Brand Loyalty Elemen Ekuitas Merek

34 Persepsi kualitas memiliki atribut penting yang dapa diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti: 1. Kualitas aktual atau obyektif. Perluasan ke suatu bagian dari produkjasa yang memberikan pelayanan lebih baik. 2. Kualitas isi produk. Karakteristik dan kuantitas unsur, bagian, atau pelayanan yang disertakan. 3. Kualitas proses manufaktur. Kesesuaian dengan spesifikasi; hasil akhir yang tanpa cacat zero defect. Durianto et.al, 2004a. Mengacu pada pendapat David A. Garvin dalam Durianto et.al 2004b, dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, yaitu: 1. Kinerja : melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. 2. Pelayanan : Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. 3. Ketahanan : Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. 4. Keandalan : Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Karakteristik poduk : Bagian-bagian tambahan dari suatu produk. 6. Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. 7. Hasil : mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Durianto et.al, 2004b.

IV. Brand Loyalty

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun 35 atribut yang lain. Durianto et. al, 2004b. Loyalitas merupakan hasil akumulasi pengalaman penggunaan produk. Tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut : 1. Switcher Price Buyer Pembeli yang berpindah-pindah. Merupakan tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal semua merek dianggap memadai. 2. Habitual Buyer Pembeli yang bersifat kebiasaan. Pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Mereka membeli suatu merek karena faktor kebiasaan. 3. Satisfied Buyer Pembeli yang puas dengan biaya peralihan. Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost biaya peralihan. 4. Likes the Brand Menyukai merek. Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. 5. Commited Buyer Pembeli yang berkomitmen. Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Duriato et. al, 2004b. Fungsi brand loyalty bagi perusahaan adalah, reduced marketing cost mengurangi biaya pemasaran, trade leverage meningkatkan perdagangan, attracting new customers menarik minat pelanggan baru, dan provide time to respond to competitive threats memberi waktu untuk menghadapi ancaman persaingan Durianto et. al, 2004a.

V. Cause Marketing

Menurut Kertajaya 2004, ada elemen lain yang dapat meningkatkan ekuitas suatu merek, yakni cause marketing. Cause marketing adalah aktivitas pemasaran yang mencakup segala hal yang terkait dengan upaya mengetahui siapa 36 sebenarnya pelanggan perusahaan, apa yang sebenarnya penting bagi mereka, dan menunjukkan diri bahwa perusahaan merasakan hal yang sama. Banyak perusahaan yang memang mendapatkan manfaat yang besar dari cause marketing yang mereka lakukan. Menurut survei yang dilakukan oleh ConeRope di Amerika Serikat tahun 1999 dalam Kertajaya 2004, menyatakan bahwa terdapat 83 warga AS yang memiliki citra positif terhadap perusahaan yang peduli terhadap isu-isu penting yang terdapat di masyarakat. 23 dari warga AS menyatakan, apabila produk dan harganya sebanding, mereka akan memilih merek-merek yang peduli isu-isu penting yang mereka hadapi. Bahkan 68 dari mereka tidak keberatan membayar lebih untuk merek-merek yang peduli isu-isu penting. Menurut Jed Pearsall, di dalam Kertajaya 2004 menyatakan bahwa, semakin lama banyak orang yang cenderung resisten terhadap iklan. Tidak hanya itu, mereka justru menuntut agar perusahaan mau terlibat dalam isus-isu penting dalam masyarakat. Prinsip cause marketing ini selaras dengan emotional branding . Pada akhirnya, cause marketing dapat meningkatkan ekuitas merek, sekaligus menciptakan forum yang membuat hubungan antara pelanggan dan perusahaan semakin dalam Kertajaya, 2004.

E. Bauran Pemasaran

Menurut Kotler 1997 bauran pemasaran adalah campuran dari variabel- variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha dan Irawan 1990, marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni : Produk, Struktur harga, Kegiatan promosi, dan Sistem distribusi. Di dalam situs marketingteacher.com menyatakan bahwa pada umumnya bauran pemasaran terdiri dari 4 P, yaitu product, price, place, dan promotion. Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan variabel atau kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan pada target pasar atau pasar sasaran. Variabel-variabel tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan untuk mendapatkan kombinasi bauran pemasaran. Bauran 37 pemasaran yang efektif menjadi basis strategi perusahaan dalam pelaksanaan program pemasarannya. Penetapan strategi bauran pemasaran pada dasarnya dilakukan setelah perusahaan melakukan kegiatan segmentasi, penentuan pasar sasaran dan pemosisian produk. Menurut Boone dan Kurtz 1997, bauran pemasaran merupakan perpaduan empat jenis strategi yang digunakan dalam membuat keputusan dengan tujuan memuaskan konsumen. Keempat jenis strategi tersebut adalah : 1. Strategi produk; dimana keputusan yang dibuat mencakup desain kemasan, jenis produk, merek, jaminan dan pengembangan produk baru. Strategi ini juga mempertimbangkan kepuasan konsumen dalam manfaat produk dan pelayanan. 2. Strategi distribusi; dititikberatkan pada distribusi fisik produk dan pemilihan saluran pemasaran yang tepat. 3. Strategi harga; sangat penting bila keadaan pasar ditandai oleh adanya persaingan monopolis dan oligopolis. 4. Strategi promosi; dimana terjadi komunikasi antara produsen dan konsumen, produsen harus mampu memadukan aspek-aspek yang mempengaruhi strategi promosi sehingga dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Menurut Angipora 1999, marketing mix adalah perangkat variabel- variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran target market. Konsep marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi permintaan akan produknya. McCarty dalam Kotler 1997 memperkenalkan bauran pemasaran ke dalam 4P yaitu, produk, harga, promosi, dan tempat atau saluran distribusi. Variabel yang paling mendasar dari pemasaran adalah produk yang merupakan tawaran nyata terhadap pasar, meliputi ciri-ciri dan wujud produk, kemasan, merek dan kebijakan pelayanannya. Variabel keputusan lainnya adalah harga, harga perlu disesuaikan dengan nilai produk yang ditawarkan menurut pandangan konsumen. Tempat place menunjukkan kegiatan yang diusahakan oleh perusahaan agar produk tersedia dan dapat diperoleh bagi konsumen, sedangkan promosi menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan 38 untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut Kotler, 1997. Lovelock dan Wright 2005, memperkenalkan bauran pemasaran ke dalam 7P, yakni selain elemen-elemen produk, tempat dan waktu, promosi dan edukasi, harga, lalu ditambahkan lagi dengan proses, orang dan bukti fisik. Di dalam situs marketingteacher.com, proses merupakan elemen lain dari bauran pemasaran. Dalam suatu sistem pemasaran yang utuh terdapat beberapa tahapan proses yang saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Untuk tujuan dari sebuah bauran pemasaran, proses adalah sebuah elemen pelayanan yang melihat dari sudut pandang pengalaman konsumen terhadap penawaran sebuah organisasi. Pada dasarnya setiap proses dalam sebuah sistem pemasaran memiliki tahapan masukkan input stages dan tahapan keluaran output stages, dan pemasaran itu sendiri akan memberikan nilai tambah untuk setiap tahapan proses pemasaran tersebut. situs marketingteacher.com. Menurut Lovelock dan Wright 2005, lima dimensi kualitas yang digunakan oleh konsumen adalah sebagai berikut : 1. Kehandalan : Apakah perusahaan mampu menghasilkan produk yang andal seperti yang dijanjikan dari waktu ke waktu? 2. Keberwujudan : Seperti apa fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi perusahaan tersebut? 3. Daya tanggap : Apakah karyawan perusahaan tersebut senang membantu dan mampu menyediakan produk dengan cepat? 4. Jaminan : Apakah karyawan perusahaan tersebut memiliki cukup pengetahuan, sopan, kompeten, dan dapat dipercaya? 5. Empati : Apakah perusahaan tersebut memberikan perhatian yang besar dan khusus? Orang adalah elemen paling penting dari segala yang terkait dengan pelayanan. Dalam masalah pelayanan, umumnya konsumen membeli sesuatu dari orang yang mereka suka, oleh karenanya sikap, keahlian, dan penampilan dari seluruh staf harus diutamakan situs marketingteacher.com. 39 Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menambah keahlian dan menambahkan nilai pengalaman dari sumber daya manusia, sebagai bagian dari strategi bauran pemasaran. Langkah-langkah tersebut adalah pelatihan training, kemapuan menjual individu personal selling, pelayanan pelanggan customer service situs marketingteacher.com. Aspek bauran pemasaran yang lain adalah, bukti fisik physically evidence . Physical evidence adalah salah satu bagian dalam melakukan komunikasi ke konsumen. Beberapa contoh dari physical evidence, adalah sebagai berikut : 1. Desain kemasan, dan kemasannya. 2. Internet atau halaman Web web pages. 3. Paperwork seperti tiket. 4. Brosur. 5. Seragam karyawan. 6. Business card. 7. Bentuk bangunan dari perusahaan tersebut. 8. Mailboxes dan yang lainnya. situs marketingteacher.com.

F. Model Persamaan Struktural SEM

Model persaman struktural terdiri atas persamaan pengukuran dan persamaan struktural. Hubungan antar variabel indikator dengan variabel latennya merupakan persamaan pengukuruan sedangkan hubungan antara variabel laten dikenal sebagai persamaan struktural. Model persamaan struktural melibatkan sejumlah simbol-simbol matematis greek, terutama model persamaan struktural ala Prof. Karl G. Joreskog dn Prof. Dag Sorbom menggunakan simbol-simbol matematis yang cukup banyak. Hal ini dilihat simbol-simbol tersebut mewarnai paket program LISREL 8.54. Model persamaan struktural : z = B x z + T x E + k Model persamaan pengukuran untuk Y : y = ΛY x z + e Model persamaan pengukuran untuk X : x = ΛX x E + f 40 Notasi-notasi pada persamaan didefinisikan sebagai berikut : Y = adalah vektor variabel endogen yang dapat diamati berukuran p x 1 X = adalah vektor variabel eksogen yang dapat diamati berukuran q x 1 z = adalah vektor random dari variabel laten endogen berukuran m x 1 E = adalah vektor random dari variabel laten eksogen berukuran n x 1 e = adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam Y berukuran p x 1 f = adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam X berukuran q x 1 ΛY = adalah matriks koefisien regresi Y atas z berukuran p x m ΛX = adalah matriks koefisien regresi X atas E berukuran q x m T = adalah matriks koefisien variabel E dalam persamaan struktural berukuran m x n B = adalah matriks koefisien variabel z dalam persamaan struktural berukuran m x m k = vektor kekeliruan persamaan dalam hubungan struktural antara z dan E berukuran m x 1 Bechrudin dan Tobing, 2000. Menurut Bechrudin dan Tobing 2000 model persamaan struktural juga memerlukan diagram jalur. Berikut ini beberapa perjanjian dan notasi yang digunakan dalam diagram jalur : 1. Variabel-variabel X dan Y yang dapat diamati atau variabel indikator dinyatakan di dalam kotak. 2. Variabel-variabel laten E dan z dinyatakan di dalam lingkaran atau elips. 3. Variabel-variabel kekeliruan e , f , dan k muncul dalam diagram kausal, tetapi diluar kotak atau lingkaran. 4. Tanda panah satu arah antara dua variabel dalam diagram kausal menunjukkan hubungan kausal langsung antara satu variabel terhadap variabel lain. Tanda panah double headed menunjukkan hubungan korelatif. Panah satu arah digambar dengan garis lurus, dan panah dua arah digambarkan dengan garis lengkung atau garis lurus. 5. Terdapat perbedaan yang mendasar antara variabel-variabel laten eksogen dan variabel-variabel laten endogen, yaitu : 41 - Tidak ada tanda panah satu arah terhadap variabel E . - Semua tanda panah satu arah terhadap variabel z berasal dari variabel E dan z. 6. Tidak ada tanda panah antara dua variabel memiliki arti bahwa dua variabel tersebut diasumsikan tidak ada hubungan langsung. 7. Koefisien secara eksplisit tidak tercantum pada tanda panah diasumsikan koefisiennya bernilai satu. Menurut Bechrudin dan Tobing 2000, urutan teknik dan aplikasi SEM dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Membentuk Path Diagram Diagram Jalur. Diagram Jalur adalah sebuah gambar yang menampilkan hubungan relationship yang lengkap dari sekelompok konstruk construct. Garis lurus dengan panah menunjukkan bahwa variabel sumber panah adalah variabel independen dan variabel yang dikenai panah adalah variabel dependen. 2. Menerjemahkan Diagram Jalur Path Diagram ke dalam persamaan. Terdapat dua kelompok persamaan matematis yang harus dibuat dalam SEM, yaitu structural model model struktural dan measurement model model pengukuran. Dengan demikian, secara umum teknik di dalam pembentukan model SEM terbagi menjadi dua yaitu : a. Mengestimasi beberapa persamaan yang saling berhubungan secara simultan structural model. Structural model adalah bagian dari SEM yang menampilkan hubungan antara variabel-variabel konstruk construct. Ada dua jenis sifat dalam structural model yaitu: -Variabel eksogen : adalah variabel konstruk construct yang menjadi variabel independen, yaitu variabel yang tidak diprediksi oleh variabel konstruk yang lain. -Variabel Endogen : adalah variabel konstruk yang menjadi variabel dependen, yang diprediksi oleh variabel konstruk yang lain. 42 b. Merepresentasikan variabel konstruk berdasarkan variabel observasi measurement model. Secara definisi model pengukuran measurement model adalah bagian dari SEM yang menspesifikasikan indikator variabel observed untuk setiap variabel konstruk, serta menghitung nilai reliabilitas untuk konstruk tersebut. Maka indikator pada model penelitian riset ekuitas merek ini adalah top of mind brand puncak pikiran merek, top of mind advertising puncak pikiran iklan, associations asosiasi, perceived quality persepsi kualitas, leadership kepemimpinan, switching cost biaya perpindahan merek, premium price harga optimum, measuring satisfaction pengukuran kepuasan, measuring liking the brand pengukuran kesukaan terhadap merek, dan measuring commitment pengukuran komitmen.

G. Tata Cara Kerja Penelitian

Menurut Singarimbun et.al 1995, penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hasil akhirnya, melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya, dapat dilihat pada Lampiran 3. Jadi hal yang sangat penting bagi peneliti adalah minat untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan menggali kepustakaan. 3. Pengambilan sampel. 4. Pembuatan kuesioner. 5. Pekerjaan lapangan, memilih dan melatih pewawancara. 6. Pengolahan data. 7. Analisa dan pelaporan. Singarimbun et. al, 1995. 43

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penelitian mengenai analisis ekuitas merek produk sosis ini menggunakan dua merek produk sosis yang cukup dikenal dan diketahui oleh masyarakat, yakni merek sosis Kimbo, sedanggkan merek sosis Farmhouse sebagai pembanding. Kedua merek ini diproduksi oleh perusahaan makanan olahan yang cukup terkenal. Sosis merek Kimbo diproduksi oleh PT. Madusari Nusaperdana, sementara itu sosis merek Farmhouse diproduksi oleh PT. San Miguel Pure Food Indonesia.

A. PT. Madusari Nusaperdana.

PT. Madusari Nusaperdana didirikan pada tanggal 5 Mei 1994, dengan ijin industri dan perdagangan No.20Kanwil.10.18.10IKAHbIZ.00.03II2001, SIUP No.410-46610-08SIUPX1998. PT. Madusari Nusaperdana berlokasi di daerah Jababeka Industrial Estate, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, yang tepatnya terletak di Jl. Jababeka VII blok J No. 5N-5O, Cikarang Industrial Estate-Bekasi 17530. Pada bulan April 1995, PT Madusari Nusaperdana memperluas usahanya dengan memproduksi produk daging olahan berupa sosis sapi dan Beef Frank merek “Kimbo”, dengan rata-rata produksi sekitar 10 kghari. Jumlah produksi rata-rata produk daging olahan PT. Madusari Nusaperdana adalah sekitar 3,5 – 4,0 tonhari. Pada bulan Desember 2001, PT. Madusari Nusaperdana memperoleh sertifikat HACCP dari badan standarisasi SGS, dan Assessment ISO dilakukan oleh SGS pada tanggal 25-26 Maret 2002. Pada bulan April 2002, PT. Madusari Nusaperdana memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. Diperolehnya dua buah sertifikat dalam sistem pengendalian mutu, maka PT. Madusari Nusaperdana memberikan kepastian mutu yang mantap terhadap produk daging olahan yang diproduksinya. Dengan demikian perusahaan berusaha untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja. Produk yang dihasilkan sesuai dengan motto perusahaan yaitu “Great taste, More variety, Better value”. Produk daging olahan yang diproduksi oleh PT. Madusari Nusaperdana dipasarkan dengan merek dagang “Kimbo”, “Vigo”, “Fino”, dan “Madusarifood”. 44

B. PT. San Miguel Pure Food Indonesia

San Miguel Pure Food Inc., adalah perusahaan makanan olahan terbesar yang ada di Filipina, dengan jumlah seluruh karyawannya yang mencapai 3000 orang, yang tersebar di berbagai jaringan seperti perkantoran, pertanian, pabrik, bagian pengolahan, dan pada bagian pendistribusian. San Miguel Pure Food Inc. mulai memproduksi makanan olahan pada tahun 1956, ketika itu para eksekutif perusahaannya membangun fasilitas pabrik makanan olahan yang lengkap di daerah Mandaluyong, untuk memproduksi makanan olahan termasuk sosis dalam situs sanmiguelpurefood.com . San Miguel Pure Foods Indonesia sebagai produsen produk makanan Farmhouse Vida, akan memperluas pemasaran ke manca negara untuk meningkatkan penjualan 10 dari rata-rata kinerja pertahunnya yang mencapai Rp1 triliun. Marketing and Business Development Division Manager, Richard Panjaitan mengatakan rencana ekspor tinggal tahapan implementasi, ke Vietnam, Malaysia, Thailand, Australia, serta negara Eropa. “Potensi pasar luar negeri sangat besar dan kami yakin bisa diterima karena produk San Miguel telah mendapatkan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point HACCP,” ujarnya kemarin. Apalagi, lanjutnya, merek San Miguel telah menguasai pasar di Philipina dan Asia Pasifik sejak puluhan tahun. Selain itu, San Miguel juga akan ekspansi produknya ke beberapa negara muslim karena produk San Miguel telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI dan terdaftar di Badan POM. Selama ini, Richard mengatakan orientasi baru sebatas pasar dalam negeri. Produk San Miguel telah mendominasi pasar modern dan tradisional di seluruh Jawa, Bali, Makassar, Medan, Batam, Lampung dan sebagainya.Untuk menjawab kebutuhan pasar, kapasitas produksi San Miguel saat ini mencapai 60 metrik ton daging per hari yang didatangkan dari Australia karena produksi daging dalam negeri tidak mencukupi dalam situs nafed.go.id. 30

IV. METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Menurut Singarimbun et. al. 1995, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah penelitian dan menetukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. 3. Pengambilan sampel. 4. Pembuatan kuesioner. 5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. 6. Pengolahan data. 7. Analisa dan pelaporan. Metode penelitian yang digunakan adalah :

1. Metode penarikan contoh

Riset ini dilakukan dengan menggunakan kaidah kuantitatif dengan melakukan wawancara tatap muka dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan pada wilayah pemukiman penduduk yang merupakan konsumen rumah tangga. Menurut Maholtra dalam Simamora 2004, proses sampling mengikuti tahap-tahap berikut ini : a. Tentukan target populasi. b. Tentukan kerangka sampling. c. Pilih teknik sampling yang sesuai. d. Tentukan jumlah sampel. e. Lakukan proses sampling. 1.1. Menentukan target populasi. Unit sampel : Rumah tangga yang tinggal di lima kompleks perumahan di wilayah Cibubur. Populasi kompleks perumahan yang ditetapkan adalah Puri Sriwedari Cibubur, Raffles Hills, Taman Laguna Cibubur, Kota Wisata, dan Kota Legenda. 31 Elemen : Para decision maker dalam keluarga, hal ini dikarenakan seorang decision maker dalam rumah tangga adalah orang yang menentukan pembelian suatu produk, terutama produk rumah tangga. Berusia antara 25-40 tahun, karena diasumsikan pada usia tersebut seorang responden dapat menilai sesuatu dengan tepat dan rasional. Responden tersebut harus memiliki anak, karena diasumsikan umumnya produk sosis dalam rumah tangga dikonsumsi oleh anak- anak, atau keluarga yang telah memiliki anak, dengan usia minimal 5 tahun. Tingkatan : Responden yang dituju harus masuk ke dalam kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan, merek Kimbo merupakan merek produk premium, begitu juga dengan merek pesaingnya yakni Farmhouse. Scoop : Wilayah Cibubur. Waktu : Tahun 2006. 1.2. Menentukan kerangka sampling. Gambar 9. Kerangka Sampling Wilayah Penelitian. CIBUBUR Puri Sriwedari Cibubur Raffles Hills Kota Wisata Kota Legenda Taman Laguna Responden di rumah tangga Quota Sampling 50 responden 20 responden 40 responden 40 responden 50 responden 32 1.3. Menentukan teknik pengambilan sampel. Pada kerangka sampling sebelumnya, teknik sampling yang digunakan adalah adalah non-probability sampling. Untuk penentuan lokasi lima kompleks perumahan di Cibubur digunakan teknik quota sampling, dimana peneliti memeriksa variabel-variabel segmentasi populasi, misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan dan pengeluaran. Variabel ini disebut kategori pengendali ataupun kuota. Kemudian responden dipilih secara convenience atau judgement. Syaratnya, proporsi sampel harus sama dengan proporsi target populasi. Dalam pemilihan rumah-rumah responden yang diberikan kuisioner, dilakukan secara sembarang hingga memenuhi jumlah sampel responden yang diharapkan 200 orang. 1.4. Menentukan jumlah sampel. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus Simamora, 2004 : n = Z α2 . S E 2 Keterangan : n = jumlah sampel. Z α2 = nilai Z,tingkat keyakinan 95 . S = standar deviasi. E = Error yang diharapkan. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang digunakan sebagai berikut : Z α2 = 95 1,96 E = 5 S = 0,36 Maka pada penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 200 responden 33

2. Metode uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan sejumlah kuesioner terlebih dahulu, untuk selanjutnya akan diuji lebih lanjut. a. Uji Validitas Menurut Simamora 2004, uji validitas akan dilakukan dengan metode analisis butir. Prosedurnya adalah, skor butir-butir pertanyaan sebagai variabel X dikorelasikan dengan skor total sebagai variabel Y. Dari koefisien korelasi yang dihasilkan dapat ditentukan butir pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid dan harus diganti. Syarat sebuah butir pertanyaan dianggap valid adalah jika koefisien korelasinya dianggap signifikan. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini akan digunakan metode Spearman-Brown dan metode korelasi product moment. Adapun menurut Simamora 2004, rumus dari metode Spearman-Brown ini adalah : r 11 = 2 x r 1211 1 + r 1211 Keterangan : r 11 = reliabilitas kuesioner. r 1211 = r xy yang disebutkan sebagai koefisien korelasi antara dua belahan kuesioner. Sedangkan menurut Simamora 2004, untuk rumus metode korelasi product moment , akan digunakan rumus : r xy = N ∑XY – ∑X∑Y N∑X 2 - ∑X 2 N ∑Y 2 - ∑Y 2 0.5 Jadi dengan metode ini kuesioner yang reliabel adalah jika kuesioner tersebut reliabel pada tingkat keyakinan 95 karena r xy r product moment. 34

3. Metode pengumpulan data

Untuk pengumpulan data primer, dilakukan dengan teknik komunikasi tidak langsung, yakni dengan melakukan penyebaran kuesioner pertanyaan terstruktur yang dilakukan dari rumah ke rumah door to door, serta menggunakan teknik komunikasi langsung yaitu melalui wawancara langsung dengan pihak supermarket atau outlet yang menjual produk sosis Kimbo dan Farmhouse. Data- data yang akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak outlet adalah mengenai data harga produk merek Kimbo dan Farmhouse, data total penjualan merek Kimbo dan Farmhouse, serta data mengenai variasi produk merek Kimbo dan Farmhouse yang dijual di outlet tersebut. Untuk supermarket dan outlet yang dipilih, adalah yang terletak di kawasan Cibubur, karena diasumsikan bahwa konsumen-konsumen di Cibubur lebih sering berbelanja di lokasi tersebut. Adapun, untuk supermarket dan outlet yang akan dijadikan acuan adalah, Hypermart cabang Cibubur Junction, Superindo cabang Plasa Cibubur, Alfamart, Indomaret, dan Hero cabang Citra Grand. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan bagian marketing pihak perusahaan PT. Madusari Nusaperdana selaku produsen produk sosis merek Kimbo. Sementara itu, untuk pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan teknik studi dokumenter yakni melalui data pada penelitian-penelitian terdahulu, hasil riset lembaga marketing AC Nielsen Indonesia, dan hasil riset lembaga marketing Frontier Indonesia.

4. Metode pengolahan dan analisis data

Data kuantitatif pada penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 13.0 untuk memudahkan pengolahan data. Untuk analisis data menggunakan metode Structural Equation Modelling SEM digunakan program khusus yakni LISREL 8.30. Digunakannya metode Structural Equation Modelling SEM, karena metode ini dapat menganalisis seberapa besar pengaruh korelasi elemen-elemen ekuitas merek yang diteliti terhadap ekuitas merek itu sendiri. Sehingga nantinya dapat diketahui besarnya nilai ekuitas merek yang diteliti, yang dapat mengindikasikan keberhasilannya dalam persaingan pasar. 35

5. Kerangka penelitian

Penelitian mengenai ekuitas merek ini akan menggunakan dua macam kerangka penelitian, yakni kerangka penelitian global Gambar 10 dan kerangka penelitian untuk metode Structural Equation Modelling Gambar 11. Ruang lingkup dari penelitian adalah membahas mengenai kelima elemen ekuitas merek, seperti bisa dilihat pada kerangka penelitian global Gambar 10, peneliti hanya akan membahas mengenai elemen-elemen ekuitas merek beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti Brand Awareness kesadaran merek BAWAR dengan faktor-faktornya yaitu: top of mind brand TOM dan brand advertising TOMAD, Brand Association asosiasi merek ASSBRAND dengan faktor-faktornya yaitu: perceived value PERVAL, brand personality BRNDPER, dan organizations association ORGASSC, Perceived Quality persepsi kualitas merek PERQUAL dengan faktor-faktornya yaitu: persepsi kualitas PERQUAL, leadershippopularity LEADER, Brand Loyalty loyalitas merek BLOYAL dengan faktor-faktornya yaitu: optimum price OPTPRICE, dan satisfaction SATISF. Pada kerangka penelitian baik untuk yang global maupun yang SEM, cause marketing merupakan dampak dari tinggi atau rendahnya nilai ekuitas suatu merek. Cause marketing dengan faktor-faktornya yaitu: Seberapa besar perhatian sebuah merek terhadap isu penting dalam masyarakat BRNDCARE, dan bagaimana hubungan antara pelanggan dengan merek RELATION. Pada kerangka penelitian metode Structural Equation Modelling Gambar 11, keempat elemen ekuitas merek tersebut akan memiliki nilai-nilai, yang menunjukkan seberapa besar pengaruhnya terhadap ekuitas merek itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelima elemen ekuitas tersebut, juga dianalisis seberapa besar pengaruhnya. Pada kerangka penelitian metode Structural Equation Modelling Gambar 11, variabel γ n , λ n , dan δ n menunjukkan nilai besarnya pengaruh masing-masing elemen ekuitas merek dan faktor yang mempengaruhinya, terhadap ekuitas merek tersebut. Produk yang akan diteliti adalah produk daging olahan sosis, dan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah produk sosis merek Kimbo dan merek pesaingnya yakni, Farmhouse. Penelitian ini akan menganalisis ekuitas merek dari 36 empat elemen penyusun ekuitas merek itu sendiri, yakni kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas merek dan loyalitas merek. Penelitian ini akan menganalisis ekuitas merek yang terkuat, khususnya antara produk sosis merek Kimbo dan produk sosis merek Farmhouse. Kemudian, hasilnya akan menjadi informasi bagi PT. Madusari Nusaperdana selaku produsen sosis merek Kimbo, dalam menentukan strategi bauran pemasaran yang tepat dan efektif.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jakarta Timur, khususnya wilayah Cibubur. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat bulan terhitung dari Maret 2006 sampai dengan Juli 2006. 37 Gambar 10. Kerangka Penelitian Global Asosiasi Merek Loyalitas Merek Persepsi Kualitas Merek Kesadaran Merek Produk Sosis Ekuitas Merek Sosis Merek Sosis Kimbo dan Merek Sosis Farmhouse yang ada di swalayan Cause Marketing 1. Top of mind brand. 2. Brand advertising. 1. Perceived value. 2. Brand personality. 3.Organizational Association. 1. Persepsi kualitas 2. Leadershippopularity 1. Meningkatnya perhatian sebuah merek terhadap isu penting dalam masyarakat. 2. Terjalinnya hubungan antara pelanggan dengan merek relationship. 1. Optimum price. 2. Satisfaction kepuasan. Informasi untuk PT.Madusari Nusaperdana produsen Kimbo Implikasi Terhadap Bauran Pemasaran Ekuitas Merek Terkuat 38 T T O O M M B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F B B R R N N D D C C A A R R E E γ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ λ γ γ γ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ Gambar 11. Kerangka penelitian untuk metode Structural Equation Modelling. ε ε ε ε 39

V. HASIL PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Pada penelitian mengenai ekuitas merek sosis ini menggunakan elemen, yakni para decision maker dalam keluarga, hal ini dikarenakan seorang decision maker dalam rumah tangga adalah orang yang menentukan pembelian suatu produk, terutama produk rumah tangga. Berusia antara 25-40 tahun, karena diasumsikan pada usia tersebut seorang responden dapat menilai sesuatu dengan tepat dan rasional. Responden tersebut harus memiliki anak, karena diasumsikan umumnya produk sosis dalam rumah tangga dikonsumsi oleh anak-anak, atau keluarga yang telah memiliki anak, dengan usia minimal 5 tahun. Adapun jumlah responden yang diwawancara adalah 200 orang. Mengacu pada persyaratan karakteristik yang diharapkan dari responden yang dituju maka dalam kuesioner yang disebarkan, peneliti meminta identitas responden seperti, nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan per bulan, pengeluaran per bulan, dan alamat. Sementara itu untuk persyaratan atau screening, dalam kuesioner ditanyakan terlebih dahulu apakah konsumen atau responden tersebut merupakan seorang decision maker, apakah sudah memiliki seorang anak atau lebih yang telah berusia minimal 5 tahun, dan apakah responden tersebut berusia antara 25-40 tahun, jika ketiga atau salah satu dari persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka pengisian kuesioner dihentikan. Jika ditinjau dari seluruh responden yang telah diwawancara, ternyata seorang decision maker dalam rumah tangga umumnya adalah wanita atau seorang ibu. Dapat dilihat pada pie chart Lampiran 4, para wanita ternyata sangat mendominasi posisi decision maker dalam melakukan pembelian kebutuhan dalam suatu keluarga. Berdasarkan pie chart tersebut, persentase jumlah responden wanita adalah 98,00 , sedangkan pria hanya 2,00 . Menurut data hasil wawancara yang diperoleh di lapangan, 4 orang pria tersebut adalah seorang decision maker dalam keluarganya, karena mereka adalah single parent yang memiliki anak, dan yang lainnya karena mereka memang memiliki kemampuan serta dipercaya untuk mengambil keputusan dalam keluarga. 40 Menurut Trendsight perusahaan konsultan yang bergerak di bidang pemasaran untuk kaum wanita dalam Kertajaya et. al 2005, proses pengambilan keputusan seorang ibu memiliki kekompleksan dan detail dalam memutuskan suatu pembelian. Jika diperhatikan pada Spiral path Gambar 12 memperlihatkan bagaimana kompleks dan detailnya proses pengambilan keputusan oleh seorang wanita atau ibu sebelum melakukan pembelian. Gambar 12. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Seorang Ibu atau Wanita.Kertajaya et. al, 2005. Menurut Martha Barletta dalam Kertajaya et. al 2005, berpendapat bahwa ada empat proses pengambilan keputusan yang terjadi ketika seorang ibu menentukan produk apa yang akan ia beli. Fase pertama adalah activation, konsumen memasuki pasar dan membeli produk apa yang mereka cari. Fase kedua adalah nomination terlintas di benak si ibu mengenai beberapa merek yang ingin mereka selidiki. Fase ketiga adalah investigation, ibu meninjau lebih lanjut merek-merek yang ada dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, dan fase yang terakhir adalah succesion, dimana sang ibu mulai kembali lagi membeli produk yang sama repeat purchase bahkan menawarkannya kepada orang lain word of mom. Konsep yang menyatakan bahwa seorang wanita atau ibu memiliki proses pengambilan keputusan yang detail serta kompleks serta melakukan keputusan yang sempurna, senada dengan pernyataan yang diberikan oleh para responden di lapangan, dimana mereka para ibu dan wanita menjadi seorang decision maker dalam keluarganya, karena mereka ingin memberikan serta menyajikan produk- produk yang bermutu dan terbaik untuk dikonsumsi oleh keluarga mereka masing- Female Decision Process The Perfect Answer Activation Succesion Investigation Nomination Desire Outcome 41 masing. Bahkan khusus untuk produk makanan, para ibu sangat memperhatikan kandungan gizi serta informasi-informasi yang terkini terkait dengan produk makanan, seperti informasi mengenai penambahan formalin ke dalam makanan, virus flu burung yang melanda ternak ayam,dan yang lainnya. Menurut survei yang telah dilakukan oleh MarkPlusCo di 14 kota besar di Indonesia dengan jumlah responden 2000 ibu rumah tangga dan menunjukkan hasil yang menarik. Hasil survei yang dilakukan oleh MarkPlus Co, menyatakan bahwa ibu ternyata menjadi pengambil keputusan dominan untuk pembelian beragam produk Kertajaya et. al, 2005. Pada aspek tingkat pendidikan menunjukkan hasil yang baik, karena rata- rata responden yang diwawancarai memiliki tingkat pendidikan yang baik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ini dapat dilihat pada Lampiran 5, dimana responden dengan tingkat pendidikan S1 memiliki persentase terbanyak, yakni 49,50, SMA atau sederajat sebesar 26,00, akademi diploma sebesar 19,00, S2 atau S3 sebanyak 4,50, SLTP atau sederajat sebanyak 1,00, dan untuk SD atau sederajat, serta tingkat pendidikan lainnya tidak ada 0,00. Sehingga diharapkan respon dari responden cukup akurat untuk dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Pada aspek jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden, dapat dilihat pada Lampiran 6, dimana pekerjaan sebagai ibu rumah tangga merupakan profesi yang paling dominan, yakni sebanyak 38,00 yang menjadi ibu rumah tangga. Profesi sebagai pegawai swasta, menjadi pilihan dengan persentase 18,00, wiraswasta digeluti oleh responden sebesar 15,00, 11,00 responden berprofesi sebagai profesional guru, dokter, dan yang lainnya. 8,00 bekerja sebagai pegawai pemerintah, 5,00 sebagai mahasiswa, dan terakhir ada satu orang responden 1,00 yang memiliki profesi diluar jenis profesi sebelumnya, yakni berprofesi sebagai ustadzah. Hasil perolehan menunjukkan data yang baik, karena yang menjadi sasaran utama penelitian ini adalah konsumen produk sosis pada tingkat konsumsi rumah tangga. Sehingga, diharapkan persepsi mengenai ekuitas merek dalam penelitian ini dapat menggambarkan ekuitas merek produk sosis pada pasar 42 sasarannya yakni rumah tanggga yang didukung oleh pengetahuan merek yang memadai. Dari sisi tingkat penghasilan per bulannya, responden di wilayah Cibubur pada umumnya memiliki penghasilan Rp. 5.000.000,00 - Rp. 10.000.000,00. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil tabulasi menunjukkan bahwa sebanyak 31,50 memiliki penghasilan per bulan Rp. 5.000.000-Rp. 10.000.000, sebanyak 26,50 memiliki penghasilan per bulan Rp. 2.500.000-Rp. 5.000.000, sebanyak 24,00 memiliki penghasilan per bulan Rp.2.500.000, dan sebanyak 18,00 memiliki penghasilan per bulan Rp. 10.000.000. Dari sisi tingkat pengeluaran per bulan, responden di Cibubur sebanyak 31,00, memiliki tingkat pengeluaran sebesar Rp.2.500.000-Rp.5.500.000 per bulannya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Kemudian sebanyak 26,50 responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan sebesar Rp. 2.500.000, sebanyak 21,00 responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan sebesar Rp.5.500.000-Rp. 7.000.000, sebanyak 15,50 responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan sebesar Rp.7.000.000-Rp.10.000.000, dan sebanyak 6,00 memiliki tingkat pengeluaran per bulan sebesar Rp.10.000.000. Menurut Kertajaya et. al 2005 dalam buku Winning Mom Market in Indonesia , menyatakan bahwa menurut survei yang dilakukan secara random terhadap 100 orang ibu muda, menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang dari mereka memiliki pengeluaran rata-rata rumah tangga per bulan diatas Rp 10.000.000, sebanyak 10 orang dari mereka memiliki pengeluaran rata-rata rumah tangga per bulan diantara Rp.5.000.000-Rp.10.000.000, dan sebanyak 65 orang memiliki pengeluaran rata-rata rumah tangga per bulan diantara Rp.2.000.000- Rp.5.000.000.

B. Analisis Ekuitas Merek

Analisis brand equity merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi untuk menyusun strategi agar merek tersebut menjadi merek yang kuat. Kegiatan penyusunan strategi tersebut meliputi kegiatan menciptakan, mengembangkan mengimplementasikan, dan mengelola merek secara terus-menerus sampai merek tersebut menjadi kuat Rangkuti, 2002. Menurut Kapferer dalam Rangkuti 43 2002, menyatakan bahwa apabila suatu konsep merek yang kuat dapat dikomunikasikan secara baik kepada pasar sasaran yang tepat, maka merek tersebut akan menghasilkan brand image yang dapat mencerminkan identitas merek yang jelas. Pada penelitian ini, terdapat dua merek sosis yang cukup tersohor untuk dianalisis tingkat ekuitas mereknya. Kedua merek ini telah cukup lama menghasilkan produk-produk sosis yang berkualitas. Merek tersebut adalah merek produk sosis Kimbo yang diproduksi oleh PT. Madusari Nusaperdana dan merek produk sosis Farmhouse yang diproduksi oleh PT. San Miguel Pure Food Indonesia. Merek produk sosis Kimbo merupakan merek utama yang akan dianalisis tingkat ekuitas mereknya, sedangkan sebagai pembanding dipilih merek produk sosis Farmhouse, yang merupakan pemain lama dalam pasar produk makanan olahan terutama sosis, dan merupakan saingan merek Kimbo dalam kategori merek premium.

I. Elemen Ekuitas Merek

Analisis ekuitas merek produk sosis ini akan membahas kelima elemen yang merupakan elemen penyusun dari ekuitas merek. Kelima elemen tersebut, antara lain adalah, brand awareness, brand association, persepsi kualitas merek, loyalitas merek, cause marketing. Kelima komponen tersebut merupakan faktor penentu kuat atau tidaknya suatu merek untuk tetap bertahan dalam pasar yang dituju. Semua komponen dalam ekuitas merek akan tertuju kepada konsumen, maksudnya konsumen merupakan salah satu elemen penting yang dapat menentukan serta menilai tingkat kekuatan ekuitas dari suatu merek.

1. Brand awareness Tingkat Kesadaran Merek

Untuk analisis komponen ekuitas merek yang pertama adalah tingkat kesadaran merek brand awareness merek produk sosis Kimbo dan Farmhouses. Adapun peran brand awareness dalam keseluruhan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Pengukuran elemen brand awareness ini meliputi top of mind, brand recall, brand recognition , unaware of brand, dan sumber pengetahuan konsumen. 44 Pada penelitian elemen top of mind, responden akan dibagi menjadi tiga bagian, yakni user Kimbo, user Farmhouse, dan user lainnya. Pembagian responden berdasarkan user ini dilakukan berdasarkan pertanyaan “Merek produk sosis yang paling sering Anda konsumsi?”, yang diajukan secara lisan kepada responden pada saat interview di lapangan. Hasilnya didapatkan bahwa user Kimbo terdapat 100 orang, user Farmhouse sebanyak 37 orang, dan user lainnya sebanyak 63 orang. Pada tingkat top of mind, posisi tiga besar diisi oleh merek-merek produk sosis yang cukup tersohor yakni, merek produk sosis Kimbo memiliki jumlah responden tertinggi yakni sebanyak 54,00, kemudian merek produk sosis Sozzis dengan jumlah responden sebanyak 16,00, dan merek produk sosis Farmhouse dengan jumlah responden sebanyak 13,00. Peringkat merek produk sosis berdasarkan top of mind dalam benak konsumen dapat dilihat pada Lampiran 9. Untuk menggali informasi top of mind, dalam kuisioner yang diajukan kepada responden, responden diberikan pertanyaan : “Merek produk sosis apakah yang paling Anda ingat?”. Dengan demikian, jika dilihat pada Lampiran 9, merek produk sosis Kimbo merupakan merek sosis yang paling banyak diingat pertama kali, yakni sebanyak 54,00, kemudian disusul oleh Sozzis dan Farmhouse, dengan jumlah responden yang mengingatnya masing-masing sebanyak 16,00 dan 13,00. Sedangkan, dari sisi user, produk sosis merek Kimbo memiliki perolehan nilai yakni, sebesar 85,00 dari user Kimbo, lalu sebanyak 27,03 dari user Farmhouse, serta sebanyak 54,00 dari user lain yang memilih merek Kimbo sebagai top of mind. Produk sosis merek Farmhouse sendiri memiliki perolehan nilai yakni, sebanyak 51,35 dari user Farmhouse, lalu sebanyak 3,00 dari user Kimbo, serta sebanyak 6,35 dari user lain yang memilih merek Farmhouse sebagai top of mind. Sosis merek Kimbo memiliki jaringan distribusi produk yang cukup luas di daerah Cibubur. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan PT. Madusari Nusaperdana, selaku produsen sosis merek Kimbo, distribusi produknya di Indonesia didukung oleh PT. Foodex Indonesia, yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Mitindo Group bersama dengan PT. Pangan Sehat Sejahtera, serta PT. Madusari Nusaperdana itu sendiri. 45 Jaringan distribusi yang dimiliki oleh produk sosis merek Kimbo cukup luas di wilayah Cibubur, dari hasil survei yang dilakukan peneliti pada Hypermart cabang Cibubur Junction, Superindo cabang Plasa Cibubur, Alfamart, Indomaret, dan Hero cabang Citra Grand, menyimpulkan bahwa di semua outlet tersebut dapat kita jumpai produk sosis merek Kimbo. Dengan jaringan disribusi yang cukup luas di wilayah Cibubur tersebut, berarti produk sosis merek Kimbo akan mudah diperoleh serta diingat oleh konsumen, hal ini tentunya akan turut mendukung peningkatan kesadaran konsumen terhadap produk sosis merek Kimbo. Pada tabel top of mind terdapat hasil yang cukup mengejutkan, tingkat awareness produk sosis merek Sozzis yang baru-baru ini memasuki pasar sosis dapat melebihi tingkat awareness produk sosis merek Farmhouse yang telah cukup lama bersaing di pasar sosis Indonesia. Akan tetapi nilai top of mind produk sosis merek Sozzis tidak dapat menyaingi nilai top of mind produk sosis merek Kimbo, padahal produk sosis merek Sozzis kerap gencar untuk melakukan strategi promosi above the line melalui iklan di televisi yang terkenal dengan jingle-nya yakni, “Tinggal Leeep..”. Untuk membangun brand awareness, memang dibutuhkan startegi promosi yang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yenny Andayani, selaku Brand Manager PT. Madusari Nusaperdana, perusahaan yang memproduksi sosis merek Kimbo, pihaknya menerapkan strategi promosi below the line, dalam mempromosikan produk sosis merek Kimbo. Strategi promosi below the line yang dilakukan oleh merek Kimbo adalah, secara langsung memasuki perkumpulan ibu-ibu, yang memang merupakan segmen pasar yang dituju, yakni dengan mengadakan demo masak yang bertujuan untuk memperkenalkan varian rasa baru dari sosis merek Kimbo, atau memperkenalkan bahwa sosis merek Kimbo merupakan sosis serbaguna yang cocok untuk dimasak dengan apa saja. Dengan melakukan startegi promosi melalui perkumpulan ibu-ibu tersebut merek Kimbo dapat membangkitkan “word of moms ”, atau cerita ibu dari mulut ke mulut, di dalam buku Winning the Mom Market in Indonesia 2005, diungkapkan bahwa, menurut survei di Inggris menunjukkan bahwa seorang ibu akan merekomendasikan 5 merek kepada ibu-ibu 46 lainnya dalam sebuah diskusi kelompok yang hanya berlangsung dalam 3 menit. Kemudian rekomendasi tersebut akhirnya diikuti oleh 2 orang ibu lainnya. Tak heran jika produk sosis merek Sozzis memiliki tingkat awareness dibawah produk merek Kimbo. Melihat konsep promosi melalui iklan yang disajikan oleh produk sosis merek Sozzis, dapat disimpulkan bahwa produk tersebut memperkenalkan bahwa Sozzis adalah makanan camilan saja, dan tidak cocok diolah dengan apa pun, dan terlihat bahwa segmen konsumen yang dituju adalah anak-anak, sedangkan seorang anak bukan seorang decision maker dalam rumah tangga. Oleh karena itu, seorang ibu yang umumnya merupakan decision maker dalam rumah tangga tidak menangkap pesan yang disajikan dalam iklan Sozzis tersebut. Selain itu, memang akan memakan waktu yang cukup lama bagi Sozzis untuk meyakinkan konsumennya bahwa sosis tidak perlu dimasak dan bisa langsung dimakan, sementara masyarakat kita selama ini meyakini bahwa makanan olahan seperti sosis, jika tidak dimasak akan ragu untuk memakannnya. Pada Lampiran 9, juga terdapat beberapa merek lain yang muncul sebagai top of mind , seperti merek Fiesta dengan jumlah responden sebanyak 4,00, Vigo dengan jumlah responden sebanyak 5,50, merek Winners dengan jumlah responden sebanyak 3,50, merek Vida dengan jumlah responden sebanyak 1,50, merek Bernardi dengan jumlah responden sebesar 1,00, dan merek Doux serta Kemchicks dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 0,50. Sebenarnya merek sosis Vigo merupakan produk sosis yang dihasilkan oleh produsen yang sama dengan merek Kimbo, yaitu PT. Madusari Nusaperdana, sama halnya dengan merek Vida yang dihasilkan oleh PT. San Miguel Pure Food Indonesia, produsen merek sosis Farmhouse. Sementara itu, ada responden yang keliru memasukkan merek So Good ke dalam tabel tersebut, karena merek tersebut bukan merupakan produk sosis, kekeliruan ini terjadi mungkin merek So Good juga merupakan merek makanan olahan. Terdapat fenomena yang menarik pula pada tabel top of mind, yakni ada beberapa user Kimbo atau Farmhouse, yang memilih merek lain sebagai merek top of mind -nya. Dapat dilihat pada Lampiran 9, bahwa terdapat 15 user Kimbo, 48,65 user Farmhouse, dan 26,98 user merek lain yang memilih merek lainnya sebagai top of mind-nya. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengacu kepada 47 teori psikologi merek yang dikutip dari buku “The Brand Mindset”, karangan Duane E. Knapp 2000, yang menyatakan bahwa para ahli psikologi menggunakan konsep gestalt yakni, dimana semua aset nyata fungsional dan tak nyata emosional diintegrasikan ke dalam kesadaran konsumen. Menurut Knapp 2000, konsep gestalt ini menunjukkan bahwa kita menginterpretasikan pengalaman-pengalaman secara holistik, daripada hanya menanggapi unsur-unsur yang berbeda. Oleh karena itu, suatu gambar masih memiliki arti yang penting bagi kita. Kita menyusun penggalan-penggalan data ke dalam unit-unit yang memiliki arti agar dipahami dan dipelajari. Berdasarkan konsep gestalt diatas, dapat disimpulkan bahwa, meskipun seorang responden merupakan user suatu merek tertentu, dalam hal persepsi bisa saja merek lain yang lebih diingat olehnya. Karena merek yang menjadi top of mind telah mengintegrasikan aset fungsional dan emosional dengan optimal dalam benak user suatu merek tertentu tersebut. Aset emosional yang dikehendaki oleh konsumen itu meliputi, ekspresi sosial, kepuasan, suatu janji, dan suatu garansi Cheverton, 2004, sedangkan aset fungsional itu meliputi product benefit, sesuai dengan kategori tertentu, memiliki fitur-fitur tertentu Rangkuti, 2004. Tingkatan lain yang terdapat dalam brand awareness adalah brand recall pengingatan kembali terhadap merek. Brand recall merupakan pengingatan kembali terhadap merek dengan unaided recall tanpa bantuan. Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Menurut Durianto et. al 2004a, brand recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek- merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu. Untuk menggali informasi tentang brand recall, responden diminta menyebutkan merek produk sosis lain yang mereka ketahui. Hasil perhitungan jumlah brand recall dari responden wilayah Cibubur, dapat dilihat pada Lampiran 10. 48 Pada tingkatan brand recall ini, peringkat merek yang paling ideal adalah peringkat yang rendah, karena peringkat yang rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden, dengan catatan merek tersebut telah memiliki nilai yang tinggi pada tingkatan top of mind. Dalam Lampiran 10 dapat dilihat bahwa merek sosis Farmhouse memiliki perolehan nilai tertinggi pada tingkat brand recall, yakni sebanyak 25,00, sedangkan produk sosis merek Kimbo memiliki perolehan nilai di bawah merek Farmhouse yakni sebanyak 21,25. Beberapa merek lain yang memiliki nilai yang cukup tinggi untuk diingat kembali oleh konsumen adalah, merek produk Sozzis dengan jumlah responden sebanyak 18,25, merek produk Fiesta dengan jumlah responden sebanyak 8,50, merek produk Bernardi dengan jumlah responden sebanyak 6,25, merek produk Vigo dengan jumlah responden sebanyak 5,00, merek produk Kemchicks dengan jumlah responden sebanyak 2,50, dan merek produk Vida dengan jumlah responden sebanyak 3,00. Jika dilihat dari sisi user, produk sosis merek Farmhouse dan Sozzis merupakan produk yang banyak diingat kembali oleh user Kimbo, dengan jumlah masing-masing 29,15 dan 27,64. Hal ini disebabkan karena user Kimbo telah menyebutkan merek Kimbo pada tingkat top of mind, dan ketika mereka diharuskan untuk mengingat kembali merek yang lain, maka produk Farmhouse dan Sozzis yang muncul dalam benak para user Kimbo tersebut. Produk sosis merek Farmhouse juga banyak diingat kembali oleh user lain, yakni sebanyak 23,58. Sedangkan produk sosis merek Kimbo, banyak diingat kembali oleh user lain dan user Farmhouse, dengan jumlah masing-masing 32,52 oleh user lain, dan 33,33 oleh user Farmhouse. Pada tahap brand recall ini juga terdapat beberapa responden yang keliru menyebutkan merek produk So Good dan Daily Bread, hal ini disebabkan karena keduanya merupakan produk makanan olahan. Pada tingkat berikutnya terdapat tingkat brand recognition. Brand recognition merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. Pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali dengan aided recall lewat bantuan. Peringkat yang ideal bagi suatu merek pada tingkat brand recognition ini juga sama dengan brand recall yakni, 49 peringkat yang rendah, karena peringkat yang rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden, dan responden tidak perlu bantuan untuk mengingat merek tersebut. Bantuan pengenalan yang diberikan pada penelitian ini bagi responden adalah, penyebutan merek Kimbo dan Farmhouse pada kuesioner, lalu ditanyakan apakah responden mengenalinya atau tidak. Untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai brand recognition ini maka diajukan pertanyaan : Apakah anda mengenal merek sosis Kimbo YA atau TIDAK ; dan merek sosis Farmhouse YA atau TIDAK. Bila responden menjawab YA, tetapi belum mencantumkan merek tersebut pada jawaban pertanyaan sebelumnya brand recall, maka merek tersebut merupakan brand recognition . Bila responden menjawab TIDAK, maka merek tersebut merupakan Unaware of brand . Hasil perhitungan brand recognition dan unaware of brand dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel brand recognition, menunjukkan bahwa kesadaran merek sosis Kimbo lebih diingat oleh responden daripada merek sosis Farmhouse, karena jumlah responden yang harus diingatkan kembali lebih sedikit. Dapat dilihat bahwa sebanyak 73,33 perlu diingatkan kembali kesadarannya terhadap merek sosis Farmhouse, sedangkan hanya 26,67 yang perlu diingatkan kembali kesadarannya mengenai merek sosis Kimbo. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel unaware of brand, menunjukkan bahwa tidak ada responden yang tidak mengenal merek sosis Kimbo, sedangkan terdapat 17 orang responden yang tidak mengenal sosis merek Farmhouse. Hal ini mungkin disebabkan karena merek produk sosis Kimbo sudah dikenal sejak tahun 1995, sehingga faktor word of mouth menjadi cukup dominan. Secara ringkas, hasil akhir dari elemen brand awareness dari merek Kimbo dan Farmhouse dapat dilihat pada Tabel 1. Dimana produk sosis merek Kimbo memimpin pada tingkat top of mind dengan persentase yang cukup jauh, yakni 50,70 dan merek sosis Farmhouse hanya 13,13, hal ini menunjukkan merek sosis Kimbo merupakan merek sosis yang keberadaannya paling diingat oleh konsumen di wilayah Cibubur. Sedangkan dalam brand recall, brand recognition , dan unaware of brand, sosis merek Farmhouse lebih unggul 50 dibandingkan merek Kimbo. Hal ini menyatakan bahwa tingkat awareness konsumen di Cibubur terhadap sosis merek Farmhouse masih cukup tinggi, akan tetapi perlu dilakukan peningkatan awareness, karena masih ada responden yang belum mengenali produk sosis dengan merek dagang Farmhouse. Tabel 1. Ringkasan Tingkat Brand Awareness di Cibubur. Br a n d Aw a r e n e ss Merek Top Of Mind Brand Recall Brand Recognition Unaware of Brand Total Jumlah 108 85 20 0 213 Kimbo of total 50.7 39.91 9.39 0.00 100.00 Jumlah 26 100 55 17 198 Farmhouse of total 13.13 50.51 27.78 8.59 100.00 Penelusuran lebih lanjut mengenai sumber pengetahuan responden terhadap merek sosis Kimbo dan Farmhouse, diperoleh dengan mengajukan pertanyaan “Darimana Anda tahu merek sosis Kimbo dan merek sosis Farmhouse?”. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. Berdasarkan hasil yang disajikan pada Lampiran 12, ternyata secara umum responden mengetahui merek sosis Kimbo dari toko swalayan atau minimarket 35,29, dan dari hypermarket atau supermarket 26,47. Hal ini menunjukkan bahwa produk sosis merek Kimbo memang mudah ditemui di tempat-tempat perbelanjaan, sehingga produk sosis merek Kimbo mudah diperoleh. Sedangkan, dapat dilihat bahwa faktor iklan juga cukup menunjang 14,25, menurut Ibu Yenny Andayani, brand manager PT. Madusari Nusaperdana, menyatakan bahwa, produk sosis merek Kimbo pernah berpromosi melalui iklan, dengan jingle -nya “Mama Suka, Semua Suka”. Faktor relasi tetangga, teman, dan yang lain juga cukup berpengaruh dalam mempromosikan merek Kimbo, dapat dilihat sebanyak 13,12 responden mengetahui dan mengenal produk sosis merek Kimbo ini dari para relasinya. Dapat disimpulkan bahwa memang faktor word of mouth masih cukup mendukung sumber pengetahuan sosis merek Kimbo. Berdasarkan hasil yang disajikan pada Lampiran 13, dapat dilihat bahwa secara umum sumber pengetahuan produk sosis merek Farmhouse sama dengan 51 produk sosis merek Kimbo, yakni berasal dari toko swalayan atau minimarket 41,98, dan hypermarket atau supermarket 33,53. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Cibubur tempat-tempat perbelanjaan menjadi sarana berpromosi yang efektif, jika ingin membangun awareness yang kuat, khususnya untuk produk sosis. Dapat dilihat juga bahwa sumber pengetahuan dari iklan di televisi 10,20 dan relasi 5,83 bagi produk sosis merek Farmhouse, masih cukup mendukung. Iklan masih menjadi senjata ampuh untuk membangun awareness konsumen, karena berdasarkan pernyataan Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group, bahwa konsumen Indonesia memiliki kebiasaan menonton yang melebihi kebiasaan membaca, sehingga iklan di televisi adalah media yang cocok. Sedangkan, untuk faktor relasi, konsumen Indonesia termasuk di Cibubur memiliki aspek socializing yang kuat, sehingga pengenalan suatu produk bisa melalui suatu perkumpulan misalnya, arisan, pengajian, dll.

2. Brand Association Asosiasi Merek

Analisis komponen ekuitas merek yang berikutnya adalah pengukuran asosiasi merek brand association. Asosiasi merek adalah bagaimana sebuah merek dikenal oleh konsumen. Orang akan cenderung memilih mengonsumsi produkjasa yang dia kenal baik dan dia tahu kualitasnya. Semakin dalam pemahaman orang mengenai sebuah merek, semakin tinggi kecenderungannya memilih produkjasa itu. Semua proses ini terjadi di otak manusia, dimana konsumen secara naluri melakukan perbandingan antar beberapa pilihan yang dia kenal. Dalam proses inilah, asosiasi yang melekat pada sebuah merek menjadi penentu pilihan Majalah SWA Sembada no.1521 Juli-3 Agustus 2005, hal.66, tahun 2005. Pada pengukuran asosiasi merek ini, responden tidak dibagi-bagi ke dalam kelompok user tertentu. Hal ini untuk melihat asosiasi apa saja yang sudah terbentuk dalam benak para responden, terutama di wilayah Cibubur. Pada tahap pengukuran asosiasi merek ini, dilibatkan tiga komponen utama jenis asosiasi dari sebuah merek dalam benak responden, yakni asosiasi yang berupa nilai tambah yang didapat konsumen dari sebuah merek perceived value , tipe kepribadian suatu merek dalam pandangan konsumen brand 52 personality , dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan atau organisasi yang menciptakan merek tersebut organizational association Durianto et. al, 2004a. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, untuk menggali asosiasi dari kedua merek sosis tersebut adalah “Apa yang terlintas di pikiran Anda tentang produk sosis merek KimboFarmhouse ? “. Pada tahapan ini, terdapat 22 asosiasi yang dikutip dari buku Brand Equity Ten Index karangan Durianto, et. al 2004a, dan akan diuji realibilitas serta validitasnya terlebih dahulu kepada 30 orang responden. Menurut Singarimbun 1995, sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena dengan jumlah minimal 30 orang ini, maka distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistika. Kemudian data yang didapat akan diuji validitasnya dengan menggunakan metode Spearman-Brown, dan uji korelasi product moment, kemudian diuji reliabilitas dengan uji teknik belah dua. Asosiasi-asosiasi yang diuji tersebut adalah : a. Perceived value : ƒ Sosis serbaguna dapat diolah menjadi apa saja. ƒ Kualitas produk yang diperoleh sesuai dengan harga. ƒ Rasanya nikmat dan enak. ƒ Produknya mudah diperoleh. ƒ Sosis yang bergizi dan aman dikonsumsi. ƒ Produknya halal. ƒ Banyak pilihan variasi rasa. ƒ Aromanya wangi dan rasanya gurih, setelah dimasak. ƒ Produknya praktis dan cepat saji. b. Brand Personality : ƒ Makanan yang moderen. ƒ Produknya disukai oleh keluarga. ƒ Mereknya sudah terkenal. ƒ Kemasannya menarik. ƒ Termasuk merek premium di kategori sosis. 53 ƒ Ingin makan sosis ingat sosis merek Kimbo Farmhouse. ƒ Promosinya bagus atau menarik. ƒ Termasuk merek sosis yang baru. c. Organizational Association : ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang berkualitas. ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang inovatif. ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang sukses. ƒ Diproduksi oleh perusahaan lokal. ƒ Diproduksi oleh perusahaan yang berorientasi pada konsumen. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, ternyata terdapat dua asosiasi yang tidak valid dan tidak reliable, yakni asosiasi “Produknya praktis dan cepat saji” serta “Termasuk merek sosis yang baru”. Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Asosiasi “Produknya praktis dan Cepat saji” tidak reliable, hal ini dikarenakan, asosiasi ini tidak dapat membedakan kedua merek sosis ini secara signifikan. Kemudian, untuk asosiasi “Termasuk merek sosis yang baru”, responden pada tingkat rumah tangga menyatakan bahwa kedua merek, baik Kimbo maupun Farmhouse merupakan merek sosis yang telah lama mereka kenal, dan pernah mereka konsumsi. Hasil perhitungan dari asosiasi merek Kimbo dan Farmhouse, dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada tabel perhitungan asosiasi tersebut sosis merek Kimbo diasosiasikan sebagai produk sosis yang serbaguna serta produknya halal. Sementara untuk sosis merek Farmhouse diasosiasikan sebagai produk sosis yang serbaguna saja. Untuk mengetahui asosiasi mana yang telah menjadi image serta identity merek produk sosis Kimbo dan Farmhouse, dapat dilakukan dengan uji Cochran Test . Hasil dari uji Cochran Test dapat dilihat pada Lampiran 17 dan untuk skemanya dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Untuk produk sosis merek Kimbo, dilakukan iterasi perhitungan sebanyak 20 kali, hasilnya didapatkan bahwa sosis merek Kimbo memiliki brand image sebagai produk sosis yang serbaguna dan produknya halal, kemudian brand identity dari sosis merek Kimbo adalah rasanya nikmat dan enak, produknya mudah diperoleh, makanan yang moderen, sosis yang bergizi dan aman untuk 54 Mereknya Sudah Terkenal dikonsumsi, dan kualitas yang diperoleh sesuai dengan harga. Sementara untuk sosis merek Farmhouse dilakukan iterasi perhitungan sebanyak 21 kali dan hasilnya, ternyata belum memiliki brand image yang kuat di benak konsumen, akan tetapi Farmhouse telah memiliki brand identity antara lain, produknya serbaguna, produknya halal, dan produknya bergizi serta aman untuk dikonsumsi. Brand image merupakan persepsi yang telah tertanam kuat didalam benak konsumen saat ini. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image Durianto et. al, 2004b. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. Brand identity merupakan persepsi yang ingin ditanamkan di benak konsumen sebagai langkah strategis ke depan. Brand identity ini dapat dilihat dari butir asosiasi yang paling banyak dipilih setelah brand image Durianto et. al, 2004a. Keterangan : = Brand image Kimbo. = Brand Identity yang dapat dibentuk oleh Kimbo. Gambar 13. Asosiasi merek Kimbo. Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Berorientasi Pada Konsumen Diproduksi Oleh Perusahaan Lokal Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Sukses Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Inovatif Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Berkualitas Promosinya Bagus Menarik Ingin Makan Sosis, Ingat Sosis Merek Kimbo Kemasannya Menarik Aromanya Wangi dan Rasanya Gurih Setelah Dimasak Sosis Serbaguna Dapat diolah menjadi apa saja Produknya Halal Produknya mudah diperoleh Makanan Yang Moderen Sosis yang Bergizi dan Aman Dikonsumsi Produknya Disukai Oleh Keluarga Rasanya Nikmat dan Enak Banyak Pilihan Variasi Rasa Kualitas Yang Diperoleh Sesuai Dengan Harga Termasuk Merek Premium di Kategori Sosis Kimbo 55 Sosis merek Kimbo memiliki asosiasi sebagai sosis yang serbaguna, image ini terbentuk karena sosis merek Kimbo memiliki jenis sosis serbaguna dengan merek dagang Kimbo Sosis Sapi Serbaguna di pasaran. Asosiasi produknya halal merupakan image yang tercipta ketika konsumen melihat dalam kemasan produk sosis Kimbo terdapat lambang halal. Produk sosis merek Kimbo telah mendapat kepercayaan dari para konsumen sebagai produk yang halal, mengingat kehalalan merupakan syarat paling utama yang harus dimiliki oleh produk makanan di Indonesia yang mayoritas orang Islam. Keterangan : = Brand Identity yang dapat dibentuk Farmhouse. Gambar 14. Asosiasi merek Farmhouse. Berdasarkan uji Cochran test produk sosis merek Farmhouse belum memiliki image yang tertanam dalam benak konsumen, akan tetapi merek Farmhouse memiliki beberapa brand identity yang dapat ditanamkan dalam benak Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Berorientasi Pada Konsumen Diproduksi Oleh Perusahaan Lokal Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Sukses Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Inovatif Diproduksi Oleh Perusahaan Yang Berkualitas Promosinya Bagus Menarik Ingin Makan Sosis, Ingat Sosis Merek Farmhouse Kemasannya Menarik Aromanya Wangi dan Rasanya Gurih Setelah Dimasak Sosis Serbaguna Dapat diolah menjadi apa saja Produknya Halal Produknya mudah diperoleh Makanan Yang Moderen Rasanya Nikmat dan Enak Banyak Pilihan Variasi Rasa Produknya Disukai Oleh Keluarga Sosis yang Bergizi dan Aman Dikonsumsi Kualitas Yang Diperoleh Sesuai Dengan Harga Farmhouse Termasuk Merek Premium di Kategori Sosis Mereknya Sudah Terkenal 56 konsumen sebagai langkah strategis ke depan. Sosis merek Farmhouse telah diasosiasikan oleh konsumen sebagai sosis yang produknya serbaguna, halal, bergizi dan aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan Gambar 14 merek sosis Farmhouse juga telah mendapatkan kepercayaan dari para konsumen sebagai sosis yang halal. Secara keseluruhan, aspek utama suatu produk makanan seperti “Sosis serbaguna”, “Sosis yang bergizi dan aman dikonsumsi”, serta “Produknya halal” telah terpenuhi oleh kedua merek Kimbo dan Farmhouse. Artinya, konsumen sudah percaya, terbukti dengan banyaknya jawaban “YA” pada Lampiran 16, untuk ketiga asosiasi diatas. Kemudian pada Gambar 13 dan Gambar 14 ketiga asosiasi tersebut telah menjadi brand image dan brand identity, berdasarkan penilaian konsumen pada tingkat konsumsi rumah tangga di wilayah Cibubur.

3. Perceived Quality Persepsi Kualitas Merek dan Leadership Kepemimpinan Merek

Pengujian komponen ekuitas merek yang berikutnya adalah persepsi kualitas merek dan kepemimpinan suatu merek. Menurut Durianto et. al 2004a, untuk pengukuran komponen persepsi kualitas dan kepemimpinan merek dilakukan kepada para responden yang pernah menggunakan atau mengenal produk sosis merek Kimbo dan produk sosis merek Farmhouse. Berdasarkan hasil tabulasi, semua responden 200 orang pernah menggunakan atau mengenal sosis merek Kimbo, sementara hanya 188 orang yang pernah menggunakan atau mengenal sosis merek Farmhouse. Untuk yang pertama akan dibahas persepsi kualitas merek terlebih dahulu. Menurut David A. Aaker dalam Durianto et.al 2004a, menyatakan bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan. Brand perceived quality persepsi kualitas merek yang dimaksud dalam pembahasan berikut adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Perceived quality ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk di mata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara 57 langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. Perceived quality yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Karena perceived quality merupakan persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika perceived quality pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama di pasar. Sebaliknya, jika perceived quality pelanggan positif produk akan disukai. Untuk mendapatkan informasi mengenai perceived quality dari responden, di dalam kuesioner yang diajukan, responden diberikan 8 butir persepsi kualitas yang dikutip dari buku Brand Equity Ten Index Durianto et. al, 2004a, yakni : produknya bergizi dan aman untuk dikonsumsi; rasa produknya nikmat, enak, dan aromanya wangi; kemasannya bagus; informasi produk pada kemasan lengkap; produk mudah diperoleh; produknya dijamin halal; harganya mahal; komposisinya lengkap. Lalu diajukan pertanyaan “Berikan penilaian Anda mengenai atribut- atribut produk sosis merek KimboFarmhouse”. Kemudian akan diuji realibilitas serta validitasnya terlebih dahulu kepada 30 orang responden. Menurut Singarimbun 1995, sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena dengan jumlah minimal 30 orang ini, maka distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statitiska. Kemudian data yang didapat akan diuji validitasnya dengan menggunakan metode Spearman-Brown, dan uji korelasi product moment, kemudian diuji reliabilitas dengan uji teknik belah dua. Data hasil perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Dari hasil perhitungan terdapat satu butir persepsi kualitas yang tidak valid dan tidak reliable yakni “Harganya mahal”. Untuk butir “Harganya mahal” memang tidak menunjukkan kualitas dari suatu produk sosis, sehingga butir tersebut tidak termasuk dalam faktor-faktor persepsi kualitas suatu merek. Hasil perhitungan persepsi kualitas dari kusioner dapat dilihat pada Lampiran 20, sedangkan untuk summary dari hasil perhitungan persepsi kualitas dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa secara keseluruhan, sosis merek Kimbo memimpin nilai rata-rata secara keseluruhan dibandingkan 58 sosis merek Farmhouse. Nilai rata-rata keseluruhan yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo adalah 3,88, dan sosis merek Farmhouse adalah 3,65. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sosis Kimbo secara keseluruhan dinilai lebih baik oleh responden di wilayah Cibubur, dibandingkan sosis dengan merek Farmhouse. Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa sosis merek Kimbo memimpin untuk semua atribut persepsi kualitas yang disebutkan, dari sosis merek Farmhouse. Merek sosis Kimbo menang mutlak di atribut “produknya dijamin halal” dan “produknya mudah diperoleh” dengan nilai rata-rata masing-masing adalah 4,11 dan 3,89, sedangkan sosis merek Farmhouse hanya memiliki nilai rata-rata masing-masing adalah 3,76 dan 3,53 sosis merek Kimbo unggul dengan selisih rata-rata 0,35 dan 0,36. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah sangat percaya bahwa produk merek Kimbo pasti halal, hal ini sesuai dengan perhitungan aspek brand association sebelumnya, yang menyatakan bahwa “produknya halal”, merupakan salah satu brand image yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo. Tabel 2. Ringkasan Perhitungan Persepsi Kualitas Merek Kimbo dan Farmhouse. KIMBO FARMHOUSE ATRIBUT Total Nilai Jml. Resp Rata- rata Total Nilai Jml. Resp Rata- rata Produknya bergizi dan aman dikonsumsi 798 200 3.99 706 188 3.77 Rasa produknya nikmat, enak dan aromanya wangi 791 200 3.96 671 188 3.74 Kemasannya bagus 744 200 3.72 680 188 3.53 Informasi produk pada kemasan lengkap 773 200 3.87 664 188 3.62 Produknya mudah diperoleh 778 200 3.89 663 188 3.53 Produknya dijamin halal 822 200 4.11 703 188 3.76 Komposisinya lengkap 727 200 3.64 708 188 3.57 Rata-rata 776 200 3.88 685 188 3.65 Lalu untuk atribut “produknya mudah diperoleh”, menunjukkan bahwa memang sosis merek Kimbo mudah untuk didapatkan, daripada sosis merek Farmhouse. Hal ini sesuai dengan aspek sumber pengetahuan sosis merek Kimbo 59 yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hampir seluruh responden mengetahui sosis merek Kimbo dari toko swalayanmini market 35,29 dan hypermarket supermarket 26,47. Sama halnya dengan sosis merek Farmhouse, yang sebagian besar responden mengetahui merek Farmhouse dari toko swalayanmini market 41,98 dan hypermarketsupermarket 33,03. Keunggulan sosis merek Kimbo dalam hal mudah diperoleh, adalah PT. Madusari Nusaperdana bekerja sama dengan PT. Foodex Indonesia dalam pendistribusian sosis merek Kimbo, sehingga distribusi sosis merek Kimbo lebih luas dibandingkan sosis merek lainnya. Untuk lebih memperjelas kecenderungan dari tiap atribut kedua merek sosis, dapat dilihat pada kedua gambar grafik semantic differential berikut, dimana Gambar 15 merupakan grafik semantic differential merek Kimbo dan Gambar 16 merupakan grafik semantic differential merek Farmhouse. Dalam grafik dapat dilihat bahwa sosis merek Kimbo secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan memiliki persepsi kualitas yang positif di mata responden. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pada grafik yang berada di sebelah kanan semua, yang berarti berada pada nilai yang baik sampai sangat baik 3,5-5. Pada Gambar 15, terlihat bahwa sosis merek Kimbo memiliki nilai rata-rata yang tinggi untuk atribut “produknya bergizi dan aman untuk dikonsumsi”, hal ini berarti sosis merek Kimbo merupakan produk yang sudah dipercaya oleh konsumen di wilayah Cibubur, sebagai produk sosis yang aman dan bergizi. Hal ini didukung oleh PT. Madusari Nusaperdana yang memang telah memperoleh sertifikat HACCP dari badan standarisasi SGS, pada bulan Desember 2001, kemudian pada bulan April 2002, PT. Madusari Nusaperdana memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. Produk sosis merek Kimbo juga dipandang sebagai produk sosis yang rasanya enak, nikmat, dan aromanya wangi dengan rata-rata yang tinggi yakni, 3,96, dan informasinya pada kemasan lengkap dengan rata-rata tinggi yakni, 3,87 oleh para konsumen di wilayah Cibubur. Dapat disimpulkan bahwa sosis merek Kimbo sudah mendapatkan kepercayaan trust dari para responden bahwa sosis merek Kimbo dapat memenuhi harapan mereka, karena rasa yang enak dan informasi produk yang lengkap, serta komposisi yang lengkap dengan nilai rata- 60 rata 3,64 merupakan hal yang penting dari suatu produk makanan, terutama makanan olahan seperti sosis. 1 2 3 4 5 1 = Sangat Tidak Setuju ; 2 = Tidak Setuju ; 3 = Biasa saja ; 4 = Setuju ; 5 = Sangat Setuju Gambar 15. Grafik Semantic Differential Persepsi Kualitas Kimbo Meskipun secara keseluruhan sosis merek Farmhouse tidak dapat mengungguli sosis merek Kimbo, jika dilihat dalam Gambar 16, sosis merek Farmhouse memiliki nilai rata-rata atribut yang baik sampai sangat baik juga. Hal ini berarti sosis merek Farmhouse juga memiliki persepsi kualitas yang positif di mata konsumen di wilayah Cibubur, namun persepsi kualitas yang dimiliki belum sekuat persepsi kualitas yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo. Persepsi kualitas yang positif ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang berada di sisi kanan semua. Selain itu, sosis merek Farmhouse memiliki nilai rata-rata yang tinggi untuk atribut “produknya dijamin halal” 3,76 dan “produknya bergizi dan aman untuk dikonsumsi” 3,77. Kedua atribut tersebut merupakan persepsi yang harus dapat dipercaya oleh konsumen, karena kedua persepsi tersebut sangat penting bagi suatu produk. Menurut Kertajaya et.al 2005, ada tiga faktor yang mempengaruhi belanja seorang ibu konsumen, yakni faktor trust, dimana seorang ibu ingin yang terbaik untuk keluarganya, oleh karenanya kepercayaan adalah nomor satu bagi mereka, kemudian faktor penghematan waktu, dimana seorang ibu merupakan sosok yang multifungsi dengan berbagai pekerjaan, oleh karenanya produk yang cepat, praktis dan bergizi merupakan pilihan yang utama, dan yang terakhir adalah Produknya Bergizi dan Aman Untuk Dikonsumsi Rasa Produknya Enak, Nikmat, dan Aromanya Wangi Kemasannya Bagus Informasi Produk Pada Kemasan Lengkap Produk Mudah Diperoleh Produknya Dijamin Halal Komposisinya Lengkap 3.64

3.89 4.11

3.87 3.72

3.96 3.99

61 faktor keamanan, dimana seorang ibu ingin memberikan keamanan bagi keluarganya, termasuk produk-produk yang digunakannya. Dari segi kualitas rasa dan aroma, produk sosis merek Farmhouse juga dipercaya memiliki persepsi yang positif oleh konsumen di wilayah Cibubur, hal ini dapat dilihat pada Gambar 16 dimana atribut persepsi ini memiliki nilai rata- rata yang tinggi 3,74. Untuk informasi dalam kemasan, merek Farmhouse juga telah memiliki rata-rata yang tinggi 3,62, atribut ini penting dalam suatu produk makanan, terutama makanan olahan, karena atribut ini dapat mendukung persepsi bahwa produk makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. 1 2 3 4 5 1 = Sangat Tidak Setuju ; 2 = Tidak Setuju ; 3 = Biasa saja ; 4 = Setuju ; 5 = Sangat Setuju Gambar 16. Grafik Semantic Differential Persepsi Kualitas Farmhouse Secara keseluruhan, kedua merek sosis baik Kimbo maupun Farmhouse, telah memiliki persepsi kualitas yang positif di mata konsumen di wilayah Cibubur. Persepsi kualitas yang positif ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari seluruh atribut yang berada di sebelah kanan semua dalam grafik semantic differential . Hanya saja, untuk produk sosis merek Farmhouse ada beberapa atribut yang perlu dibenahi, yakni seperti kemasan yang lebih baik serta produknya yang harus mudah diperoleh. Kepemimpinan umumnya dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang pertama kali bergerak di bidang tersebut karena pada kondisi itu pesaingnya masih Rasa Produknya Enak, Nikmat, dan Aromanya Wangi Kemasannya Bagus Informasi Produk Pada Kemasan Lengkap Produk Mudah Diperoleh Produknya Dijamin Halal Komposisinya Lengkap Produknya Bergizi dan Aman Untuk Dikonsumsi

3.57 3.76

3.53 3.62

3.53 3.74

3.77 62 sedikit dan keuntungan yang digapai muncul dari first mover advantage. Namun banyak pula perusahaan pionir yang tergeser dari posisi kepemimpinan karena ketidakmampuan mereka mempertahankan posisi di pasar. Kepemimpinan sangat terkait erat dengan popularitas. Menurut Durianto et. al 2004a, menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diukur dengan pertanyaan : Apakah sebuah merek dikategorikan pemimpin, berkembang semakin populer dan melakukan inovasi? Jadi hal penting yang harus diperhatikan adalah perkembangan popularitas, tingkat inovasi, tingkat turnover, dan obsoleting rate produk atau merek tersebut. Butir kepemimpinan atau popularitas pada penelitian ini diperoleh dari Teori Building Strong Brands oleh David A. Aaker. Lima butir kepemimpinan atau popularitas tersebut adalah sebagai berikut : peningkatan popularitas cepat; inovasi produk cepat; produknya sangat laku; produknya “up to date”; teknologi produk moderen Durianto et. al, 2004a. Sama halnya dengan pengukuran persepsi kualitas sebelumnya, yakni pengukuran kepemimpinan dilakukan terhadap responden yang mengetahui produk sosis merek Kimbo dan Farmhouse. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah “Berikan penilaian Anda mengenai atribut-atribut sosis merek Kimbo dan atau Farmhouse?”. Hasil perhitungan dari aspek kepemimpinan merek atau brand leadership merek sosis Kimbo dan Farmhouse ini dapat dilihat pada Lampiran 21, sementara untuk ringkasan dari perhitungan kepemimpinan merek Kimbo dan Farmhouse ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Leadership Merek Kimbo dan Farmhouse KIMBO FARMHOUSE ATRIBUT Total Nilai Jml. Resp Rata- rata Total Nilai Jml. Resp Rata- rata Peningkatan popularitas cepat 744 200 3.72 657 188 3.49 Inovasi produk cepat 737 200 3.69 646 188 3.44 Produknya sangat laku 749 200 3.75 649 188 3.45 Produknya “up to date” 761 200 3.81 663 188 3.53 Teknologi produk modern 782 200 3.91 674 188 3.58 Rata-rata 755 200 3.78 658 188 3.49 63 Pada Tabel 3 memperlihatkan hasil dari perhitungan leadership merek Kimbo dan Farmhouse secara ringkas. Dapat dilihat bahwa sosis merek Kimbo kembali memimpin untuk nilai rata-rata secara keseluruhan, dari sosis merek Farmhouse, yakni sosis merek Kimbo sebesar 3,78 dan sosis merek Farmhouse sebesar 3,47. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa sosis merek Kimbo menang telak dari sosis merek Farmhouse di atribut “produknya sangat laku”, “produknya “up to date”, dan “teknologi produk moderen”. Jika sosis merek Kimbo memiliki nilai rata-rata yang tinggi pada atribut tersebut, dapat dikatakan bahwa menurut responden di wilayah Cibubur, sosis merek Kimbo memimpin dalam hal teknologi produk yang moderen, produknya yang selalu terkini, dan produknya sangat laku, dibandingkan dengan sosis merek Farmhouse. Untuk melihat kecenderungan dari nilai rata-rata leadership yang dimiliki oleh kedua merek sosis, baik Kimbo maupun Farmhouse, dapat dilihat pada grafik semantic differential , pada Gambar 17 untuk merek Kimbo dan Gambar 18 untuk merek Farmhouse. Kedua grafik semantic differential tersebut, akan menunjukkan apakah suatu merek memiliki persepsi leadership yang positif atau yang negatif. Jika dilihat pada grafik semantic differential leadership merek Kimbo, menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut kepemimpinannya berada pada posisi baik sampai sangat baik, dan seluruhnya berada di sebelah kanan, ini berarti merek sosis Kimbo memiliki aspek leadership yang positif di mata konsumen di wilayah Cibubur. Pada Tabel 3 dan Gambar 17 dapat dilihat bahwa merek sosis Kimbo memiliki nilai rata-rata yang tinggi pada atribut leadership “Teknologi produk moderen”, “produknya up to date”, dan “produknya sangat laku”. Sosis merek Kimbo memiliki berbagai jenis sosis yang diluncurkan ke pasar, dan pembagian jenis sosis tersebut dilakukan oleh Kimbo berdasarkan manfaat fungsionalnya bukan berdasarkan rasa atau flavour, seperti Kimbo sosis sapi serbaguna, Kimbo sosis sapi goreng, Kimbo sosis ayam, dan jenis lainnya, hal ini menciptakan persepsi dalam benak konsumen bahwa merek sosis Kimbo lebih up to date terkini dibandingkan merek sosis lainnya. Persepsi bahwa merek Kimbo lebih up to date membuat para pelanggan memiliki persepsi bahwa untuk membuat produk sosis yang terkini tersebut berarti sosis merek Kimbo diproduksi dengan teknologi 64 yang moderen. Hal ini kemudian akan menjadi sebuah daya tarik bagi konsumen untuk membeli atau menggunakan produk sosis Kimbo tersebut. 1 2 3 4 5 1 = Sangat Tidak Setuju ; 2 = Tidak Setuju ; 3 = Biasa saja ; 4 = Setuju ; 5 = Sangat Setuju Gambar 17. Grafik Semantic Differential Leadership merek Kimbo Atribut kepemimpinan lainnya yang perlu dicermati adalah, “inovasi produk cepat”, dan “peningkatan popularitas cepat”. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa kedua atribut tersebut juga memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Menurut responden di wilayah Cibubur, merek sosis Kimbo memiliki peningkatan popularitas yang cepat, dan inovasi produk cepat. Atribut “inovasi produk cepat” dilihat responden dari banyaknya jenis produk sosis Kimbo yang ada di pasaran, sedangkan untuk “peningkatan popularitas yang cepat” merek sosis Kimbo dinilai telah populer di wilayah Cibubur, terbukti dari 200 responden yang diuji, semua pernah menggunakan produk sosis merek Kimbo. Sama halnya dengan persepsi kualitas, meskipun sosis merek Farmhouse secara keseluruhan kalah dari nilai rata-rata sosis merek Kimbo, jika dilihat pada Gambar 18, dimana pada grafik semantic differential menunjukkan bahwa sosis merek Farmhouse memiliki nilai rata-rata yang baik untuk atribut kepemimpinannya. Grafik semantic differential sosis merek Farmhouse juga menunjukkan bahwa semua nilai rata-rata atribut kepemimpinan berada di sebelah kanan, yang artinya atribut kepemimpinan sosis merek Farmhouse memiliki nilai yang positif di mata responden di wilayah Cibubur. Peningkatan Popularitas Cepat Inovasi Produk Cepat Produknya Sangat Laku Produknya ”up to date” Teknologi Produk Moderen

3.91 3.81

3.75 3.69

3.72 65 Nilai rata-rata tertinggi diperoleh oleh atribut kepemimpinan ‘teknologi produk moderen”, dan “produknya up to date”. Hal ini menunjukkan bahwa responden di wilayah Cibubur menilai produk sosis Farmhouse yang ada di pasaran merupakan produk yang up to date, meskipun belum bisa menyaingi sosis merek Kimbo, karena sosis merek Farmhouse hanya mengeluarkan jenis produk yang berdasarkan rasa atau flavour, ini sama dengan produk sosis pada umumnya. 1 = Sangat Tidak Setuju ; 2 = Tidak Setuju ; 3 = Biasa saja ; 4 = Setuju ; 5 = Sangat Setuju Gambar 18. Grafik Semantic Differential Leadership merek Farmhouse Dapat dilihat juga sosis merek Farmhouse memiliki nilai rata-rata yang cukup tinggi untuk “inovasi produk cepat”, akan tetapi belum dapat menyaingi nilai rata-rata merek Kimbo. Hal ini dikarenakan produknya yang dirasa belum se- up to date merek Kimbo, maka responden menilai inovasi sosis merek Farmhouse, belum sebaik merek sosis Kimbo. Untuk atribut “peningkatan popularitas”, merek Farmhouse juga belum dapat menyaingi merek Kimbo, dimana pada saat penyebaran kuesioner masih terdapat responden yang belum mengetahui sosis merek Farmhouse karena itu jumlah respondennya hanya 188 orang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kedua merek sosis memiliki atribut kepemimpinan yang positif, karena semua nilai rata-rata atribut berada di sebelah kanan pada grafik semantic differential. Untuk sosis merek Kimbo telah memiliki persepsi kepemimpinan yang sangat baik di mata para konsumen di wilayah Cibubur , terlihat dari nilai rata-rata yang tinggi, tentunya hal ini perlu 1 2 3 4 5

3.58 3.53

3.45 3.44

3.49 Peningkatan Popularitas Cepat Inovasi Produk Cepat Produknya Sangat Laku Produknya ”up to date” Teknologi Produk Moderen 66 dipertahankan, sedangkan merek sosis Farmhouse masih bisa mengembangkan terus atribut-atribut kepemimpinannya sebagai langkah strategis untuk kedepannya. Pada penelitian ini juga diajukan pertanyaan “Apa merek produk sosis yang terakhir Anda makan?”, pertanyaan ini diajukan kepada 200 orang responden dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel ditunjukkan bahwa, tingkat konsumsi paling banyak di wilayah Cibubur, adalah merek sosis Kimbo, dengan persentase 50,00, disusul oleh Farmhouse sebesar 18,50, dan Sozzis sebesar 11,50. Tabel 4. Merek Produk Sosis Yang Terakhir Dikonsumsi Merek Yang Terakhir Digunakan Total of Total Kimbo 100 50 Farmhouse 37 18.5 Sozzis 23 11.5 Winners 9 4.5 Fiesta 11 5.5 Kemchick 4 2 Bernardi 7 3.5 Vigo 5 2.5 Vida 4 2 Total 200 100.0 Responden juga ditanyakan “Apa alasan utama Anda memilih merek produk sosis Kimbo atau Farmhouse yang Anda makan?”, untuk menggali informasi mengenai alasan utama seorang konsumen memilih suatu produk sosis, terutama konsumen yang berada di wilayah Cibubur. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 22. Pada Lampiran 22, dapat dilihat bahwa alasan utama konsumen membeli merek sosis Kimbo, adalah : Praktis dan cepat saji 24,52; Rasanya enak dan bergizi 17,73; Produknya mudah diperoleh 16,99; Harganya terjangkau 16,10. Sedangkan yang menjadi alasan utama konsumen mengkonsumsi merek sosis Farmhouse adalah : Praktis dan cepat saji 24,08; Produknya mudah diperoleh 16,7; Rasanya enak dan bergizi 16,12; Ingin mencoba 14,37. 67 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, alasan “praktis dan cepat saji” menjadi salah satu syarat utama yang harus dimiliki oleh produk sosis. Terlihat bahwa konsumen di wilayah Cibubur, baru akan mengkonsumsi suatu produk sosis jika produk sosis tersebut dapat memberikan kepraktisan dan waktu yang cepat dalam penyajiannya. Selain itu, alasan “rasanya enak dan bergizi” serta “produknya mudah diperoleh”, menjadi alasan lainnya yang membuat konsumen mengkonsumsi produk sosis. Oleh karena itu, kedua produk baik itu sosis merek Kimbo dan Farmhouse harus terus mengembangkan rasa serta menjaga kandungan gizi yang baik dalam produknya, dengan ditunjang oleh jaringan distribusi yang lebih luas lagi, sebagai langkah strategis ke depannya.

4. Brand Loyalty

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut yang lain. Durianto et. al, 2004b. Pengukuran brand loyalty dilakukan dengan pengukuran harga optimum, tingkat switcher buyer, tingkat habitual buyer , tingkat liking the brand, tingkat satisfied buyer, tingkat commited buyer, dan brand switching. Menurut Durianto et. al 2004a, pengujian harga optimum dilakukan untuk melihat sejauh mana kesediaan konsumen merek Kimbo dan merek Farmhouse membayar dengan harga lebih tinggi untuk tip merek, sehingga hal ini akan menunjukkan penghargaan mereka kepada tiap-tiap merek baik itu Kimbo dan Farmhouse, daripada merek pesaing. Pengukuran harga optimum dalam penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang user Kimbo , 37 orang user Farmhouse, dan 63 orang user lainnya sama dengan pengukuran tingkat kesadaran merek. Penelitian ini dimaksudkan pula untuk mengetahui pada tingkat harga berapa konsumen di wilayah Cibubur, masih bersedia membayar untuk merek sosis Kimbo dan merek sosis Farmhouse. Jika konsumen loyal, maka secara logis mereka akan bersedia membayar lebih dari biasanya. Untuk pengukuran harga optimum, dilakukan dengan mensurvei harga sosis merek Kimbo sosis sapi goreng dan merek Farmhouse sosis sapi goreng, di 68 toko-toko swalayan serta supermarket sekitar wilayah Cibubur, survei ini dilakukan secara judgement sampling. Hal ini didukung juga oleh informasi sumber pengetahuan sebelumnya, yang menyatakan bahwa umumnya konsumen mengetahui merek sosis Kimbo dan Farmhouse dari toko swalayan atau minimarket , dan hypermarket atau supermarket. Didapatkan harga rata-rata untuk produk merek Kimbo adalah Rp. 25.00025 batang, dan untuk sosis merek Farmhouse adalah Rp. 26.00025 batang. Pertanyaan pertama yang diajukan dalam kuesioner adalah, “Bila produk sosis merek Kimbo sosis sapi goreng berharga Rp. 25.000pack 25 batang dan merek sosis Farmhouse sosis sapi goreng berharga Rp. 25.000pack 25 batang, mana yang Anda pilih?”. Tujuan dari pertanyaan tersebut, adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai tingkat keloyalan masing-masing user , baik itu Kimbo maupun Farmhouse. Perhitungannya tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Merek Yang Dipilih Bila Harganya Rp. 25.000pack 25 batang USER TOTAL Kimbo Farmhouse Merek yang dipilih Bila Kimbo Rp. 25.00025 Batang Farmhouse Rp. 25.00025 Batang Jml Jml Jml Kimbo 83 83 4 10.81 87 63.5 Farmhouse 17 17 33 89.19 50 36.5 Total 100 100 37 100.00 137 100.0 Jika dilihat pada Tabel 5, secara umum menunjukkan bahwa konsumen merek Kimbo dan merek Farmhouse masih cukup loyal dengan mereknya masing- masing. Sejumlah 83,00 konsumen merek Kimbo masih setia mengkonsumsi sosis merek Kimbo, dan sejumlah 89,19 konsumen merek Farmhouse, juga masih setia mengkonsumsi sosis merek Farmhouse. Namun apabila diperhatikan secara keseluruhan, merek sosis Kimbo menjadi pilihan utama, jika kedua produk sosis Kimbo dan Farmhouse berada pada tingkat harga yang sama. Sosis merek Kimbo dipilih oleh 63,50 responden, sedangkan sosis merek Farmhouse hanya 36,50 rresponden. Pada pengukuran harga optimum selanjutnya, seluruh responden ditanya informasi mengenai kesediaannya untuk membeli produk sosis merek Kimbo dan Farmhouse bila harganya dinaikkan. Harga dinaikkan dengan rentang Rp.1000,00, 69 dengan rentang lima titik. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Lampiran 23. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat harg optimum yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo, dimana konsumen masih bersedia untuk membayar, adalah pada tingkat harga Rp. 26.00025 batang. Pada tingkat harga tersebut jumlah responden yang setuju masih tinggi dibandingkan yang tidak setuju. Jika harga yang ditawarkan lebih dari Rp.26.000, responden sudah keberatan untuk membeli sosis merek Kimbo. Untuk sosis merek Farmhouse, belum memiliki harga yang optimum, karena di pasaran harganya sudah melebihi harga sosis merek Kimbo, yakni Rp.27.00025 batang. Karena itu, mungkin bagi konsumen harga tersebut sudah menjadi harga optimum, dan jika dinaikkan lagi, konsumen sudah tidak bersedia lagi untuk membelinya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 23, dimana pada tingkat harga Rp.28.00025 batang, jumlah konsumen yang setuju lebih kecil dibandingkan jumlah konsumen yang tidak setuju. Selanjutnya pengukuran brand loyalty, akan ditinjau dari segi karakteristik pembeli. Karakteristik pembeli ini dibagi menjadi switcher price buyer, habitual buyer , satisfied buyer, liking the brand, dan commited buyer. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 24, 25, 26, 27, dan 28. Menurut Durianto et. al 2004b, menyatakan bahwa switcher buyer merupakan pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. Pada Lampiran 24 dapat dilihat hasil perhitungan switcher buyer dari kedua merek sosis, baik Kimbo maupun Farmhouse. Untuk mendapatkan informasi mengenai switcher buyer ini, maka dalam kuesioner diajukan pertanyaan “Apakah Anda setuju bahwa alasan membeli merek produk sosis yang terakhir Anda makan adalah faktor harga?”. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat konsumen merek Kimbo yang merupakan switcher buyer adalah 70 sebesar 35,00, dan tingkat konsumen merek Farmhouse yang merupakan switcher buyer adalah sebesar 48,65. Jumlah ini memperlihatkan bahwa cukup banyak konsumen kedua merek yang membeli produk sosis karena faktor harga. Sehingga jika ada merek sosis lain yang harganya lebih murah, besar kemungkinan mereka akan berpindah ke merek lain. Nilai rata-rata responden switcher baik untuk merek sosis Kimbo maupun merek sosis Farmhouse masuk dalam kategori cukup rentang skala 2,6-3,4. Tingkatan selanjutnya adalah habitual buyer , pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini Durianto et. al, 2004b. Pada Lampiran 25 dapat dilihat hasil perhitungan habitual buyer dari kedua merek sosis, baik Kimbo maupun Farmhouse. Untuk mendapatkan informasi mengenai habitual buyer ini, maka dalam kuesioner diajukan pertanyaan “Apakah Anda setuju bahwa alasan membeli merek produk sosis yang terakhir Anda makan adalah faktor kebiasaan?”. Berdasarkan hasil perhitungan habitual buyer kedua merek sosis tersebut, tingkat habitual buyer yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo adalah sebesar 50,00, dan merek sosis Farmhouse sebesar 40,54. Jumlah ini memperlihatkan bahwa setengah dari user merek Kimbo mengkonsumsi sosis merek Kimbo karena kebiasaan, hal ini mungkin dikarenakan sosis merek Kimbo yang sudah ada cukup lama sekitar 11 tahun dan dikonsumsi secara turun-temurun, serta sosis Kimbo memiliki jaringan distribusi yang cukup luas, sehingga konsumen terbiasa untuk mengkonsumsi sosis merek Kimbo. Hal ini didukung pula pada perhitungan persepsi kualitas dan asosiasi sebelumnya, sosis merek Kimbo memiliki pengakuan yang baik dalam hal ‘produknya mudah diperoleh”. Untuk nilai rata-rata habitual buyer sosis merek Kimbo masuk dalam skala baik rentang skala 3,4-4,2. Untuk sosis merek Farmhouse yang memiliki persentase habitual buyer sebesar 40,54, memperlihatkan bahwa masih sedikit jumlah konsumennya yang mengkonsumsi sosis merek Farmhouse karena faktor kebiasaan. Hal ini 71 dikarenakan pada pengukuran harga optimum sebelumnya sosis merek Farmhouse memiliki harga di pasaran yang cukup tinggi yakni Rp.27.000 25 batang, sehingga sedikit konsumen yang menjadikan kebiasaan untuk mengkonsumsinya. Untuk nilai rata-rata habitual buyer sosis merek Farmhouse masuk dalam skala cukup rentang skala 2,6-3,4. Pada tingkatan satisfied buyer, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya switching cost loyal Durianto et. al, 2004b. Pada Lampiran 26 dapat dilihat hasil perhitungan satisfied buyer. Untuk mendapatkan informasi mengenai satisfied buyer ini, maka dalam kuesioner diajukan pertanyaan “Apakah Anda setuju kalau Anda mendapatkan kepuasaan di dalam mengkonsumsi produk sosis tersebut sebelumnya?”. Berdasarkan hasil perhitungan, sosis merek Kimbo memperoleh persentase sebesar 58,00 dan sosis merek Farmhouse memperoleh persentase sebesar 75,68. Secara umum, user dari kedua merek sosis baik itu Kimbo maupun Farmhouse setuju memperoleh kepuasan dalam mengkonsumsi kedua merek tersebut. Ini membuktikan bahwa kedua user menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi kedua merek tersebut. Untuk nilai rata-rata satisfied buyer sosis merek Kimbo masuk dalam skala baik rentang skala 3,4-4,2. Sedangkan, Untuk nilai rata-rata satisfied buyer sosis merek Farmhouse masuk dalam skala baik juga rentang skala 3,4-4,2. Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas liking the brand ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisas saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Meskipun 72 demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik Durianto et. al, 2004b. Pada Lampiran 27 dapat dilihat hasil perhitungan liking the brand. Untuk mendapatkan informasi mengenai liking the brand ini, maka dalam kuesioner diajukan pertanyaan “Apakah Anda setuju bahwa Anda benar-benar menyukai merek produk sosis yang terakhir Anda makan?”. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa sosis merek Kimbo memiliki jumlah konsumen yang merupakan liking the brand sebesar 61,00, dan merek sosis Farmhouse sebesar 67,57. Secara keseluruhan untuk nilai liking the brand sosis merek Farmhouse lebih unggul dibandingkan sosis merek Kimbo. Meskipun kalah dari sosis merek Farmhouse, nilai rata-rata sosis merek Kimbo masuk ke dalam skala baik rentang skala 3,4-4,2. Nilai persentasi liking the brand yang diperoleh sosis merek Kimbo juga cukup tinggi 61,00, hal ini dikarenakan sosis merek Kimbo benar-benar disukai oleh konsumennya. Sosis merek Kimbo disukai oleh konsumennya, karena berdasarkan hasil persepsi kualitas sebelumnya sosis merek Kimbo dipersepsikan sebagai sosis yang bergizi, dan aman untuk dikonsumsi dengan nilai rata-rata baik, yakni 3,99, dan dari segi rasa konsumen memiliki persepsi bahwa sosis merek Kimbo memiliki rasa yang enak, nikmat, dan aromanya wangi dengan nilai rata-rata baik, yakni 3,96. Selain itu, dalam pengukuran asosiasi sebelumnya, dalam benak konsumen, sosis merek Kimbo telah memiliki image bahwa produknya pasti halal, dan sosisnya serbaguna dapat diolah menjadi apa saja. Untuk sosis merek Farmhouse, telah memiliki nilai yang tinggi untuk liking the brand yakni sebesar, 67,57, ini menandakan bahwa hampir semua user Farmhouse, membeli produknya karena benar-benar menyukai produk Farmhouse tersebut. Sosis merek Farmhouse disukai oleh konsumennya, karena berdasarkan hasil perhitungan persepsi kualitas sebelumnya, sosis merek Farmhouse telah dipersepsikan sebagai sosis yang rasanya enak, nikmat, dan produknya wangi dengan nilai rata-rata baik, yakni 3,74, dan sosis yang aman serta bergizi untuk dikonsumsi dengan nilai rata-rata baik, yakni 3,77. Dalam perhitungan asosiasi merek, sosis merek Farmhouse, juga telah dipercaya oleh 73 konsumennya sebagai sosis yang halal, serta serbaguna dapat diolah menjadi apa saja. Untuk nilai rata-rata liking the brand sosis merek Farmhouse masuk dalam skala baik rentang skala 3,4-4,2. Pada tahapan commited buyer pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain Durianto et. al, 2004b. Pada Lampiran 28 dapat dilihat hasil perhitungan commited buyer. Untuk mendapatkan informasi mengenai commited buyer ini, maka dalam kuesioner diajukan pertanyaan, “Apakah Anda setuju untuk menyarankan atau mempromosikan kepada orang lain untuk membeli merek produk sosis yang terakhir Anda makan?”. Hasil perhitungan commited buyer menunjukkan bahwa user merek Kimbo yang termasuk adalah sebesar 53,00, dan user merek Farmhouse yang termasuk adalah sebesar 45,95. Secara keseluruhan, merek sosis Kimbo memiliki nilai user yang termasuk dalam commited buyer lebih tinggi dibandingkan merek sosis Farmhouse. Artinya, pengguna sosis merek Kimbo cukup loyal, sehingga mereka mempromosikan merek yang mereka gunakan kepada orang lain, walaupun mereka sensitif terhadap harga. Mereka mungkin akan tetap loyal selama tidak ada produk berkualitas dengan harga murah di pasaran. Untuk nilai rata-rata commited buyer sosis merek Kimbo dan Farmhouse masuk dalam skala baik rentang skala 3,4-4,2. Berikutnya adalah pengukuran Switching cost, pengukuran terhadap variabel ini dapat mengindikasikan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek. Pada umumnya jika biaya untuk berganti merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju penyusutan dari kelompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah. Dalam analisis switching cost ini digunakan brand switching pattern matrix , untuk menghitung ProT Possibility Rate of Transition = kemungkinan 74 perpindahan merek dari berbagai merek produk sejenis yang beredar di pasar. Rumusnya adalah sebagai berikut: ProT = -11 LnAL x At x x 100 x t Keterangan : ProT : Kemungkinan tingkat perpindahan suatu merek. AL x : Konsumen yang tetap setialoyal terhadap merek X. At x : Total konsumen yang diteliti dari merek X. t : Banyaknya penelitian. Semakin besar nilai ProT yang diperoleh, diperkirakan tingkat loyalitas pelanggan semakin mengecil Durianto et. al, 2004b. Untuk mengetahui perpindahan merek dari merek sosis Kimbo dan merek sosis Farmhouse ke merek lain, diajukan pertanyaan, “Selain merek terakhir yang Anda makan, merek produk sosis apa yang paling ingin Anda coba di masa mendatang?”, pada kuesioner. Informasi yang didapatkan dari hasil tabulasi kuesioner dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Perhitungan Brand Switching Matrix Brand Switching Matrix Dari \ Ke Kimbo Farmhouse Merek Lain Total Kimbo 68 9 23 100 73 Farmhouse 6 17 14 37 27 Total 74 26 37 137 100 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 6, menunjukkan bahwa merek produk sosis yang paling ingin dicoba di masa datang adalah produk sosis merek Kimbo. Selain itu, sebagian besar 68 orang dari konsumen Kimbo masih cukup loyal dengan memilih untuk tidak pindah ke merek lain. Akan tetapi, berbeda dengan konsumen sosis merek Farmhouse, dimana cukup banyak konsumennya yang ingin pindah ke merek lain yakni sejumlah 14 orang, sementara yang tetap loyal sejumlah 17 orang. Dapat disimpulkan bahwa konsumen Farmhouse kurang loyal terhadap mrerek yang digunakannya. Dari hasil perhitungan yang didapat pada Tabel 6, maka dihitung nilai ProT masing-masing merek, Kimbo dan Farmhouse, yang hasilnya disajikan pada 75 Tabel 7. Dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa nilai ProT yang dimiliki oleh Farmhouse lebih besar daripada nilai ProT yang dimiliki oleh sosis merek Kimbo, ini menunjukkan kecenderungan konsumen Farmhouse untuk tidak loyal lebih besar dibandingkan konsumen merek Kimbo. Tabel 7. Tabel Perhitungan Possibility Rate of Transition PRoTMerek PRoT Percentage of Unloyal Attrition Rate Switcher Kimbo 38.57 32.00 6.57 35 Farmhouse 77.77 54.05 23.72 48.65 Dapat dilihat pada Tabel 7, nilai dari percentage of unloyal yang dimiliki oleh konsumen sosis merek Farmhouse juga cukup tinggi, dibandingkan konsumen sosis merek Kimbo. Sementara itu nilai attrition rate memperlihatkan bahwa dari seluruh konsumen merek Farmhouse, akan ada sebanyak 23,72 yang akan berpindah ke merek lain, hal ini berbeda sangat jauh dengan merek Kimbo, yang memiliki nilai attrition rate hanya 6,57. Data switcher menguatkan indikasi bahwa keinginan untuk berpindah merek adalah karena faktor harga sensitif terhadap harga. Rangkuman dari pengukuran brand loyalty konsumen terhadap sosis merek Kimbo dan Farmhouse dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20. Gambar tersebut memperlihatkan bentuk piramida yang terbalik, hal ini bertujuan menjelaskan bahwa semakin banyak jumlah commited buyer, maka tingkat loyalitas merek tersebut semakin baik Durianto et. al, 2004a. Dapat dilihat pada piramida loyalitas merek sosis Kimbo bentuk piramidanya hampir menbentuk segitiga terbalik bentuk yang ideal, jumlah persentasenya mengalami kenaikan hingga tahap liking the brand, akan tetapi mengalami penurunan pada tahap commited buyer. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen merek sosis Kimbo sudah loyal terhadap merek Kimbo selama ini. Terlihat dari secara umum merek telah mencapai tahap liking the brand sebesar 61,00, bahkan masih banyak juga konsumen yang sangat loyal terlihat dari besarnya presentase commited buyer yang tidak terlalu jauh dengan liking the brand . Selain itu, alasan lain mengapa konsumen Kimbo telah loyal dengan merek 76 Kimbo, terlihat dari nilai ProT yang telah disajikan sebelumnya, tidak terlalu besar, dan tingkat perpindahannya ke merek lain pun tidak besar Attrition rate. Gambar 19. Piramida Loyalitas Sosis Merek Kimbo. Untuk konsumen Farmhouse, jika dilihat pada Gambar 20, terlihat bahwa gambar piramidanya belum membentuk segitiga yang terbalik bentuk yang ideal, nilai persentasenya mengecil pada tahap habitual buyer, liking the brand, dan commited buyer. Secara umum konsumen Farmhouse belum atau kurang loyal terhadap merek Farmhouse, karena sebagian besar dari mereka termasuk dalam tahap satisfied buyer, yang artinya mereka sudah puas akan tetapi masih memungkinkan terjadinya perpindahan ke merek lain dengan adanya biaya peralihan switching cost, meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh dengan tahap liking the brand. Hal ini didukung pula, dengan nilai ProT dari sosis merek Farmhouse yang cukup besar, serta nilai tingkat perpindahan attrition rate yang besar, sehingga jika biaya peralihan yang ditawarkan cukup rendah, mereka akan berpindah ke merek lain. Tingkat switcher buyer pada merek Farmhouse juga cukup tinggi, artinya jika ada produk sejenis yang lain dengan harga yang lebih rendah, akan banyak konsumen Farmhouse yang berpindah ke merek lain.

53.00 61.00

58.00 50.00

35.00 Commited Buyer Liking The Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer SwitcherPrice Buyer 77 Gambar 20. Piramida Loyalitas Sosis Merek Farmhouse.

5. Cause Marketing Tingkat Kepedulian Merek, dan Hubungan Konsumen Dengan Merek

Menurut Jed Pearsall, di dalam Kertajaya 2004 menyatakan bahwa, semakin lama banyak orang yang cenderung resisten terhadap iklan. Tidak hanya itu, mereka justru menuntut agar perusahaan mau terlibat dalam isus-isu penting dalam masyarakat. Prinsip cause marketing ini selaras dengan emotional branding . Pada akhirnya, cause marketing dapat meningkatkan ekuitas merek, sekaligus menciptakan forum yang membuat hubungan antara pelanggan dan perusahaan semakin dalam Kertajaya, 2004. Pengukuran cause marketing ini dilakukan kepada seluruh responden 200 orang, untuk melihat sejauh mana hubungan suatu merek sosis Kimbo atau Farmhouse dengan para konsumen di wilayah Cibubur. Pengukuran cause marketing ini juga dilakukan melalui dua tahapan yakni menghitung nilai brand care tingkat kepedulian suatu merek terhadap konsumen, dan brand relationship seberapa jauh dan bagaimana hubungan yang terjalin antara merek dengan konsumen. Pengukuran ini melibatkan seluruh responden, karena masalah kepedulian dan relationship ini merupakan hubungan antara suatu merek dengan suatu masyarakat, terutama di wilayah Cibubur.

45.95 67.57

75.68 40.54

48.65 Commited Buyer Liking The Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer SwitcherPrice Buyer 78 Untuk hasil perhitungan brand care dapat dilihat pada Tabel 8, dimana dapat dilihat bahwa produk sosis merek Kimbo mendapatkan nilai paling tinggi, yani sekitar 40,87 konsumen di wilayah Cibubur memilihnya sebagai merek paling peduli. Kemudian diikuti oleh merek sosis Farmhouse dan merek sosis Sozzis, dengan nilai masing-masing yakni, 26,01, dan 17,96. Ini berarti, sosis merek Kimbo telah dianggap peduli terhadap konsumennya oleh para responden di wilayah Cibubur, karena sosis merek Kimbo, sebagai produk makanan, telah meyakinkan para konsumennya bahwa produknya halal, terlihat pada kemasannya yang mencantumkan logo halal, kemudian mutu dan kualitasnya yang dipercaya oleh konsumen, sehingga produk sosis merek Kimbo aman serta bergizi untuk dikonsumsi. Tabel 8. Tabel Tingkatan Merek Yang Paling Peduli Merek Yang Perduli Terhadap Konsumen Total of Total Kimbo 132 40.87 Farmhouse 84 26.01 Sozzis 58 17.96 Winners 7 2.17 Fiesta 22 6.81 Kemchick 5 1.55 Bernardi 14 4.33 Doux 1 0.31 Total 323 100.00 Berikutnya untuk perhitungan brand relationship, antara merek sosis Kimbo dan merek sosis Farmhouse, hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Kedua produk sosis secara umum, dianggap memiliki hubungan yang biasa-biasa saja oleh para konsumen di wilayah Cibubur, dengan masing-masing nilainya adalah 35,00 untuk sosis merek Kimbo, dan 41,50 untuk sosis merek Farmhouse. Jumlah persentase responden yang sudah memiliki hubungan yang erat dan sangat erat dengan sosis merek Kimbo, sudah cukup bagus yakni masing- masing sebesar 27,50 dan 24,50, sementara jumlah persentase responden yang sudah memiliki hubungan yang erat dan sangat erat dengan sosis merek Farmhouse, masih relatif sedikit yakni masing-masing sebesar 27,50 dan 24,50. 79 Oleh karena itu, merek sosis Kimbo dan Farmhouse harus terus mengembangkan aktivitas-aktivitas pemasaran yang berorientasi pada konsumen, sehingga mendapatkan dukungan, dipercaya, serta diyakini dapat menghasilkan sebuah hubungan yang tidak hanya dengan perusahaan, tetapi dengan konsumen. II.Analisis Nilai Ekuitas Merek Dengan Metode Structural Equation Modelling. Ekuitas merek adalah salah satu aset yang ada dapat membangun sebuah merek. Adapun aset-aset yang dapat membangun merek tersebut, terdiri dari aset tangible , yang meliputi atribut fungsional mengedepankan kelebihan fungsi dan kegunaan suatu merek dari merek yang lain, dan aset intangible, yang meliputi atribut emosional sebuah merek mampu memenuhi harapan-harapan emosi dari konsumen. Ekuitas merek dapat menimbulkan dampak positif dan negatif, dampak positif tersebut dapat dibangun dengan pelaksanaan strategi promosi yang efektif serta konsistensi sebuah merek dalam memenuhi dan melayani harapan para pelanggan atau konsumen, sedangkan dampak negatif terjadi karena sistem manajemen yang buruk Kamus Wikipedia, 2006. Menurut Durianto et.al 2004a, konsumen memiliki kepedulian, penerimaan, maupun preferensi yang tinggi terhadap merek yang dipandang “bereputasi” atau, dalam bahasa ilmiahnya, yang memiliki ekuitas merek yang tinggi. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang tinggi. Dengan demikian merek memegang peran yang amat penting bagi perusahaan mengingat ekuitas merek yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu Durianto et.al., 2004. Analisis brand equity merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi untuk menyusun strategi agar merek tersebut menjadi merek yang kuat. Kegiatan penyusunan strategi tersebut meliputi kegiatan menciptakan, mengembangkan mengimplementasikan, dan mengelola merek secara terus-menerus sampai merek tersebut menjadi kuat Rangkuti, 2002. Menurut Kapferer dalam Rangkuti 80 2002, apabila suatu konsep merek yang kuat dapat dikomunikasikan secara baik kepada pasar sasaran yang tepat, maka merek tersebut akan menghasilkan brand image yang dapat mencerminkan identitas merek yang jelas. Analisis ekuitas merek pada penelitian ini menggunakan metode structural equation modelling SEM. SEM adalah sebuah teknik analisis statistika yang mengkombinasikan beberapa aspek yang terdapat pada analisis jalur dan analisis faktor konfirmatori untuk mengestimasi beberapa persamaan secara simultan Hisyam, 2003 dalam w ww.olahdat a.com . SEM atau LISREL Linear Structural Relations juga merupakan pendekatan yang terintegrasi antara analisis data dengan konstruksi konsep. Di dalam SEM peneliti dapat melakukan tiga kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen setara dengan faktor analisis konfirmatori, pengujian model hubungan antar variabel laten setara dengan analisis path, dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan setara dengan model struktural atau analisis regresi Solimun, 2002. Untuk input data digunakan software SPSS versi 13.0 dan untuk perhitungan Structural Equation Modelling-nya digunakan software LISREL versi 8.30. Pada penelitian ini digunakan path diagram yang didasari dari kerangka SEM yang terdapat pada Gambar 13. Menurut Solimun 2002, diagram path sangat bermanfaat untuk menunjukkan alur hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen. Dimana hubungan-hubungan kausal yang telah ada, berdasarkan justifikasi dari teori dan konsepnya, divisualisasikan ke dalam gambar sehingga lebih mudah melihatnya dan lebih menarik. Pada analisis SEM untuk ekuitas sosis merek Kimbo, memiliki syntax program LISREL 8.30 seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 30. Output-nya dapat dilihat pada Lampiran 31. Sedangkan, untuk analisis sosis merek Farmhouse syntax -nya dapat dilihat pada Lampiran 32. Untuk tampilan output-nya dapat dilihat pada Lampiran 33. Untuk tampilan hasil running programnya dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22. Bentuk alur dari path diagram yang dibentuk, disesuaikan dengan teori dan konsep yang sudah ada, kemudian untuk pengujian kelayakan modelnya dapat dilihat pada tampilan output pada Lampiran 31 untuk sosis merek Kimbo dan 81 Lampiran 33 untuk sosis merek Farmhouse. Pada Lampiran 31 dan 33, memuat data mengenai goodness of fit statistic, yang menampilkan goodness of fit model overall pada SEM. Menurut Solimun 2002 , pengujian goodness of fit overall bersamaan dengan nilai output-nya jika jumlah sampelnya 100-200, diberikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengujian Goodness of Fit Overall Model SEM Sosis Kimbo dan Farmhouse Goodness Of Fit Nilai Output Nilai Goodness Of Fit Statitistic Model Sosis Kimbo Nilai Goodness Of Fit Statitistic Model Sosis Farmhouse Standardized Root Mean Square Residual Kecil . . 1 1 3 3 k k e e c c i i l l . . 1 1 6 6 k k e e c c i i l l Root Mean Square Error of Approximation ≤ 0.08 . . . . Goodness of Fit Index ≥ 0.90 1 1 . . 1 1 . . Adjustment Goodness of Fit Index ≥ 0.90 1 1 . . . . 9 9 9 9 Comparative Fit Index ≥ 0.94 1 1 . . 1 1 . . Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa model alur dan nilai korelasi antar variabelnya, telah memenuhi uji Goodness of Fit Overall, artinya model dinyatakan telah dapat mewakili teori. Pengukuran SEM juga sekaligus mengukur nilai validitas dan reliabilitas dari permodelan yang diperhitungkan. Menurut Solimun 2002, di dalam SEM reliabilitas dapat diperiksa dengan rumus reliabilitas konstruk. Rumusnya adalah : ρ ή = ∑ λ yi 2 x var ή ∑ λ yi 2 x var ή + ∑ var ε yi Suatu instrumen dikatakan reliabel, jika ρ ή ≥ 0,70. Untuk uji reliabilitas konstruk dapat dilihat pada Lampiran 34 sosis merek Kimbo, memiliki nilai 0,979 dan sosis merek Farmhouse memiliki nilai 0,965. Maka dapat disimpulkan kedua merek memiliki instrumen yang reliabel. Kemudian untuk uji validitas menurut 82 Solimun 2002, dapat digunakan rumus everage variance extracted. Rumusnya adalah sebagai berikut : ρ vc ή = ∑ λ 2 yi x var ή ∑ λ 2 yi x var ή + ∑ var ε yi Besaran ρ vc ή menunjukkan proporsi varians variabel laten yang dapat dijelaskan oleh variabel manifes indikator, jika ρ vc ή ≥ 0,50 berarti varians yang terkandung dalam variabel laten lebih besar daripada yang berada dalam error, sehingga validitas indikator dapat diperhitungkan. Untuk uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 34 sosis merek Kimbo, memiliki nilai 0,959 dan sosis merek Farmhouse memiliki nilai 0,933. Maka dapat disimpulkan kedua merek memiliki instrumen yang valid. Tujuan akhir dari SEM, terutama jika data input-nya pada prinsipnya adalah matrik korelasi, berupa pemeriksaan besar kecilnya pengaruh, baik langsung, tidak langsung, ataupun pengaruh total variabel bebas variabel exogen terhadap variabel tergantung Solimun, 2002. Nilai SEM tersebut dapat mewakili bobot dari masing-masing elemen dalam mempengaruhi ekuitas merek suatu produk. Menurut Marini 2006 dalam situs ht t p: digilib.it s.ac.id . , pembobotan ditentukan dari faktor loading λ i . 83 Gambar 21. Path Diagram Model Estimation Untuk Sosis Kimbo. B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F BRNDCARE . . 9 9 9 9 1 1 . . 2 2 . . 8 8 6 6 . . 9 9 1 1 . . 8 8 8 8 . . 9 9 1 1 . . 9 9 4 4 . . 9 9 6 6 . . 9 9 4 4 . . 9 9 3 3 . . 9 9 2 2 . . 9 9 3 3 . . 9 9 3 3 1 1 . . 3 3 1 1 . . 5 5 . . 1 1 6 6 . . 1 1 4 4 . . 1 1 2 2 . . 8 8 . . 1 1 1 1 . . 1 1 7 7 . . 2 2 2 2 . . 1 1 7 7 . . 2 2 7 7 . . 1 1 3 3 . . 1 1 3 3 Chi-Square=1.36, df=4, P-value=0.85038, RMSEA=0.000 . . 7 7 . . 3 3 . . 6 6 . . 2 2 1 1 . . 1 1 4 4 84 Gambar 22. Path Diagram Model Estimation Untuk Sosis Farmhouse. B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F BRNDCARE . . 9 9 6 6 . . 9 9 4 4 . . 8 8 6 6 . . 9 9 2 2 . . 9 9 . . 8 8 9 9 . . 9 9 4 4 . . 9 9 4 4 . . 9 9 4 4 1 1 . . . . 9 9 7 7 . . 9 9 2 2 . . 9 9 2 2 . . 9 9 9 9 1 1 . . 6 6 . . 6 6 . . 1 1 . . 1 1 2 2 . . 1 1 1 1 . . 1 1 2 2 . . 2 2 . . 1 1 8 8 . . 1 1 5 5 . . 2 2 6 6 . . 1 1 6 6 . . 1 1 6 6 Chi-Square=0.62, df=4, P-value=0.96047, RMSEA=0.000 . . 6 6 . . 7 7 . . 2 2 . . 6 6 85 Pada Gambar 21 dan Gambar 22, terdapat 11 variabel indikator 9 variabel indikator eksogen,dan 2 variabel indikator endogen, serta 4 variabel laten eksogen, dan 1 variabel laten endogen. Menurut Hisyam 2003, variabel laten eksogen adalah variabel konstruk yang menjadi variabel independen, yaitu variabel yang tidak diprediksi oleh variabel laten yang lainnya, dalam model SEM pada gambar 2 dan 3, yang termasuk dalam variabel laten eksogen adalah, BAWAR Brand Awareness, ASSBRAND Brand Association, PERQUAL Perceived Quality, dan BLOYAL Brand Loyalty. Masing-masing variabel laten eksogen memiliki variabel indikator, yakni TOM Top Of Mind dan TOMAD Top Of Mind Advertising untuk BAWAR, PERVAL Perceived Value , BRNDPER Brand Personality, dan ORGASSC Organizational Association , untuk ASSBRAND, PERQUAL Perceived Quality dan LEADER Leadership untuk PERQUAL, kemudian OPTPRICE Optimum Price dan SATISF Satisfaction untuk BLOYAL. Menurut Hisyam 2003, variabel laten endogen adalah, variabel laten yang menjadi variabel dependen, yang diprediksi oleh variabel laten yang lain. Pada model SEM pada gambar 2 dan 3, yang termasuk dalam variabel laten endogen adalah, BEQUITY Brand Equity, dengan 2 variabel indikator yakni BRNDCARE Brand care dan RELATION Relationship. Pengujian T-values juga dilakukan untuk masing-masing permodelan Gambar 21 dan Gambar 22 untuk mendidentifikasi nilai-nilai yang tidak signifikan, sehingga tidak berpengaruh dalam perhitungan. Hasil pengujian T- value ini dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24. Dapat dilihat bahwa nilai - nilai kekeliruan δ a pada variabel indikator eksogen seperti, TOM , TOMAD, PERVAL, BRNDPER, ORGASSC, OPTPRICE, tidak signifikan, dan pada variabel indikator endogen seperti BRNDCARE dan RELATION nilai kekeliruannya ε i juga tidak signifikan. Hal ini berdasarkan nilai T-value pada tingkat kepercayaan 95 adalah 2,13, sehingga jika 2,13 nilai tersebut tidak signifikan, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan. Nilai-nilai yang tidak signifikan berdasarkan uji T-values, akan berwarna merah dalam pemrograman LISREL 8.30. Dari kedua model diagram jalur merek sosis tersebut, terdapat beberapa nilai yang tidak signifikan dan tidak perlu 86 dihitung dalam perhitungan ekuitas merek selanjutnya. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah nilai kekeliruan pada variabel indikator eksogen seperti top of mind TOM, top of mind advertising TOMAD, perceived value PERVAL, brand personality BRNDPER, organizational associations ORGASSC, dan optimum price OPTPRICE, dan nilai kekeliruan pada variabel indikator endogen seperti brand care BRNDCARE, serta relationship RELATION. Pada kedua model estimasi diatas Gambar 21 dan Gambar 22, memperlihatkan adanya hubungan antara variabel indikator eksogen. Hubungan yang terjadi pada kedua model estimasi merek sosis tersebut adalah hubungan yang terjadi antara variabel indikator penyusun brand association dan variabel indikator penyusun brand loyalty. Untuk merek Kimbo ditambah dengan pola hubungan antara variabel indikator eksogen penyusun brand awareness. Pola hubungan antara variabel indikator eksogen ini menjelaskan bahwa, variabel- variabel indikator eksogen tersebut saling mempengaruhi dalam menyusun variabel latennya. Pengaruh yang ditimbulkan bernilai positif, artinya variabel- variabel indikator eksogen tersebut sejalan dalam membangun variabel latennya. 87 Gambar 23. Uji T-Value Model Sosis Kimbo. B B E E Q Q U U I I T T Y Y B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F 2 2 8 8 . . 1 1 2 2 2 2 4 4 . . 5 5 3 3 1 1 8 8 . . 7 7 9 9 2 2 . . 7 7 1 1 2 2 . . 9 9 2 2 1 1 . . 8 8 4 4 2 2 1 1 . . 4 4 2 2 5 5 . . 4 4 1 1 9 9 . . 3 3 7 7 2 2 . . 2 2 6 6 1 1 9 9 . . 9 9 6 6 2 2 4 4 . . 3 3 4 4 2 2 4 4 . . 6 6 8 8 1 1 . . 4 4 8 8 1 1 . . 3 3 3 3 1 1 . . 1 1 . . 1 1 1 1 1 1 . . 8 8 2 2 . . 2 2 3 3 2 2 . . 7 7 4 4 1 1 . . 8 8 3 3 2 2 . . 6 6 1 1 1 1 . . 3 3 4 4 1 1 . . 3 3 8 8 BRNDCARE R R E E L L A A T T I I O O N N 2 2 7 7 . . 8 8 8 8 Chi-Square=1.36, df=4, P-value=0.85038, RMSEA=0.000 2 2 . . 9 9 7 7 2 2 . . 4 4 2 2 . . 7 7 8 8 2 2 . . 2 2 4 4 2 2 . . 1 1 4 4 88 Gambar 24. Uji T-Value Model Sosis Farmhouse. 1 1 . . 2 2 9 9 1 1 . . 4 4 4 4 B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F BRNDCARE 2 2 5 5 . . 9 9 5 5 2 2 2 2 . . 3 3 7 7 1 1 7 7 . . 4 4 1 1 9 9 . . 2 2 1 1 2 2 . . 1 1 2 2 . . 2 2 8 8 2 2 3 3 . . 4 4 2 2 2 2 . . 5 5 2 2 1 1 . . 5 5 7 7 2 2 . . 6 6 2 2 1 1 8 8 . . 8 8 1 1 2 2 3 3 . . 5 5 2 2 2 2 . . 5 5 3 3 2 2 4 4 . . 1 1 8 8 . . 5 5 1 1 . . 5 5 1 1 . . 3 3 1 1 . . 2 2 9 9 1 1 . . 5 5 7 7 2 2 . . 4 4 7 7 2 2 . . 1 1 1 1 1 1 . . 3 3 8 8 2 2 . . 2 2 8 8 Chi-Square=0.62, df=4, P-value=0.96047, RMSEA=0.000 2 2 . . 8 8 1 1 2 2 . . 9 9 2 2 2 2 . . 2 2 4 4 2 2 . . 7 7 7 7 89 Langkah berikutnya yang perlu dilakukan sebelum menghitung ekuitas merek masing-masing merek sosis, perlu dilakukan perhitungan terhadap lima variabel eksogen penyusun ekuitas merek terlebih dahulu. Menurut Solimun 2002, konversi diagram alur, model struktural, ke dalam model matematika menjadi sebagai berikut : ξ i = ∑Xa -δ a λ a dan ή j = ∑Yb -ε b λ b Keterangan : Xa = Variabel indikator eksogen. Yb = Variabel indikator endoogen. λ a = Bobot korelasi antara variabel indikator dengan variabel laten eksogennya. λ b = Bobot korelasi antara variabel indikator dengan variabel laten endogennya. ξ i = Nilai variabel laten eksogen. ή j = Nilai variabel laten endogen. δ a = Nilai kekeliruan variabel indikator eksogen. ε i = Nilai kekeliruan variabel indikator endogen. Untuk perhitungan nilai masing-masing variabel eksogen penyusun ekuitas merek pada SEM disajikan pada Lampiran 35, dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Elemen Penyusun Ekuitas Merek Kimbo Dan Farmhouse. Variabel eksogen Bobot Merek Kimbo Bobot Merek Farmhouse Brand Awareness 0,930 0,555 Brand Association 1,056 1,063 Perceived Quality 1,275 1,165 Brand Loyalty 1,056 0,358 90 Setelah mengetahui nilai dari masing-masing elemen penyusun ekuitas merek, maka selanjutnya dilakukan perhitungan nilai ekuitas merek. Dalam perhitungan nilai ekuitas merek ini digunakan rumus persamaan matematika yang diajukan oleh Solimun 2002, rumusnya adalah : ή = ∑γ x ξ + ζ Keterangan : ή = Variabel laten endogen. γ = Bobot korelasi antar variabel laten eksogen dengan endogen. ξ = Nilai Variabel laten eksogen. ζ = Nilai kekeliruan pada variabel laten endogen. Setelah dilakukan perhitungan akhir ekuitas merek kedua merek sosis, ternyata sosis merek Kimbo memiliki nilai ekuitas merek yang lebih tinggi daripada sosis merek Farmhouse. Pada Lampiran 36, dapat dilihat bahwa nilai ekuitas merek untuk sosis Kimbo adalah sebesar 7,605 dan untuk sosis Farmhouse adalah sebesar 5,984. Berdasarkan perhitungan tiap-tiap elemen yang dilakukan sosis merek Kimbo secara umum dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan sosis merek Farmhouse. Untuk pengukuran nilai elemen cause marketing tiap merek sosis, digunakan rumus pengukuran nilai Yi Solimun ,2002. Elemen cause marketing yaitu, brand care dan relationship. Brand care adalah tingkat kepedulian merek terhadap konsumen, mengukur sejauh mana suatu merek telah mengangkat isu-isu kemasyarakatan di tengah konsumennya, pada dasarnya merek yang telah memiliki ekuitas yang kuat dipersepsikan telah peduli oleh konsumennya. Relationship adalah hubungan yang terjalin antara merek dan konsumen. Semakin kuat ekuitas suatu merek hubungan yang terjalin dengan konsumen pun akan semakin erat. Perhitungan nilai elemen cause marketing tiap merek dapat dilihat pada Lampiran 36. dapat dilihat bahwa brand care dan relationship untuk sosis Kimbo adalah sebesar 7,073 dan untuk sosis Farmhouse adalah sebesar 5,505. Hal ini 91 sesuai dengan data dari hasil penelitian dimana nilai brand care dan relationship untuk sosis Kimbo, memang lebih besar daripada sosis merek Farmhouse. Nilai ekuitas merek Kimbo yang lebih tinggi daripada Farmhouse menununjukkan bahwa cause marketing yang dilakukan oleh Kimbo lebih besar daripada Farmhouse. Ini keuntungan yang sangat besar bagi sosis Kimbo karena telah dipersepsikan sebagai merek yang lebih peduli dan memiliki hubungan baik oleh konsumen. Namun, merek sosis Kimbo dan Farmhouse harus terus mengembangkan aktivitas-aktivitas pemasaran yang berorientasi pada konsumen, sehingga mendapatkan dukungan, dipercaya, serta diyakini dapat menghasilkan sebuah hubungan yang tidak hanya dengan perusahaan, tetapi dengan konsumen. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap model estimation masing-masing merek dengan fix correlation index. Perhitungan dengan fix correlation index ini bertujuan untuk mencari variabel-variabel indikator eksogen yang paling mempengaruhi variabel laten eksogen, dilihat dari bobot korelasi yang dimiliki oleh tiap variabel indikator eksogen Suharjo dan Suwarno, 2002. Hasil analisis dari model estimation tiap merek sosis dengan fit correlation index dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26. Pada Gambar 25 dan 26, yang merupakan hasil dari fix correlation index dari merek Kimbo dan Farmhouse, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Top of mind advertising TOMAD merupakan variabel indikator yang paling mempengaruhi tingkat kesadaran merek BAWAR, karena memiliki bobot korelasi 1,00 yang lebih besar daripada Top of Mind TOM, untuk Kimbo hanya 0,99 sedangkan untuk Farmhoouse hanya 0,90. Sehingga untuk meningkatkan tingkat kesadaraan merek lebih efektif jika dilakukan melalui iklan dan promosi yang gencar untuk membentuk top of mind advertising yang lebih baik lagi. b. Brand personality BRNDPER merupakan variabel indikator yang paling mempengaruhi tingkat asosisasi merek ASSBRAND, karena memiliki bobot korelasi 1,00 yang lebih besar daripada dua indikator lainnya, yakni Perceived value PERVAL, untuk Kimbo hanya 0,98 sedangkan untuk Farmhouse hanya 0,66 dan Organizational association ORGASSC, untuk Kimbo hanya 0,98 sedangkan untuk Farmhouse hanya 0,97. Sehingga bentuk asosiasi yang 92 penting untuk ditingkatkan dalam benak konsumen, adalah asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan brand personality kepribadian merek. c. Perceived quality PERQUAL merupakan variabel indikator yang paling mempengaruhi tingkat persepsi kualitas PERQUAL, karena memiliki bobot korelasi untuk Kimbo bobot korelasinya 1,00 dan untuk Farmhouse bobot korelasinya 1,03 yang lebih besar daripada leadership LEADER, untuk Kimbo hanya 0,97 sedangkan untuk Farmhouse hanya 1,00. Sehingga untuk membentuk persepsi yang positif yang baik dalam pandangan konsumen terhadap produk, harus lebih ditingkatkan persepsi kualitasnya. d. Optimum price OPTPRICE merupakan variabel indikator yang paling mempengaruhi tingkat loyalitas merek BLOYAL, karena memiliki bobot korelasi 1,00 yang lebih besar daripada satisfaction SATISF, untuk Kimbo hanya 0,99 sedangkan untuk Farmhouse hanya 0,75. Sehingga faktor harga produk sangat menentukan dalam tingkat loyalitas konsumen. Konsumen cenderung menyukai merek pertama kali dilihat dari faktor harga yang optimal, bukan dari kepuasan yang mereka dapat. 93 Gambar 25. Model Estimation merek Kimbo dengan Fix Correlation Index. B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F BRNDCARE . . 9 9 5 5 . . 9 9 5 5 . . 9 9 4 4 1 1 . . . . 9 9 7 7 1 1 . . . . 9 9 8 8 1 1 . . . . 9 9 8 8 1 1 . . . . 9 9 9 9 . . 9 9 7 7 . . 9 9 3 3 . . 9 9 4 4 . . 9 9 6 6 . . 2 2 . . . . 4 4 . . . . 3 3 . . . . 6 6 . . . . 1 1 2 2 . . 1 1 3 3 Chi-Square=7.65, df=8, P-value=0.85777, RMSEA=0.000 . . 1 1 3 3 . . 5 5 . . 2 2 . . 6 6 . . 7 7 . . 8 8 94 Gambar 26. Model Estimation merek Farmhouse dengan Fix Correlation Index. B B E E Q Q U U I I T T Y Y R R E E L L A A T T I I O O N N B B A A W W A A R R A A S S S S B B R R A A N N D D P P E E R R C C Q Q U U A A L L B B L L O O Y Y A A L L T T O O M M P P E E R R V V A A L L T T O O M M A A D D B B R R N N D D P P E E R R O O R R G G A A S S S S C C P P E E R R Q Q U U A A L L L L E E A A D D E E R R O O P P T T P P R R I I C C E E S S A A T T I I S S F F BRNDCARE 1 1 . . 4 4 2 2 1 1 . . 5 5 1 1 . . 7 7 5 5 1 1 . . 1 1 . . 1 1 . . 3 3 . . 9 9 7 7 1 1 . . . . 6 6 6 6 1 1 . . . . 9 9 . . 6 6 6 6 . . 9 9 2 2 . . 6 6 7 7 1 1 . . 1 1 2 2 . . 8 8 . . 7 7 6 6 . . 3 3 2 2 . . 7 7 2 2 . . 7 7 3 3 . . 6 6 2 2 . . 5 5 9 9 . . 5 5 . . 5 5 Chi-Square=9.67, df=8, P-value=0.95556, RMSEA=0.000 . . 1 1 9 9 . . 1 1 3 3 . . 6 6 . . 7 7 . . 2 2 . . 5 5 104

VI. STRATEGI BAURAN PEMASARAN