daerah selama ini. Secara bertahap daerah mulai menyesuaikan kelembagaan, struktur organisasi, kepegawaian, keuangan dan perwakilan di daerah dengan ketentuan yang
diatur dalam UU No 22 tahun 1999 Haris, 2005.
2.2. Konsep Wilayah
Budiharsono 2001, wilayah diartikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Menurut
Hanafiah 1988, batas-batas wilayah didasarkan atas kriteria : 1.
Konsep Homogenitas Menurut konsep ini wilayah dapat dibatasi atas beberapa persamaan unsur tertentu,
seperti persamaan dalam unsur ekonomi, keadaan sosial politik, dan sebagainya. Apabila terjadi perubahan dalam satu wilayah akan berpengaruh terhadap wilayah
lainnya. 2.
Konsep Nodalitas Konsep ini menekankan pada perbedaan struktur tata ruang di dalam wilayah, dimana
terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional merupakan dasar dalam penentuan batasan wilayah. Hubungan saling ketergantungan dapat dilihat dari
hubungan antara pusat inti dengan daerah belakang hinterland. Batas wilayah nodal dapat dilihat dari pengaruh suatu inti kegiatan ekonomi jika digantikan oleh pengaruh
inti kegiatan ekonomi lainnya. Pada wilayah nodal perdagangan secara intern mutlak dilakukan. Daerah hinterland akan menjual bahan baku dan tenaga kerja pada daerah
inti untuk proses produksi. Contoh wilayah nodal yaitu DKI Jakarta dengan Botabek Bogor, Tangerang, Bekasi, Jakarta merupakan daerah inti sedangkan Botabek sebagai
daerah hinterland. Contoh lainnya adalah daerah segitiga SIJORI Singapura, Johor,
Riau, segitiga SIJORI sebagai daerah inti sedangkan Kota Jambi sebagai daerah hinterland.
3. Konsep administrasi atau unit program
Batas-batas wilayah didasarkan atas perlakuan kebijakan yang seragam, seperti sistem ekonomi, tingkat pajak yang sama, dan sebagainya. Penetapan wilayah berdasarkan
satuan administrasi, yang menyebutkan bahwa negara terbagi atas beberapa provinsi, provinsi terbagi atas beberapa kabupaten atau kota, kabupaten terbagi atas beberapa
kecamatan, dan kecamatan terbagi atas beberapa desa dalam tata ruang ekonominya. Klasifikasi wilayah dapat pula dibedakan atas dasar wilayah formal, fungsional,
dan perencanaan Hanafiah, 1988. a.
Wilayah formal adalah wilayah yang mempunyai beberapa persamaan dalam beberapa kriteria tertentu.
b. Wilayah fungsional adalah wilayah yang memperlihatkan adanya suatu
hubungan fungsional yang saling tergantung dalam kriteria tertentu, kadang- kadang wilayah fungsional diartikan juga sebagai wilayah nodal atau wilayah
polaritas yang secara fungsional saling tergantung. c.
Perpaduan antara wilayah formal dan wilayah fungsional menciptakan wilayah perencanaan. Boudeville dalam Budiharsono 2001, mengemukakan bahwa
wilayah perencanaan adalah wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dirancang
sedemikian rupa berdasarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut sehingga dapat meningkatkan kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang berada di wilayah tersebut.
Gunawan 2000 mengatakan bahwa pertumbuhan suatu wilayah seringkali tidak seimbang dengan wilayah lainnya. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :
perbedaan karakteristik potensi sumber daya manusia, demografi, kemampuan sumber daya manusia, potensi lokal dan aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan
keputusan serta aspek potensi pasar. Berdasarkan perbedaan ini, wilayah dapat diklasifikasikan menjadi empat wilayah, yaitu :
a. Wilayah maju Wilayah maju merupakan wilayah yang telah berkembang dan diidentifikasikan
sebagai wilayah pusat pertumbuhan, pemusatan penduduk, industri, pemerintahan, pasar potensial, tingkat pendapatan yang tinggi dan memiliki kekayaan sumber daya manusia
yang berkualitas. Perkembangan wilayah maju didukung oleh potensi sumber daya yang ada di wilayah tersebut maupun wilayah belakangnya hinterland dan potensi lokal
yang strategis. Sarana pendidikan yang memadai serta pembangunan infrastruktur yang lengkap. Seperti jalan, pelabuhan, alat komunikasi, dan sebagainya mengakibatkan
adanya aksesibilitas yang tinggi terhadap pasar domestik maupun internasional. b. Wilayah sedang berkembang
Wilayah ini memiliki karakteristik pertumbuhan penduduk yang cepat sebagai implikasi dari peranannya sebagai penyangga wilayah maju. Wilayah sedang
berkembang juga mempunyai tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi, potensi sumber daya alam yang melimpah, keseimbangan anatara sektor pertanian dan
industri serta mulai berkembangnya sektor jasa. c. Wilayah belum berkembang
Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah ini keberadaannya masih belum dikelola dan dimanfaatkan. Tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk masih
rendah, aksesibilitas yang rendah terhadap wilayah lainnya. Struktur ekonomi wilayah didominasi oleh sektor primer dan belum mampu membiayai pembangunan secara
mandiri. d. Wilayah tidak berkembang
Karakteristik wilayah ini diidentifikasikan dengan dengan tidak adanya sumber daya alam, sehingga secara alamiah tidak berkembang. Selain itu, tingkat kepadatan
penduduk, kualitas sumber daya manusia dan tingkat pendapatan masih tergolong rendah. Pembangunan infrastruktur pun tidak lengkap, sehingga aksesibilitas pada
wilayah lainpun sangat rendah.
2.3. Konsep Pembangunan Wilayah