Brand Association Aplikasi Metode Structural Equation Modelling (SEM) dalam Menganalisis Ekuitas Merek Produk Sosis

32 identitas merek dan berusaha mengkaitkannya dengan kelas produk tertentu Durianto et al, 2004b, dan Rangkuti, 2002. Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti berikut: Gambar 7. Piramida Tingkat Brand Awareness Durianto et al, 2004a dan Rangkuti, 2002. Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai Durianto et al, 2004a. Menurut Durianto et. al 2004b, sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Diiklankan secara luas. 2. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu. 3. Jangkauan distribusi yang luas. 4. Merek tersebut dikelola dengan baik.

II. Brand Association

Asosiasi merek adalah bagaimana sebuah merek dikenal oleh konsumen. Orang akan cenderung memilih mengonsumsi produkjasa yang dia kenal baik dan dia tahu kualitasnya. Semakin dalam pemahaman orang mengenai sebuah merek, semakin tinggi kecenderungannya memilih produkjasa itu. Semua proses ini terjadi di otak manusia, dimana konsumen secara naluri melakukan Top Of Mind Unaware of Brand Brand Recognition Brand recall 33 perbandingan antar beberapa pilihan yang dia kenal. Dalam proses inilah, asosiasi yang melekat pada sebuah merek menjadi penentu pilihan Majalah SWA Sembada no.1521 Juli-3 Agustus 2005, hal.66, tahun 2005. Menurut Aaker 1996 dalam Rangkuti 2002, pengertian asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakkan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan brand personality kepribadian merek Rangkuti, 2002. Gambar 8. Nilai Asosiasi Merek Rangkuti, 2002. III. Brand Perceived Quality Menurut David A. Aaker dalam Durianto et.al 2004a, menyatakan bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek. Membantu prosespenyusunan informasi . Diferensiasiposisi. Alasan untuk membeli Menciptakan sikap positif Brand Association Basis perluasan 34 Persepsi kualitas memiliki atribut penting yang dapa diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti: 1. Kualitas aktual atau obyektif. Perluasan ke suatu bagian dari produkjasa yang memberikan pelayanan lebih baik. 2. Kualitas isi produk. Karakteristik dan kuantitas unsur, bagian, atau pelayanan yang disertakan. 3. Kualitas proses manufaktur. Kesesuaian dengan spesifikasi; hasil akhir yang tanpa cacat zero defect. Durianto et.al, 2004a. Mengacu pada pendapat David A. Garvin dalam Durianto et.al 2004b, dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, yaitu: 1. Kinerja : melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. 2. Pelayanan : Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. 3. Ketahanan : Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. 4. Keandalan : Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Karakteristik poduk : Bagian-bagian tambahan dari suatu produk. 6. Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. 7. Hasil : mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Durianto et.al, 2004b.

IV. Brand Loyalty