Analisis Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih

wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk perkembangan sektor ke i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Berdasarkan nilai PP, PR, PPW, maka akan didapat nilai perubahan PDRB, seperti yang dirumuskan dalam persamaan 1. Selain itu perubahan PDRB juga dapat dirumuskan sebagai berikut : = ΔYij Y’ij- Yij....................................................................................5 apabila persamaan 2, 3, 4, dan 5 disubtitusi ke persamaan 1, maka didapat PPWij PPij PRij Yij + + = Δ Y’ij-Yij = RaYij + Ri-Ra Yij + ri-RiYij Dimana : Δ Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j Yij = PDRB kabupaten sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB kabupaten sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis Ra = persentase perubahan PDRB kabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional Ri-Ra= persentase perubahan PDRB kabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional ri-Ri= persentase perubahan PDRB kabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah

4.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih

Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PPij dan pertumbuhan pangsa wilayah PPWij. Data-data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW ke dalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen pertumbuhan proporsional PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis, sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Profil pertumbuhan PDRB disajikan dalam gambar sebagai berikut. PPW Kuadran IV Kuadran I PP Kuadran III Kuadran II Gambar 4.1. Profil Pertumbuhan PDRB a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor itu juga mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena pertumbuhan sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka wilayah yang bersangkutan juga merupakan wilayah yang progresif maju b. Kuadran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian wilayah lain. c. Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain. Jadi, wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang memiliki pertumbuhan yang lambat. d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah yang lain. e. Pada wilayah II dan III terdapat garis diagonal yang memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan wilayah yang progresif. Sedangkan di bawah garis berarti suatu wilayah merupakan wilayah yang pertumbuhannya lambat. Berdasarkan nilai persen PPj dan PPWj, maka dapat diidentifikasikan pertumbuhan suatu sektor atau wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut PPj dan PPWj apabila dijumlahkan akan didapat nilai pergeseran bersih PBj yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah. PBj dapat dirumuskan sebagai berikut : PBj = PPj + PPWj Adapun, PP.j = PP1j + PP2j + PP3j + ....+ PPnj PPW.j = PPW1j + PPW2j +PPW3j +.....+ PPnj Dimana : PB.j = pergeseran bersih wilayah ke j PP.j = komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor untuk wilayah ke j PPW.j = komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor untuk wilayah ke j Pergeseran bersih sektor pada wilayah ke j dapat dirumuskan sebagai berikut : PBij = PPij + PPWij Dimana : PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah ke j PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j Persentase perubahan PDRB, PN.j, PP.j, PPW.j, dan PB.j akan mengidentifikasi pemerataan suatu sektor atau suatu wilayah dalam hal pertumbuhan. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut ; Δ PDRB.j = PDRB tahun akhir-PDRB tahun dasar 100 PDRB tahun dasar PN.j = PN.j 100 PDRB tahun dasar PP.j = PP.j 100 PDRB tahun dasar PPW.j = PPW.j 100 PDRB tahun dasar PB.j = PP.j + PPW.j 100 PDRB tahun dasar Apabila Pbij 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j termasuk dalam kelompok progresif maju. Sedangkan apabila Pbij 0, maka pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j termasuk dalam pertumbuhan lambat. Begitu pula apabila PB.j ≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PB.j ≤ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang lambat.

4.4 . Defenisi Operasional

Analisis pertumbuhan sektor ekonomi dengan menggunakan analisis Shift Share dapat dipermudah dengan menggunakan software komputer, program Microsoft Exel. Hasil perhitungan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi atau menganalisa pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data PDRB. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 menurut lapangan usaha. Data-data PDRB yang dibutuhkan adalah PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan PDRB provinsi Sumatera Utara tahun 1993 sampai 2004. Dalam kurun waktu duabelas tahun itu akan dibagi dalam tiga periode. Tahun 1993 sampai 1996 periode dimana perekonomian berada dalam kondisi sebelum krisis ekonomi. Pada periode tersebut tahun 1993 merupakan tahun dasar analisis dan tahun 1996 sebagai tahun akhir analisis. Tahun 1997 sampai 2000 periode dimana krisis melanda perekonomian Indonesia. Pada periode tersebut tahun 1997 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2000 sebagai tahun akhir analisis. Selanjutnya periode yang ketiga yaitu tahun 2001 sampai 2004, dimana pada masa itu Undang-Undang Otonomi Daerah