Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian suatu daerah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada suatu wilayah dengan menggunakan analisis Shift Share pernah dilakukan di Indonesia. Irawan 1994, menggunakan analisis shift share untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan antar wilayah di provinsi Jawa Barat tahun 1986-1990. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam pertumbuhan di beberapa wilayah Dati II Jawa Barat, yaitu Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Cirebon, Sumedang, Subang, Purwakarta, dan Karawang. Sektor industri dan jasa memegang peranan penting di daerah Bogor, Bekasi, Bandung, Tangerang, Serang, Kodya Bandung, dan Kodya Cirebon. Kodya Sukabumi dan Kodya Bogor bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa, sedangkan Kabupaten Indramayu perekonomiannya didukung oleh sektor pertambangan dan penggalian. Azman 2001, juga menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis struktur perekonomian Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat tahun 1995-1999. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur perekonomian dari sektor primer pertanian, pertambangan dan penggalian ke sektor sekunder industri dan sektor tersier jasa-jasa, perdagangan, hotel dan restoran. Akan tetapi sektor pertanian masih mendominasi dalam penyediaan lapangan kerja maupun dalam kontribusinya terhadap PDRB. Budiharsono 2001 menggunakan analisis Shift Share sebagai alat analisisnya di dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia tahun 1983-1987. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa selama 4 tahun tersebut pertumbuhan tidak merata untuk seluruh provinsi. Provinsi-provinsi yang tingkat pertumbuhannya melebihi pertumbuhan PDB Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu. Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Timor Timur. Sedangkan provinsi-provinsi yang pertumbuhannya lebih kecil dari pertumbuhan PDB adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, DI Jogjakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Budiharsono kembali mengadakan penelitian tentang analisis pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1983-1987. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor industri, utilitas, dan jasa mempunyai nilai pergeseran bersih positif, sedangkan sector pertanian mempunyai nilai pergeseran bersih yang negatif. Doni 2004 menggunakan analisis Shift Share dalam penelitiannya untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara periode 1993-2002. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pada kurun waktu 1993- 1997 perekonomian meningkat. Daerah yang paling besar pertumbuhannya adalah Kota Sibolga. Wilayah yang pertumbuhannya maju adalah Kabupaten Asahan, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Labuhan Batu, Dairi, Karo, Deli Serdang, Sibolga, Tanjung Balai, Tebing Tinggi. Pada tahun 1998-2002 juga ada pertumbuhan tapi tidak sebesar tahun 1993-1997. Pada kurun waktu ini wilayah yang tumbuh maju adalah Kabupaten Nias, Karo, Dairi, Deli Serdang, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Medan, Binjai. Ardiansyah 2004 dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Jambi sebelum dan pada masa otonomi menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah seluruh sektor ekonomi di Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Akan tetapi setelah adanya otonomi daerah seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang lambat. Jambi kalah bersaing dengan kabupaten yang lain. Selain itu dampak krisis ekonomi juga secara tidak langsung masih berpengaruh terhadap perekonomian Jambi. Restuningsih 2004 dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor perekonomian di Provinsi Jakarta pada masa krisis ekonomi daerah menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang melanda DKI Jakarta menyebabkan sebagian besar sektor ekonomi tidak dapat bersaing dengan baik, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan dan jasa. Sedangkan sektor yang dapat bersaing adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa. Berdasarkan penelitian terdahulu, ada yang menganalisis pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan wilayah pada satu kurun waktu tertentu dan ada juga yang menganalisis pertumbuhan wilayah pada dua kurun waktu. Pada penelitian ini menggunakan dua kurun waktu yaitu sebelum otonomi dan setelah otonomi daerah, tetapi dengan waktu yang berbeda dan juga kurun waktu yang dipakai juga berbeda dengan penelitian sebelumnya dan terbagi dalam tiga periode, yaitu periode pada masa sebelum krisis ekonomi tahun 1993-1996. periode pada masa krisis ekonomi tahun 1997-2000, dan periode pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004.

2.6. Kerangka Teoritis