Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan Rotan

C. Penyerapan Tenaga Kerja dalam Industri Rotan Berdasarkan penyerapan tenaga kerjanya, maka industri pengolahan rotan dapat digolongkan dalam industri padat karya, dimana industri pengolahan ini pada umumnya tidak membutuhkan peralatan yang mahal dan berteknologi tinggi tetapi cukup dengan tenaga kerja yang banyak. Hasil yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta BPS Kabupaten Cirebon tahun 2004 menyebutkan bahwa pada tahun 2004 indutri rotan di Cirebon dapat menyerap sebanyak 61.140 orang. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 rata-rata sebesar 2.228 orang per tahun dengan peningkatan terbanyak terjadi pada tahun 2003 sebesar 5.294 orang. Sementara itu rata-rata penyerapan tenaga kerja per industri untuk rentang waktu tersebut adalah 56 orangindustri. Jika dihitung dari jumlah angkatan kerja Kabupaten Cirebon pada tahun 2003 maka persentase penyerapan tenaga kerja dari sektor industri rotan di daerah tersebut adalah sebesar 3,62. Tabel 6. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Rotan Tahun 1997-2004. Tahun Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja per Industri 1997 45544 852 53.45 1998 47794 864 55.32 1999 49530 892 55.53 2000 50644 909 55.71 2001 51432 923 55.72 2002 54267 952 57.00 2003 59561 1019 58.45 2004 61140 1060 57.68

D. Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan Rotan

Penelaahan nilai tambah yang dilakukan ini dimulai dari bahan baku rotan setengah jadi sampai tahap barang jadi rotan dilakukan pada CV. Anggun Rotan. Nilai tambah industri barang jadi rotan dihitung dengan menggunakan metode nilai tambah Hayami pada Tabel 7. Dari hasil perhitungan nilai tambah Hayami dapat diperoleh keterangan sebagai berikut: 1. Nilai tambah pengolahan dalam industri rotan. 2. Tingkat keuntungan, dalam rupiah dan persen. 3. Besarnya balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang digunakan Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Industri Pengolahan Rotan No Uraian Nilai Output, input, Harga 1 OutputKgbln 38477.5 2 Input Bahan Baku KgBln 28422 3 Input Tenaga Kerja Hari KerjaBln 2400 4 Faktor Konversi 12 1.35 5 Koefisien TK 32 0.08 6 Harga Produk Jadi Rpkg 16936.55 7 Upah Rata-rata TK RpHK 19036.46 Pendapatan dan Keuntungan 8 Haga input BB RpKg 7250 9 Sumbangan input Lain Rpkg 2125.292 10 Nilai Produk 4 x 6 22928.58 11 Nilai Tambah 10-8-9 13553.29 Rasio Nilai Tambah 1110 x 100 59.11 12 Pendapatan TK 5 x 7 1607.47 Bagian TK 1211 x 100 11.86 13 Keuntungan 11- 12 11945.82 Tingkat Keuntungan 1310 x 100 52.10 Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14 Margin 10-8 15678.58 a. Pendapatan TK 1214 x 100 1.607,05 10.25 b. Sumbangan Input Lain 914 x 100 2.126,01 13.56 c. Keuntungan Perusahaan 1314 x 100 11.945,51 76.19 Nilai-nilai dalam perhitungan nilai tambah ini merupakan nilai rata-rata per bulan yang diambil dari CV. Anggun Rotan. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri tersebut adalah 110 orang dengan tenaga kerja langsung sebesar 100 orang. Dalam satu bulan rata-rata terdapat 24 hari kerja sehingga input tenaga kerja yang terjadi untuk industri tersebut adalah 2400 Hari Kerja. Koefisien tenaga kerja yang digunakan adalah banyaknya tenaga kerja langsung HKbulan dibagi oleh bahan baku Kgbulan. Dari perhitungan diperoleh koefisien tenaga kerja rata-rata sebesar 0,08 artinya untuk setiap 100 kilogram bahan baku rotan yang dikerjakan sampai menjadi barang jadi dibutuhkan 8 hari kerja HK. Faktor konversi menunjukkan perbandingan antara input dengan output perusahaan, dalam penelitian ini didapatkan faktor konversi sebesar 1,35. Angka ini menunjukkan bahwa 100 kilogram bahan baku menghasilkan 135 kilogram output. Faktor konversi lebih besar dari 1 disebabkan adanya penambahan bahan-bahan penolong seperti paku, tripleks atau kayu dan lain sebaginya. Untuk nilai produk didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi yaitu 1,35 dengan harga rata-rata produk yang besarnya Rp 16.936,55 sehingga nilai produk yang didapatkan adalah sebesar Rp 22.928,58. Nilai produk dapat diartikan juga sebagai besarnya penerimaan kotor perusahaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan rotan sebesar Rp13.553,29. Nilai tambah ini didapat dari selisih nilai produk per kilogram bahan baku dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor, karena masih mengandung pendapatan tenaga kerja yaitu sebesar Rp1.607,47. Pendapatan tenaga kerja menyatakan imbalan yang diperoleh tenaga kerja untuk mengolah setiap kilogram bahan baku rotan. Besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai produk rata-rata adalah 59.11 persen, sedangkan besarnya persentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah 11.86 persen. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil kegiatan pengolahan perkilogram bahan baku perbulan adalah Rp 11.945,82 atau sebesar 52,10 persen dari nilai output. Nilai ini merupakan keuntungan bersih perusahaan, karena sudah memperhitungkan biaya pemasaran dan penyusutan serta imbalan tenaga kerja. Keuntungan ini juga dapat diartikan sebagai nilai tambah bersih dari pengolahan rotan setengah jadi menjadi barang jadi rotan. Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh besarnya marjin atau selisih nilai output Rp 22.928,58 dengan harga bahan baku Rp 7.250,00 sebesar Rp 15678.58 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin ini selanjutnya didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, imbalan input lain dan keuntungan perusahaan. Balas jasa yang paling besar didapat oleh keuntungan perusahaan sebesar Rp 11.945,51atau 76,19 persen. Artinya kegiatan pengolahan rotan mampu memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Balas jasa yang kedua terbesar adalah sumbangan input lain sebesar Rp 2.126,01 atau 13.56 persen. Sementara itu balas jasa yang paling rendah adalah untuk sumbangan imbalan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 1.607,05 atau 10.25 persen. E. Analisis Lingkungan dan Penetapan Strategi Perusahaan E. 1. Identifikasi Faktor Internal