Tjokriamidjojo 1979 menambahkan bahwa pada akhirnya pembangunan wilayah menuju pada pembangunan nasional. Berdasarkan anggapan tersebut,
pembangunan wilayah memiliki tiga aspek, yaitu : 1.
Berkaitan dengan permasalahan wilayah tersebut maupun permasalahan sektor ekonomi di dalamnya.
2. Pada wilayah tertentu, permasalahan wilayah tersebut dapat diatasi dengan
adanya pemenuhan kebutuhan secara potensial. 3.
Pembangunan wilayah menuju pada pembangunan nasional. Anwar 1996, mengemukakan bahwa pembangunan wilayah diarahkan pada
tiga tujuan, yaitu:
1. Pertumbuhan growth
Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan tercapai dengan adanya pengalokasian sumber daya alam dan sumber daya manusia secara maksimal, sehingga dapat
meningkatkan kegiatan yang produktif. 2.
Pemerataan equity Seluruh masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.
3. Berkelanjutan sustainability
Pemanfaatan sumber daya yang diperoleh baik melalui sistem pasar maupun di luar sistem pasar tidak melebihi kapasitas produksi yang ada.
2.4. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad 1999, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi dalam wilayah tersebut. Perencanaan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan
pengembangan usaha-usaha baru. Jhingan 2002, menjelaskan syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah
bahwa proses bertumbuhnya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan
material harus muncul dari warga masyarakatya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diintimidasi oleh daerah luar.
Ada sejumlah teori yang menerangkan mengapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antar daerah. Teori yang umum yang digunakan adalah teori
basis, teori lokasi, dan teori daya tarik industri Tambunan, 2001 a.
Teori Basis Ekonomi Teori ini menjelaskan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi sektor industri di suatu daerah yang menggunakan
sumber daya produksi lokal, temasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya yang diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan lapangan kerja di daerah tersebut.
b. Teori Lokasi
Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu daerah. Lokasi usaha ditentukan berdasarkan tujuan perusahaan,
untuk mendekati bahan baku atau mendekati pasar. Inti dari pemikiran ini didasarkan sifat rasional manusia yang cenderung mencari keuntungan yang
setinggi-tingginya dengan biaya serendah mungkin. Oleh karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungan dan
meminimalkan biaya produksinya. c.
Teori Daya Tarik Industri Upaya pengembangan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan
industri-industri apa yang tepat untuk dikembangkan, ini adalah masalah membangun portofolio industri di suatu daerah. Faktor-faktor daya tarik lainnya
adalah produktifitas, industri-industri kaitan, daya saing di masa depan, spesialisasi industri, potensi ekspor, dan prospek bagi permintaan domestik.
Haeruman dalam Soegijoko 1997, menyatakan bahwa pembangunan ekonomi biasanya miliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian fungsi
ekologis alam untuk menghasilkan jasa lingkungan. Intinya bahwa tujuan pembangunan ekonomi selain menghasilkan output juga memperhatikan keberlangsungan sumber
daya alam untuk pemanfaatan pada waktu mendatang atau lebih dikenal dengan istilah pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu tujuan yang
dilatarbelakangi dengan suatu visi dimana terdapat keseimbangan dalam keterkaitan
antara ekonomi, sosial, dan lingkungan guna membangun suatu masyarakat yang stabil, makmur dan berkualitas.
Pengembangan metode untuk menganalisis perekonomian suatu daerah sangat penting guna memperoleh informasi tentang perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
daerah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah. Namun demikian, menurut Arsyad 1999, dalam menganalisis perekonomian suatu daerah akan ditemukan beberapa kesulitan, antara
lain : a.
Data tentang daerah terbatas terutama kalau daerah dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal daerah-daerah yang memiliki perbedaan dalam
struktur tata ruang dalam wilayah, tetapi masing-masing daerah satu sama lain terdapat saling ketergantungan secara fungsional. Dengan data yang sangat
terbatas sangat sukar untuk menggunakan data yang telah dikembangkan dalam memberikan gambaran mengenai perekonomian suatu daerah.
b. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk
analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar untuk dikumpulkan, sebab
perekonomian daerah lebih terbuka dibandingkan perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan keluar dari
suatu daerah sukar diperoleh. d.
Bagi negara sedang berkembang, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum, data tersebut banyak yang sulit untuk dipercaya,
sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian suatu daerah.
2.5. Penelitian Terdahulu