dapat menyumbangkan nilai lebih yang dimilikinya untuk nilai kelompok. Dengan cara ini, siswa yang pandai tidak selalu
merasa dirugikan karena sewaktu-waktu ia akan mendapat sumbangan nilai dari teman sekelompoknya yang lain.
b. Tanggung jawab perseorangan Hal ini berarti bahwa keberhasilan tim bergantung pada hasil
pembelajaran individual dari seluruh anggota tim. Keberhasilan ini mendorong setiap anggota untuk saling bantu dan memastikan semua
teman dalam kelompoknya dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
c. Tatap muka
Tiap anggota kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi
yang menguntungkan untuk semua anggota. Pemikiran dan pendapat dari banyak kepala lebih baik daripada dari seorang saja, sehingga
hasil kerja kelompok dapat lebih efektif. d. Komunikasi antaranggota
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi tulis dan lisan. Model pembelajaran kooperatif akan
berhasil jika semua anggota kelompok dapat memberikan pendapatnya dalam menyelesaikan tugas kelompok. Perbedaan
pendapat dapat memperlancar komunikasi antaranggota kelompok. e. Evaluasi proses kelompok
Setelah melakukan beberapa kali model pembelajaran kooperatif, kelompok perlu mengevaluasi kerjanya sehingga dapat
bekerja lebih efektif untuk pembelajaran selanjutnya. Model ini dapat menjadikan suasana kelas menjadi tidak sunyi karena
terjadi percakapan antarsiswa. Ini menunjukkan adanya pembelajaran aktif di dalam kelas. Krismanto 2003: 2 mengungkapkan bahwa pada hakikatnya
pembelajaran aktif ditandai dua faktor, yaitu sebagai berikut. a. Interaksi optimal antara seluruh komponen dalam proses belajar
mengajar, yaitu antara guru dan siswa. Gambar berikut menunjukkan pembelajaran aktif di kelas.
1 → 4: interaksi rendah → interaksi tinggi
b. Berfungsi secara optimal seluruh sense yang meliputi indera, emosi, karsa, karya, dan nalar. Hal tersebut dapat berlangsung antara lain jika
prosesnya melibatkan aspek visual, audio, dan teks. Di samping adanya interaksi antara guru dan siswa atau antarsiswa di atas,
interaksi dapat juga terjadi antara siswa dengan sumber dan media belajar.
Gambar 2.1 Pembelajaran Aktif Di Kelas
Guru
Siswa Siswa
Siswa
Guru
Siswa Siswa
Siswa Guru
Siswa Siswa
Siswa
Siswa
Guru
Siswa Siswa
Siswa Siswa
Siswa
1
2
3 4
2.1.3.3 Fase